Menjaga Keseimbangan Ilmu dan Jabatan dengan Akhlak

Eramuslim – Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi akhlak. Dengan akhlak, setinggi apa pun ilmu dan jabatan yang diperoleh akan mendapatkan keseimbangan dalam menjalani kehidupan.

Namun sebaliknya, tanpa menjaga stabilitas ilmu dan jabatan yang dimiliki dengan akhlak, acap kali manusia terjerumus dalam kenistaan dan durja. Sebagai contoh, tak sedikit para koruptor yang masuk bui adalah kalangan putra-putri bangsa dengan kecerdasan intelektual yang baik.

Namun celaka, kecerdasan dan jabatan tersebut tak dibarengi akhlak. Amanah yang dititipkan melalui ilmu dan jabatannya menjadi nista sebab minimnya akhlak dalam menjunjung kapasitas diri.

Hal ini tentu saja melenceng dari apa yang dicontohkan Rasulullah SAW. Beliau bersabda dalam hadits shahih seperti berikut: “Innama bu’istu liutamimma makarimal-akhlak”. Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.

Imam Malik bahkan pernah berpesan pentingnya mendahulukan akhlak dibanding ilmu. Beliau berata: “Ta’lam al-adab qabla an tata-alamal-ilmi,”. Yang artinya: “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu”.

Untuk itulah, sebagai manusia biasa yang tak luput dari salah dan khilaf, penting bagi kita untuk terus memupuk akhlak setebal mungkin. Dengan akhlak, kiranya kita dapat menyeimbangkan ilmu dengan jabatan yang dimiliki demi sebaik-baiknya kepentingan umat dan menghadirkan manfaat. (rol)