Inilah Hikmah Ketika Imam Al Ghazali Digarong

eramuslim.com – Salah satu ulama yang menjadi rujukan umat Islam dalam soal keagamaan adalah Imam Al-Ghazali. Al-Ghazali digelari dengan sebutan “Al-Ghazali At-Thusi”berkaitan dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat kelahirannya yaitu Ghazalah di bandar Thus, Khurasan, Persia.

Suatu hari Imam Ghazali sedang pulang sehabis belajar dengan gurunya. Imam Al-Ghazali membawa ranjang-ranjang yang berisi catatan-catatan ilmu yang didapatinya dari guru-gurunya. Sesampainya di pertengahan jalan ia ditemui perampok dan keranjangnya itu diambil oleh mereka.

Al-Ghazali tidak bisa melawan karena perampok itu terlalu banyak sedang ia sendirian. Namun demikian Al-Ghazali tidak pasrah. Ia tetap mengikuti langkah para musuh itu yang telah mengambil keranjangnya dan mengira apa yang diambilnya adalah uang dana atau harta-harta bawaannya.

Kisah Ketika Imam Al-Ghazali Dirampok

Sesampainya Al-Ghazali memata-matai para perampok itu akhirnya perampok mengetahuinya. “Hai, pergilah dari sini! Kalau tidak akan kami binasakan engkau!.” Kata pemimpin perampok itu.

“Wahai kalian, tolonglah kembalikan keranjang milikku itu. Itu adalah berisi tulisan-tulisanku yang aku kumpulkan dari pelajaran yang kuambil dari guru-guruku. Sudah sejak lama aku mengumpulkan itu. Tolonglah kembalikan.” Melas Al-Ghazali kepada pemimpin perampok itu.

“Oh sungguh malang sekali, bagaimana mungkin engkau mengaku mengetahui ilmu yang telah engkau pelajari? Sedangkan kini kami telah mengambil seluruh catatan ilmumu. Tanpa tumpukan catatan-catatan itu, engkau kini tak memiliki ilmu sedikit pun,” seru sang pemimpin perampok yang bengis.

Namun pada akhirnya setelah perampok itu mengetahui bahwa di ranjangnya itu bukan berisi harta apapun dan hanya berisi catatan-catatan kertas maka mereka mengembalikan keranjang Al-Ghazali. Al-Ghazali pun merasa bersyukur dan berterimakasih kepada para perampok.

Tidak lama kemudian Al-Ghazali pun pergi ke Thusi. Sesampainya di daerahnya itu beliau akhirnya menghafalkan semua catatan-catatan yang didapatkan dari gurunya itu.

Peristiwa ini memberi hikmah bahwa setiap kejadian apapun yang menimpa kita pasti ada hikmahnya. Jangan pernah mnegeluh dan bersu’udzan kepada Allah. Dengan begitu Al-Ghazali menghafal semua catatan-catatannya itu agar jika terjadi perampokan ia tidak khawatir ilmunya itu hilang.[akurat]