Flu Arab

Kusuma adalah seorang pebisnis sukses yang kini berusaha menjalani hidup dalam keridhaan Allah Swt. Ia begitu khusyuk dalam beribadah, dan membagi hidupnya pada porsi yang seimbang antara dunia dan akhirat.

Pada perjalanan di atas pesawat dari Jakarta menuju Jeddah, Allah Swt berkehendak mendudukkan kami di dua kursi bersebelahan. 9 jam perjalanan, banyak obrolan yang kami bincangkan salah satunya adalah penuturan Kusuma berikut ini:

“Pernah dalam ibadah haji yang sebelumnya saya lakukan…” buka Kusuma memulai kisahnya. Ia kisahkan bahwa ia menggunakan travel yang paling mewah di Indonesia. Layanan travel di Indonesia memang agak unik, seharusnya orang bila bayar lebih mahal tentunya akan lebih lama tinggalnya di Tanah Suci. Tapi kok semakin mahal biaya ONH (Ongkos Naik Haji), malah lebih cepat pulangnya. Datang belakangan, pulang duluan, begitulah travel ONH Plus di Indonesia. Dan masa tinggal di dua kota suci Mekkah dan Madinah bisa dihitung dengan jari saja.

Kusuma menyampaikan bahwa pada haji kali itu yang dilakukannya, ia terkena penyakit flu. Namun flu ini bukan flu biasa seperti yang diderita oleh kebanyakan orang. Flu ini adalah FLU ARAB! Mengapa begitu, sebenarnya itu adalah kelakar dokter rombongan travel itu saja, tandas Kusuma.

Selama berada di kota suci Mekkah selama lebih kurang 5 hari, saat itu Kusuma bersama rombongan menginap di hotel Hilton yang jaraknya begitu dekat dari Masjidil Haram. Namun ia sekali pun belum pernah shalat berjamaah di Masjidil Haram yang pahalanya 100 ribu kali lipat hanya karena alasan flu yang menderanya.

“Flu itu amat sakit saya rasakan…” jelas Kusuma. “Kepala seperti dibor sakit luar biasa, dan dari hidung ini (maaf) senantiasa keluar cairan berwana pink sebab bercampur darah. Celakanya…, cairan dari hidung itu tidak bisa terkontrol. Jadi saya gak kuat kalau ikut shalat berjamaah di Masjidil Haram, apalagi biasanya para imam selalu rukuk dan sujud dalam tempo yang lama…”

Itulah yang diceritakan Kusuma tentang penyakit flu yang ia alami dan membuatnya tidak mampu hadir shalat berjamaah ke Masjidil Haram.

Tapi itulah manusia, bila demi menjawab panggilan Allah Swt ada saja alasan yang ia utarakan. Namun anehnya untuk makan tiga kali ke restoran ia bisa hadir setiap harinya. Kali itu, ia makan siang di restoran hotel. Ia berjalan dengan kepala terasa begitu berat. Sudah berbagai macam obat flu dari Indonesia ia konsumsi namun anehnya penyakit flu ini belum juga pergi. Di restoran ia menghampiri dokter rombongan untuk mengeluhkan sakitnya. “Dokter apalagi yang harus saya lakukan…, penyakit flu ini membuat hidup saya sulit!” adu Kusuma. Dokter rombongan yang sudah menangani berkali-kali penyakit Kusuma ini menukas, “Pak Kusuma, saya rasa semua obat flu dari Indonesia gak akan mempan untuk mengusir penyakit bapak. Flu ini adalah Flu Arab, dan mungkin hanya obat flu produksi Arab Saudi saja yang bisa mengatasinya!”

“Lalu dimana saya bisa membelinya pak dokter?!” tanya Kusuma. “Di bawah hotel ada beberapa apotik yang bisa bapak datangi. Tanyakan saja ke sana dan insya Allah obat yang saya maksud akan mudah bapak beli!” jelas sang dokter.

Kusuma menuruti anjuran dokter. Waktu saat itu menunjukkan setengah jam lagi adzan Ashar akan berkumandang. Sebab tak kuat menahan sakit, ia paksakan juga untuk pergi ke apotik membeli obat. Sekali lagi keanehan terjadi…! Pergi ke apotik untuk beli obat ia mampu, namun untuk hadir ke masjid untuk shalat berjamaah selalu saja ada alasan.

