Beragama Tapi Celaka

Dalam sebuah riwayat disebutkan, kombinasi ibadah wajib dan sunnah mampu membuat seorang hamba dicintai Allah Ta’ala. Tatkala Allah Ta’ala sudah cinta, maka Dia Ta’ala akan senantiasa membimbing sang hamba dalam penglihatan, amalan tangan, dan gerak kaki.

Orang yang Merugi

Ialah mereka yang melalaikan kewajiban sekaligus cuek terhadap amalan-amalan sunnah.

“Jika tidak bisa menjadi orang yang beruntung,” nasihat Imam al-Ghazali, “maka setidaknya engkau berusaha untuk menjadi orang yang selamat.”

“Yang penting,” lanjut sang imam, “jangan sekali-kali menjadi orang yang merugi.”

Dari tiga golongan ini, dimana posisi kita? Adakah kita termasuk dalam kelompok yang selamat karena melalukan kewajiban-kewajiban yang diberikan oleh Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam?

Ataukah kita berhak mendapatkan predikat beruntung lantaran menyempurnakan kewajiban dengan berbagai jenis amalan sunnah? Apakah kita termasuk yang berhak mendapatkan kecintaan Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam lantaran bergegas melakukan sunnah-sunnah, meski dipandang kecil oleh sebagian kalangan?

Atau, jangan-jangan kita termasuk orang yang merugi karena lalai. Lalai terhadap yang wajib. Lalai dari ibadah. Enggan melakukan sunnah. Dan justru bergelimang dalam tindakan sia-sia, maksiat dan dosa?

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]