Rumah Komplek


Tak semua rumah yang dianggap aman terasa nyaman. Karena sedemikian amannya, justru menjadi tidak nyaman.

Hal itulah yang kini dirasakan Bu Wina dan suami. Pasangan yang masih tergolong pengantin baru ini, tiga minggu sudah menempati kediaman keluarga besar Bu Wina di bilangan komplek polisi. Karena kosong, Bu Wina dan suami menempati rumah itu.

Ayah Bu Wina yang polisi kini menempati rumah dinas baru di luar kota didampingi ibu Bu Wina. Selama masa penempatan sementara itu, Bu Wina dan suamilah yang menempati rumah yang sejak kecil ditempati Bu Wina dan keluarga besar. Sementara itu, adik semata wayang Bu Wina kos di dekat tempat kuliah yang juga di luar kota.

Hampir tak ada yang aneh dari penampilan Bu Wina dan suami di mata penghuni komplek itu. Selain jilbab memang sudah hampir biasa di kalangan keluarga polisi, sosok Bu Wina dengan jilbabnya memang sudah berlangsung sejak ia masih SMA. Lumayan lama.

Tapi, agak beda jika dibandingkan dengan penampilan suami Bu Wina. Selain orang baru, suami Bu Wina mungkin dianggap penghuni sekitar terlihat agak aneh. Walau masih muda, suami Bu Wina sudah berjenggot panjang, kerap berkopiah putih, dan sering bergamis kalau shalat di masjid komplek.

Jarak antara rumah Bu Wina dengan masjid memang lumayan jauh. Karena rumah Bu Wina di ujung Barat, sementara masjid di tengah komplek. Sepanjang jalan ke masjid itulah, kerap warga mendapati pemandangan baru.

Dilihat dari kesibukan, jam kerja suami Bu Wina memang tergolong sibuk. Sebagai teknisi komputer, suami Bu Wina sering dapat lembur dadakan dari kantor. Karena besok komputer atau jaringan harus sudah siap, malam jadi waktu yang berharga buat suami Bu Wina untuk berkarya. “Aduh capeknya,” ucap suami Bu Wina ketika tiba di rumah yang mendekati tengah malam.

Terkadang, pekerjaan lemburan terbawa pulang suami Bu Wina ke rumah. Biasanya, di malam liburan. Selain memang seisi kantor sudah sepi, hari libur bisa digunakan suami Bu Wina untuk meneruskan pekerjaan di rumah.

Kalau melihat ini, Bu Wina kadang merasa kasihan dengan suami. Ada hari libur bukan diisi dengan refresing, eh malah buat nerusin pekerjaan kantor. Hal itulah yang membuat Bu Wina tidak sempat ngajak suami silaturahim ke keliling komplek. Terutama tetangga dekat.

Terkadang, Bu Wina tertegun ketika ada seorang tetangga yang nyeloteh, “Win, di komplek kita suka ada orang aneh shalat di masjid.” Setelah ditanya Bu Wina, ternyata yang dimaksud orang aneh tetangga adalah sosok suami Bu Wina. “Ya Allah, kuatkan kesabaran kami,” batin Bu Wina berbisik.

Celotehan itu bisa dianggap biasa Bu Wina karena kondisi masyarakat sekitar komplek yang memang sensitif dengan penampilan yang agak lain. Dan, hal itu tidak membuat Bu Wina ingin mengubah penampilan. Bagi Bu Wina dan suami, justru, mereka ingin mengkondisikan warga sekitar dengan tampilan yang Islami.

Suatu hari di malam Sabtu, tampak seseorang menghentikan sepeda motor persis di depan rumah Bu Wina. Sambil menjinjing tas besar, sosok pria itu berdiri di depan pintu. Beberapa kali mengucapkan salam, sang pria itu akhirnya memanggil-manggil nama Bu Wina. Tapi, pintu rumah tak kunjung dibukakan dari dalam.

Sang pria pun duduk di teras depan rumah Bu Wina. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan. Sesaat kemudian, ia berdiri lagi mendekati pintu dan jendela. Tapi, ia pun duduk lagi dengan posisi bersandar. Lama sekali ia tak bergerak dari posisi duduk itu.

Tak jauh dari orang itu, sebuah tas besar yang terbuka terlihat berisi kabel-kabel. Sebuah benda sempat dikeluarkan dari dalam tas, tapi kemudian dimasukkan lagi.

Rupanya, pemandangan itu menarik perhatian para tetangga Bu Wina. Karena di tengah malam, hal itu menjadi sangat mencurigakan. Beberapa pria dari mereka langsung melakukan penyergapan. “Jangan bergerak! Sekali lagi, jangan bergerak!” ucap beberapa pria yang sudah berdiri mengelilingi teras depan rumah Bu Wina.

Kegaduhan itu pun akhirnya membangunkan Bu Wina. Walau masih agak mengantuk, Bu Wina berusaha membuka pintu depan. Ia bingung dengan suara teriak-teriak persis di depan rumahnya.

“Maaf, Dek Wina, apa benar Adek kenal dengan orang ini?” ucap salah seorang pria yang sedang mengacungkan senjata api ke arah orang yang dimaksud.

Bu Wina memincingkan matanya karena kurang jelas dengan wajah pria yang sedang pada posisi telungkup. Dan ia pun akhirnya terkaget. “Astaghfirullah, Pak! Itu kan suami saya! Bang Firdaus!” teriak Bu Wina sambil meraih tangan suaminya yang mencoba untuk bangun.

Tetangga-tetangga Bu Wina pun akhirnya bubar. ([email protected])