Maksiat Yang Lebih Baik Ketimbang Ketaatan

Eramuslim.com -Di dalam al-Hikam, Imam Ibnu Athailah as-Sakandari menyampaikan, “Kemaksiatan yang menimbulkan rasa hina dan rasa membutuhkan (penyesalan) jauh lebih baik daripada ketaatan yang menimbulkan rasa bangga dan sombong.”

Keseluruhan hidup adalah ujian dari Allah Ta’ala kepada semua hamba-hamba-Nya. Bukan hanya untuk orang Islam yang beriman, tapi juga kepada seluruh umat manusia. Semuanya diuji untuk menunjukkan, manakah di antara mereka yang paling baik amalnya.

Khusus bagi orang beriman, ujian tidak hanya berupa keburukan. Pasalnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam sudah mewasiatkan sejak ribuan tahun silam, amat banyak orang yang kuat dengan ujian keburukan tapi justru lalai ketika diberi limpahan nikmat dari Allah Ta’ala.

Ketaatan juga merupakan ujian. Meski terkesan baik dan banyak didambakan, sejatinya di dalam taat ada peluang ketergelinciran yang tak ringan. Lantaran biasa dalam amal taat, seorang hamba amat mungkin terjangkiti sifat bangga. Mengunggulkan dirinya sendiri. Menganggap dirinya sebagai orang yang mulia, dimuliakan di antara sekian banyak manusia, dan dimuliakan oleh Allah Ta’ala.

Selanjutnya, orang-orang seperti ini akan merasa sombong. Tidak mau menerima kebenaran ketika berasal dari orang lain. Bahkan ketika kebenaran itu nyata, ia dengan mudah menolaknya hanya karena tidak serupa dengan hujjahnya. Sombong inilah ketergelinciran yang utama. Sifat ini berhasil menjerumuskan iblis ke dalam keabadian siksa di neraka kelak. Sombong itu sifat Allah Ta’ala. Tiada satu pun makhluk yang layak menyandangnya.