Tidak sulit bagi Kusuma untuk mencari apotik di bawah hotel Hilton. Lokasi apotik itu terletak di sisi kanan luar hotel Hilton yang bersebelahan dengan hotel Grand Zamzam. Kusuma baru saja menyerahkan uang pembelian obat flu Arab. Kini badannya berbalik dan hendak menuju kamar hotelnya. Namun seperti pemandangan yang amat biasa didapati pada musim haji bahwa sekitar setengah jam sebelum waktu shalat maka akan didapati manusia yang menyebut dalam jumlah ribuan bahkan jutaan yang datang menuju rumah Allah untuk menghadiri shalat berjamaah.

Saat Kusuma berbalik badan hendak pergi menuju kamarnya di hotel, saat itulah Allah Swt menunjukkan sebuah kebesaran-Nya.

Tiba-tiba dari arus manusia yang menyemut menuju masjid tadi ia dapati seseorang dari Asia Selatan (Bangladesh, Pakistan, India, Sri Lanka, dan negeri-negeri sekitarnya). Pria ini begitu bersemangat pergi menuju Masjidil Haram.  Namun yang membuat Kusuma terperangah adalah bahwa pria itu berjalan dengan dua tongkat yang menopang langkahnya. Kedua kakinya telah tiada, namun seolah hal itu bukanlah halangan baginya untuk hadir ke Masjidil Haram demi menjawab panggilan Tuhannya.

“Melihat manusia seperti itu yang berjalan menuju masjid, seolah saya mendapat teguran keras dari Allah… Seolah Allah Swt berkata kepada saya: ‘Kusuma, tidakkah kau perhatikan hamba-Ku itu yang tiada memiliki kaki itu?! Ia masih mau menjawab panggilan-Ku dan datang ke rumah-Ku. Engkau hanya terkena penyakit flu saja, namun itu kau jadikan alasan untuk tidak datang memenuhi panggilan-Ku…!” jelas Kusuma kepada saya. “Saya terpana pak…, dan saya langsung bergegas naik ke hotel menuju kamar. Obat flu yang saya beli saya letakkan di atas meja. Saya segera berwudhu di kamar mandi. Saat memasukkan air ke dalam hidung, saya menghirupnya sedalam mungkin hingga terasa perih. Saya pun langsung menyemburkan semua cairan yang ada dalam hidung. Subhanallah…., rasanya langsung plong. Selepas itu saya langsung bergegas pergi ke masjid. Saya shalat tahiyyatul masjid di sana dan saya bertobat kepada Allah Swt mohon ampun. Rupanya selama ini yang sakit bukanlah fisik saya, yang sakit parah ternyata saya sadari adalah hati saya. Saya berjanji kepada Allah Swt sejak saat itu untuk tidak meninggalkan shalat berjamaah selagi saya tidak udzur (berhalangan)” jelas Kusuma.

Rupanya Kusuma mendapatkan sebuah pelajaran besar mengenai shalat berjamaah dari Allah Swt. Dan ketahuilah bahwa shalat berjamaah di masjid tepat waktu hukumnya hampir wajib atau setidaknya adalah sunnah muakkadah bagi pria yang sudah baligh. Tapi Anda tidak perlu menunggu datangnya pelajaran serupa khan untuk tergerak hadir shalat berjamaah?!

Al-Imam Muslim telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata: Seorang laki-laki buta mendatangi Nabi lalu berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya tidak mempunyai seorang penuntun yang mengantarkanku ke masjid”. Lalu ia meminta Rasulullah untuk memberi keringanan baginya untuk shalat di rumahnya maka Rasulullah memberikannya keringanan. Ketika Ibnu Ummi Maktum hendak kembali, Rasulullah memanggilnya lalu berkata: “Apakah Engkau mendengar panggilan (adzan) untuk shalat?” ia menjawab “benar”, maka Rasulullah bersabda: “Penuhilah panggilan tersebut.”

 Ustadz Bobby Herwibowo