Sains dalam Alquran: Masyarakat Semut Membangun Perkotaan

Eramuslim – TAK ada satupun yang luput dari kekuasaan Allah, pun demikian dengan semut-semut yang berada di lobang kecil. Semut diciptakan Allah sebagai hewan berkehidupan sosial layaknya manusia.

Allah berfirman, “… berkatalah seekor semut, ‘Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (An-Naml:18).

Semut adalah sejenis serangga yang hidup dalam komunitas yang maju. Mereka ada dimana-mana. Jenis semut lebih dari 6.000 macam. Sebagian hidup secara menetap di rumah-rumah yang permanen, sebagian lagi hidup secara berpindah-pindah, persis seperti orang Badui. Sebagian di antara mereka mencari makan dengan tekun dan serius, sebagian yang lain mencari makan dengan cara berkelahi dan merampas.

Pada dasarnya, semut adalah serangga yang hidup bermasyarakat. Jika ia terpisah dari kelompoknya, ia akan mati meskipun diberi makanan yang enak dan tempat yang nyaman. Sama seperti manusia, jika manusia diasingkan di suatu tempat yang jauh dari cahaya, suara jam, waktu, malam dan siang selama 20 hari, ia akan kehilangan keseimbangannya.

Semut mengajarkan kepada manusia suatu pelajaran berharga tentang tolong-menolong. Jika ada semut yang kenyang bertemu dengan semut yang lapar, semut yang kenyang akan memberikan sari-sari makanan dari tubuhnya kepada yang lapar. Dalam hal ini, semut didukung dengan sistem pencernaan yang mempunyai perangkat yang bisa memberikan makanan kepada semut yang lain.

Rasulullah bersabda, “Tidak boleh seorang mukmin menyimpan sesuatu yang mengenyangkan, sementara tetangga di sampingnya kelaparan.” (HR.Ath-Thabrani dan Al-Hakim dari Ibnu Abbas).