Serba-Serbi Puasa Arafah dan Keistemawaannya

Eramuslim – Disaat jutaan jamaah haji melakukan ibadah tawaf di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah, miliaran umat Islam yang belum dapat menjadi Tamu Allah melaksanakan Puasa Arafah.

Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidak ada amal yang lebih dicintai Allah SWT daripada hari ini (10 hari di bulan Dzulhijah). Mereka lalu bertanya, ‘Ya Rasulullah SAW dibandingkan dengan jihad fi sabilillah?’ ‘Meskipun dibandingkan dengan jihad fi sabilillah’.” (HR Jamaah kecuali Muslim dan Nasai)

Dalam riwayat lain disebutkan Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidak ada hari ketika Allah SWT membebaskan hambanya dari api neraka dibandingkan hari lain kecuali pada hari Arafah.” (HR Muslim)

Bahkan ijma para ulama pun menyebutkan, puasa Arafah merupakan puasa sunah yang paling utama.

Meski disebut puasa sunah paling utama, puasa ini memiliki pengecualian, yakni tidak dianjurkan bagi mereka yang tengah menjalani wukuf di Arafah dalam rangka ibadah haji.

Lalu apa saja keistimewaan Arafah? Berikut 3 keistimewaan Puasa Arafah sesuai sabda Nabi ﷺ:

Pertama

Menghapuskan dosa selama dua tahun yakni satu tahun sebelumnya dan satu tahun ke depan. Diriwayatkan, Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, dan jawabannya, “Menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya.” (HR Muslim)

Kedua

Membebaskan dari api neraka. Sebagaimana pernyataan yang dikeluarkan sebagian ulama yang menyatakan Allah SWT memberi kebebasan dari siksa api neraka di hari Arafah, bukan hanya bagi jemaah haji yang tengah melaksanakan wukuf di Padang Arafah, tetapi juga umat muslim yang tidak berhaji.

“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arafah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka kepada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR Muslim)

Ketiga

Dikabulkannya doa. “Sebaik–baik doa adalah doa pada hari Arafah. Dan sebaik–baik yang diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan, “Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai in qadir (Tidak ada Ilah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. MilikNyalah segala kerajaan dan segala pujian, Allah Maha Menguasai sesuatu).” (HR Tirmidzi)

Sumber: Puasa Tidak Hanya Saat Ramadhan, Dahsyatnya 7 Puasa Wajib dan Sunnah