Babeh: Mengayuh Becak Sampai Sepuh

Bila Anda kebetulan lewat di Gang Nangka, sebuah kawasan ramai di daerah Cimanggis, Ciputat, Tangerang, Banten—jika beruntung—Anda akan bertemu seorang lelaki gaek murah senyum yang sedang menunggui becak.

Lelaki gaek tinggi kurus itu biasa disapa “Babeh”. Beliau bukan calon penumpang yang kehilangan sopir becak, tapi Babeh memang pemilik becak berjok warna merah itu. Lelaki gaek itu akan sumringah menyapa Anda dengan ramah. Bila Anda kebetulan memang tidak butuh becak, paling tidak, Anda bisa mengajak Babeh ngobrol barang beberapa jenak. Percayalah, beliau orang yang asyik diajak ngobrol. Tema apa pun, terserah Anda. Mulai dari sepakbola, politik, sampai ekonomi. Lelaki ini juga tak akan sungkan-sungkan membagi kisah hidupnya pada Anda, seperti yang Deras lakukan beberapa waktu lalu.

Babeh punya nama asli Husein. Dia lahir di Ciledung, Cirebon, Jawa Barat, 72 tahun lalu. Tiap hari, selepas salat subuh, pria humoris ini sudah siap dengan kendaraan operasionalnya itu di Gang Nangka. Rute yang dia ambil tidak jauh-jauh. Gang Nangka Ciputat—Taman Kedaung.

“Bapak menarik becak sudah lebih dari 13 tahun. Sejak jalanan ini masih kerikil, pake konblok, sampai dicor kayak sekarang,” ungkapnya.

Langganan Babeh sudah lumayan banyak. Selain ngangkut orang, Babeh juga oke-oke aja kalau kebetulan ada yang mau sewa becaknya buat angkut barang-barang. Bahkan selama ini Babeh sudah dipercaya membawa material bangunan dari sebuah toko material di Gang Nangka.

Setua itu masih narik becak? Apa tidak capek, Beh? Anda pasti bertanya begitu dalam hati. Babeh hanya akan tersenyum bila mendengar pertanyaan itu. Bapak tiga orang anak yang sudah besar-besar ini sudah mengayuh becak 1997. Dia tinggal di sebuah rumah kontrakan di Kampung Utan, sekitar dua kilometer dari “tempat tugasnya”. Tahun 1994, istri tercinta meninggalkan Babeh untuk selama-lamanya.

”Saat Bapak dulu mulai narik di sini, ada 12 becak. Tapi sekarang tinggal enam. Yang lain udah ada yang ngojek dan ada juga yang pulang kampung,” ujarnya saat ditemui di pangkalan becak Gang Nangka beberapa hari lalu.

Dari mengayuh becak, Babeh mendapat penghasilan per hari antara Rp 20.000 – Rp 60.000. ”Alhamdulillah, cukup buat makan dan ngopi,” katanya, kembali tersenyum. [asep/my/dd]

www.dompetdhuafa.org