Renungan Aa Gym: Jangan Mau Diatur Keburukan Orang Lain

Atau merasa, “Tapi gara-gara dia berdagang di sebelah, omset saya berkurang setengah.” Saudaraku, tolong diingat bahwa Allah membagikan rezeki tidak cuma |ewat satu pintu. Mungkin di satu pintu berkurang atau diambil, tapi mungkin dari pintu lain ada yang ditambah. Jangan mengatur Allah. Yang penting kita fokus saja berbuat kebaikan.

Jadi, saudaraku.Tolong dicatat kalau kita tidak boleh diatur oleh keburukan orang lain. Kalau pun ada yang mencibir kita di depan calon mertua, biar saja. Karena Allah menyukai kita tidak membalas mencibir lagi. Kecuali kalau dia mencibirnya pakai bibir kita, maka itu harus tetap diselesaikan dengan cara yang baik. Dari hati terdalam kita harus menginginkan dan mengusahakan kebaikan Semuanya.

Oleh sebab itu, hanya dua hal yang harus kita ingat dalam bergaul. Pertama, harapkan yang baik untuk orang, yaitu berharap orang dekat dengan Allah. Bukan berharap orang menjadi baik kepada kita, karena tidak ada gunanya dan tidak perlu. Misalkan sebagai orang tua, bukan berharap anak berbakti kepada kita. Tapi harapkan anak dekat dengan Allah. Nanti Allah yang akan menggerakkannya berbakti kepada kita.

Atau, sebagai suami berharaplah istri mencintai Allah sepenuh hati, dan istri juga demikian. Bukan berharap suami mencintai istri, atau istri mencintai suami. Karena kalau tidak Iil/aahita’la, kita menjadi mudah sakit hati. Seperti berdoa, “Ya Allah, balikkan hati suami (istri) saya ke sini, jangan salah alamat, ya Allah, ke sini.”Tidak usah memaksakan orang suka kepada kita, dan tidak penting. Yang penting bagi kita, orang mencintai Allah.

Kedua, kita bisa menjadi manfaat untuk orang dalam kebaikan. Maksudnya, bukan kita yang bermanfaat, tapi kita menjadi perantara atau jalan manfaat buat orang lain. Misalnya,”Mudah-mudahan saya bisa menjadi jalan ilmu, hidayah, taufik, atau rezeki.”Kita hanya menjadi jalan atau perantara. Karena kita semua hanyalah makhluk yang tidak punya apa-apa.

Bukan, “Mudah-mudahan saya bisa memberi ilmu.” Kalau menganggap kita yang melakukan atau memberi! berarti kita masih ingin diakui makhluk, dan sombong’

Misalnya kita berkata,”Tuh, kan, baru sekali saya nasihati dia langsung berubah” Padahal bisa jadi hidayah dan taufik dari Allah datang kepada dia melalui cucu tetangganya. Tapi kita yang berlagak keren. Jangan bergaul karena berharap-harap dari orang untuk kepentingan kita.