Kiamat Sudah Dekat, Syaikh Abdul Qadir: Itu Jadi Hari Raya Bagi Sebagian Kaum

Ada tanda-tanda yang bisa diamati oleh mata manusia sebelum terjadinya kiamat. Ilmuwan bahkan telah mengemukakan skema-skema yang terjadi seperti bumi bertabrakan dengan planet lain atau hantaman asteroid dan sebagainya.

Apapun skema atau teori yang diungkap ilmuwan, terdapat kekacauan besar yang akan dialami oleh bumi. Salah satunya ialah guncangan yang dahsyat yang terjadi di bumi.

Ayat Al-Quran dalam Surah Az-Zalzalah Ayat 1-2 memberi gambaran: “Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya.”

Ayat ini menerangkan bahwa peristiwa kiamat diawali dengan guncangan yang dahsyat yang meliputi seluruh bumi. Fenomena gempa ini berbeda dengan yang selama ini terjadi, hanya bersifat lokal dan tidak menyeluruh ke seantero bumi.

Peristiwa ini menjadi penanda yang mengingatkan manusia bahwa akhir kehidupan dunia telah datang, yang diikuti kemudian oleh kehidupan akhirat.

Hari Raya
Kendati dahsyat, bagi orang beriman kiamat bukan hal yang mengerikan. Selanjutnya, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Kitab Jala’ Al-Khathir mengingatkan agar kita senantiasa memikirkan tentang hari kiamat. “Buatlah hari kiamat tersebut terjadi di dalam dirimu, sebelum benar-benar terjadi,” tuturnya.

Menurut Syaikh Abdul Qadir, hari kiamat merupakan hari kebangkitan kebahagiaan bagi suatu kaum dan menjadi kegelisahan pada sebagian yang lain, menjadi hari raya bagi sebagian kaum dan menjadi hari ratapan bagian sebagian yang lainnya. “Pada hari itu, seluruh amalan-amalan mereka telah menjadi nyata, zahir, dan ada cahaya tampak di wajah mereka,” tambahnya.

Kaum yang disebut beruntung oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani boleh jadi antara lain adalah para syuhada. Beliau berkata, “Sesungguhnya (pada hari kiamat) ruh para syuhada dan orang-orang mukmin berada di dalam sangkar burung-burung hijau yang berkicau di surga dan terbang menuju ke sorot lampu di bawah arsy, kemudian dia akan datang menemui jasadnya lagi ketika peniupan ruh yang kedua ke bumi untuk klarifikasi dan penghitungan amal pada hari kiamat.

Para syuhada ketika itu dilukiskan sebagai orang-orang yang hidup dan mendapatkan rezeki.

وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَٰكِنْ لَا تَشْعُرُونَ

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati. Sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya (QS Al-Baqarah [2]: 154).

وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمْوَٰتًۢا ۚ بَلْ أَحْيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

Jangan sekali-kali menduga yang gugur di jalan Allah adalah orang-orang mati. Sebenarnya mereka hidup di sisi Tuhan mereka dan mereka memperoleh rezeki (QS Ali Imran [3]: 169). [sdo]