Adakah Orang Sibuk ?

bobby-01Oleh Bobby Herwibowo

Apakah Anda pernah merasa jengkel terhadap rekanan atau bawahan yang tidak menyelesaikan pekerjaannya karena dalih sibuk banyak kerjaan?! Banyak orang yang beralasan bahwa ia memiliki setumpuk pekerjaan yang harus diselesaikan, namun saat ditanya out-put apa yang sudah ia lakukan, maka hasilnya pun nihil.

Tidak sedikit Anda menjumpai dalam rutinitas harian sejumlah manusia yang mengaku sibuk namun hasil yang mereka keluarkan bukanlah hal bernilai. Betul mereka masuk kerja atau mengerjakan tugas, namun bila Anda menugaskan pekerjaan kepada mereka maka selalu saja molor karena alasan sibuk dengan pekerjaan yang tak terpegang.

Lalu pertanyaan yang muncul adalah, “Apa benar ada manusia yang sibuk?!” Boleh jadi masalah sebenarnya yang dihadapi adalah bahwa orang-orang seperti itu tidak mau mengatur waktu yang mereka miliki seoptimal mungkin.

Masing-masing manusia mendapatkan jatah waktu yang sama dari Allah Swt sebanyak 24 jam. Namun ada manusia yang mampu berbuat banyak hal, dan tidak sedikit manusia yang tidak melakukan apapun atas waktu yang diberikan.

Karena waktu yang tidak tertata dengan baik maka jangankan waktu untuk keluarga, tetangga dan kerabat, untuk diri sendiri saja ia sulit mengatur waktu!

Maka mengawali pembicaraan tentang punctuality (tepat waktu) haruslah dimulai dari penataan waktu yang tepat.
Banyak orang yang menghabiskan waktu di hari libur dengan memperbanyak tidur, padahal pasangan dan anak-anaknya menanti untuk bercengkrama.

Jarang sekali ia bersosialisasi di masyarakat dan keluarga serta kerabat, karena selalu pergi pagi dan pulang malam.  Mereka tidak mampu menata waktunya dengan baik. Semua orang yang berhubungan dengan dia tidak mendapatkan hak mereka.

Padahal Rasulullah Saw telah bersabda berkenaan dengan hal ini: Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a. bahwa ia berkata: Rasululah saw bertanya kepadaku, “Wahai Abdullah, aku telah diberitahu bahwa engkau selalu puasa di siang hari, dan qiyamullail malam harinya?” Aku menjawab, “Benar, Ya Rasulullah!”

Lalu Beliau Saw bersabda: “Jangan kau lakukan itu terus menerus tapi puasalah dan berbukalah, tahajjudlah dan tidurlah! Karena sesungguhnya jasadmu punya hak atas kamu. Kedua matamu juga punya hak atasmu, istrimu punya hak atasmu, dan tetanggamu punya hak atasmu.

Sesungguhnya cukup bagimu puasa sebulan tiga hari (puasa ayyamul biidh) karena setiap kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipat berarti kamu seakan puasa satu tahun.” Maka aku pun minta ditambah berat amalannya seraya berkata, “Ya Rasulullah, aku masih memiliki kekuatan untuk itu!” Beliau bersabda: “Kalau begitu,
Puasalah seperti puasanya Nabi Daud As dan jangan lebih dari itu!’ HR. Bukhari Hadits yang dikutip di atas seolah mengisyaratkan bahwa ibadah yang tepat dilakukan pada waktu yang tepat. Karena itu, saya hendak mengajak pembaca untuk menata ulang waktu dan kegiatan yang mereka miliki sehingga mereka pandai mengatur waktu dan menjadi manusia yang unggul dalam mengelola waktu.

Di bawah ini ada sebuah ilustrasi menarik yang perlu disimak:
Dalam sebuah kuliah manajemen, seorang dosen memperagakan beberapa alat-alat sederhana seperti bejana kaca, bebatuan, kerikil, pasir dan air. Dosen tersebut mengatakan kepada para mahasiswanya bahwa ia hendak mengajarkan cara mengelola waktu yang optimal.

Dosen itu bertanya kepada murid-muridnya, “Aku akan mengisi bejana kaca ini dengan bebatuan ini!” Ia pun mengisi bejana kaca tersebut dengan bebatuan hingga penuh. Saat sudah tidak bisa lagi satu batu pun dimasukkan ke dalam bejana lalu sang dosen bertanya kepada para mahasiswa, “Apakah bejana kaca ini sudah penuh?!” Para mahasiswa serentak menjawab, “Ya!” Mendapati jawaban mereka, sang dosen berkata, “Menurutku bejana ini belum penuh!”

Dosen itu kemudian memasukkan kerikil-kerikil kecil yang mengisi ruang di dalam bejana yang tidak bisa diisi oleh bebatuan. Di antara celah bebatuan, maka kerikil-kerikil itu pun berselipan. Para mahasiswa terkesima melihat cara bagaimana dosen mencoba menjelaskan.

Begitu bejana kaca terlihat penuh, sang dosen bertanya, “Apakah bejana ini sudah penuh?!” Serentak mahasiswa yang sudah mulai paham menjawab, “Ya sudah penuh, namun masih bisa diselipkan dengan pasir!”

“Betul sekali!!!” jawab sang dosen. Maka sang dosen pun mengisikan pasir ke dalam bejana kaca yang sudah berisikan bebatuan dan kerikil. Ternyata pasir pun bisa dimasukkan ke dalam bejana kaca.

“Apa masih bisa dimasukkan benda selanjutnya?!” tanya sang dosen kepada mahasiswa. Bejana kaca itu kini sudah bermuatan bebatuan, kerikil dan pasir. Namun para mahasiswa mengatakan, “Coba tambahkan air ke dalam bejana itu, Pak!”

Sang dosen pun menganggukkan kepala tanda setuju…. Subhanallah…, rupanya bejana kaca yang awalnya dikira sudah penuh dengan bebatuan rupanya masih bisa ditata hingga dapat memuat kerikil, pasir dan air.

Mungkin para pembaca sekarang sudah memahami bahwa adakah orang yang sibuk? Ternyata sesibuk apapun, manusia bisa menghandle kegiatan dan tugas yang ia miliki. Mungkin bebatuan di atas bisa mewakili kegiatan-kegiatan utama kita.

Sedangkan kerikil adalah kegiatan bersama keluarga dan tetangga. Pasir mewakili kegiatan tertier seperti arisan, kondangan, walimah, atau apapun namanya. Sedangkan air mungkin adalah ibadah yang meliputi seluruh kegiatan yang kita lakukan.

Inilah semangat yang dipegang teguh oleh pribadi sukses bahwa setiap waktu harus berarti dan tidak terbuang secara percuma. Allah Swt berfirman:  “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (QS. Al Insyiraah [94] : 7)

Bahkan Allah Swt yang amat sibuk dengan urusan semua makhluk menggambarkan kesibukan yang Dia Swt lakukan: “Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Ar Rahmaan [55] : 29)

Konklusinya adalah kesibukan yang kita miliki bukanlah sebuah beban, namun ia mengasah kemampuan kita untuk dapat melakukan banyak hal dengan waktu yang terbatas dan hasil yang optimal.
Karena itu banyak orang sukses yang mengatakan, “Bukan saya pintar mengatur waktu, namun karena tugas yang ada-lah yang membuat saya mampu melakukan semua hal!” Karenanya, apa Anda masih percaya ada manusia sibuk?