Nabi SAW: Yang tak Ikuti Jalanku, Bukan Umatku

Rasulullah juga menekankan bahwa melakukan segala sesuatu secara selayaknya/pertengahan menjadi kunci mencapai tujuan. Sabdanya: “Lakukan amal saleh secara semestinya, dengan ikhlas dan sewajarnya. Pilihlah jalan pertengahan, dengan demikian kamu akan meraih tujuan (surga).” (HR. Bukhari)

Dari berbagai sabda Rasulullah tersebut kita temukan bahwa kombinasi keyakinan akan kasih sayang Allah, konsistensi amal, dan sifat pertengahan dalam melaksanakan ibadah, merupakan cara terbaik seorang Muslim mencapai tujuan agamanya. Ini berarti bila seorang Muslim ingin meningkatkan ibadahnya, maka hal itu harus dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit dan berusaha untuk selalu konsisten. Dan yang penting, dia harus secara realistis mengukur kemampuan dirinya agar jangan sampai ibadah-ibadah tambahan tersebut malah membuatnya merasa berat dan terbebani.

Perjalanan spiritual seorang Muslim memerlukan upaya jasmani maupun ruhani. Karenanya, kita harus memadukan peningkatan tindakan kita dengan peningkatan pengetahuan spiritual kita. Peningkatan kadar ibadah akan terasa lebih ringan ketika dilakukan seiring peningkatan keimanan kepada Allah, ketimbang hanya didasarkan pada rasa pemenuhan kewajiban dan tugas semata.

Terakhir, kita harus ingat bahwa pada saat kita berupaya mendekat kepada Allah, Dia pun akan memberikan dukungan dan kemudahan kepada kita. Nabi Muhammad Saw. menyatakan sebuah hadis Qudsi: “Aku sebagaimana persangkaan hambaKu. Aku bersamanya saat ia mengingatKu. Aku menyebutnya saat ia menyebut namaKu. Jika hamba-Ku mendekati-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekatinya satu hasta, dan jika dia mendekati-Ku satu hasta Aku akan mendekatinya satu depa. Jika dia datang pada-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya sambil berlari.” (Inilah)