Berdoa pada Masa Wabah

Eramuslim – Imam Muslim meriwayatkan dari Umar Ibnu al-Khattab RA bahwa pada hari Perang Badar, Rasulullah SAW melihat kepada kaum musyrikin yang berjumlah 1.000 orang, sementara jumlah sahabat beliau (pasukan Islam) hanya sekitar 319 orang. Maka, Nabi SAW menghadap ke kiblat sambil mengangkat kedua tangan beliau dan berdoa:

“Ya Allah, penuhilah apa yang Engkau janjikan padaku, penuhilah apa yang Engkau janjikan padaku! Ya Allah, jika Engkau membinasakan kelompok umat Islam ini, Engkau tidak disembah lagi di bumi.”

Beliau terus berdoa sambil menengadahkan tangan sehingga serban beliau terjatuh dari bahu. Abu Bakar RA yang melihatnya segera mengambil serban tersebut kemudian meletakkannya di bahu Muhammad SAW lalu berdiri dan berkata, “Cukuplah permohonanmu kepada Tuhanmu karena sesungguhnya Dia akan memenuhi janji-Nya untukmu.”

Itulah potongan sejarah yang sangat penting dalam sejarah dakwah Nabi SAW. Allah mengabadikan peristiwa penting dan bersejarah tersebut dengan firman-Nya, “(Ingatlah wahai Muhammad), ketika kamu memohon pertolongan (melakukan istighatsah) kepada Tuhanmu lalu Dia mengabulkan permohonanmu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”. Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Kemenangan itu tidak lain hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS al-Anfal: 9-10).

Di sini kita memahami urgensi istighatsah. Istighatsah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat pada saat yang sangat sulit melahirkan pertolongan yang nyata. Pertama, Allah mendatangkan pertolongan-Nya. Kedua, Allah membangkitkan optimisme lewat busyra atau kabar gembira. Ketiga, Allah mendatangkan ketenangan (ithmi’nan).