Kisah Anas bin Malik dan Teladan Rasulullah

Dengan lembut, Muhammad berkata, “Anas pergilah ke tempat yang aku perintahkan.” Uqbah bin Amir Juhani, pembantu lainnya, juga merasakan kelemahlembutan putra Abdullah tersebut. Meski hanya berstatus sebagai pembantu rumah tangga, Rasul tak menginginkan Uqbah menderita.

Menurut Uqbah, dalam sebuah perjalanan, Rasul meminta dirinya untuk bergantian menunggangi keledai yang dijadikan kendaraan. Sebab, ia tak ingin Uqbah kelelahan berjalan kaki. Sopian Muhammad mengatakan, Rasul bukan sekadar seorang majikan bagi pembantunya.

Beliau, ujar dia, adalah sosok teladan yang ditiru oleh pembantu yang ikut dengannya. Abu Hurairah mengatakan, tak seorang pun shalatnya mirip Rasulullah, kecuali putra Ummu Sulaim, yaitu Annas bin Malik. Tsaubah, salah seorang pembantu Rasul, sangat jatuh cinta kepadanya.

Ia mengadu kepada Rasul bahwa ia merasa hampa jika tak bersamanya. Ia khawatir jika di akhirat kelak tak bertemu. Tak lama setelah penuturan Tsaubah, turun wahyu Allah yang menyatakan bahwa siapa saja yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka akan bersama orang-orang yang diberi nikmat Allah. Yaitu para nabi, shidiqqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang saleh.

Shaleh Ahmad asy-Syaami dalam bukunya, Berakhlak dan Beradab Mulia, menegaskan juga agar berlaku baik terhadap pembantu rumah tangga. Ia mencontohkan dengan berkata-kata yang baik kepada mereka. Sebab, bagaimanapun pembantu adalah manusia. Di sisi lain, kata dia, pembantu juga memberikan rasa hormat. Dengan demikian, ada timbal balik. Seseorang sebaiknya tak memanggil pembantunya dengan panggilan buruk. (rol)