Ramadhan Magnet Bagi Orang Mukmin

Maka tak berlebihan jika ada riwayat yang menyatakan: Sekiranya para hamba Allah mengetahui (apa yang terkandung) pada Ramadan, maka pasti setiap umat akan mengharap setiap hari dijadikan sebagai Ramadan. (R. Abu Ya`la, Ibnu Huzaimah).

 

Dalam riwayat lain disebutkan, ada seorang ulama salaf menjual budak perempuannya. Ketika bulan Ramadan sudah menjelang, (budak perempuan yang sudah dijual itu) melihat tuan barunya sedang bersiap-siap (mengumpulkan) makanan dan keperluan lainnya. Lantas budak perempuan itu bertanya pada tuan barunya tentang yang sedang dilihat.

Tuannya pun menjawab: “Kami sedang siap-siap untuk berpuasa Ramadhan“. Budak perempuan itu lalu berkomentar: “Kalian hanya berpuasa ketika bulan ramadan. Dulu aku berada bersama tuan yang semua waktunya adalah ramadan (maksudnya, tuannya yang dulu tetap berpuasa meski di luar bulan Ramadan). (Sekarang) kembalikanlah aku kepada mereka,”(Asrru al-Muhibbn fi Ramadhn, Hal: 364).

Ya, dengan memperbaiki makna Ramadan, maka tidak akan kita jumpai lagi orang yang rajin ibadah hanya pada bulan Ramadan, karena Ramadan sudah dijadikan kesadaran mendasar dalam jiwa, sehingga setiap bulan selalu diisi dengan amal sebagaimana Ramadan. Ramadan bukan lagi dipandang rutinitas tahunan, tapi ia sudah menjadi kesadaran mendalam seakan-akan ia hadir sepanjang waktu. (inilah)

Oleh Amoe Hirata/dakwatuna