Sedikit Hikmah dari Ibadah Haji …

hajiIHRAM HAJI MERUPAKAN PENGAGUNGAN KEPADA Raja yang menyatakan hak, menyatakan keesaan hanya milikNya dan menundukkan syetan beserta golongannya.

Apabila orang yang melaksanakan ibadah haji ingin mengunjungi rumah (ka’bah ) Tuhannya,  sang Pencipta dan Pemberi rezekinya, maka dia harus meninggalkan seluruh urusan dunia. Dia juga harus terbebas dari semua pakaian kecuali pakaian ihram, agar dia selalu ingat- dengan pakaian ihram itu akan kematian.

Di antara sikap mengagungkan Tuhan Yang Maha Agung adalah mengunjunginya dengan kepala terbuka, pakaian  kusut dan berdebu agar tampak kefakiran, kelemahan, kehinaan ketidak berdayaan dan kesusahannya.

Di antara sikap mengagungkan Tuhan Yang Maha Agung adalah; datang kepadaNya dengan hati yang bersih, khusyu ‘, merasa hina, tunduk dan tenang agar keagungan dan kekuasaan tetap milik Allah Tuhan semesta Alam.

Orang fakir yang tidak memiliki satu dinar pun dan orang kaya yang memiliki seribu dinar, semuanya berihram. Seorang raja yang mempunyai  banyak pengawal dan harta sama seperti orang yang tidak punya dan papa, agar keagungan, kesempurnaan, kemuliaan, keindahan, kemurahan dan kekuasaan seluruhnya awal dan akhirnya banyak dan sedikitnya samar dan tampaknya hanya milik Allah Tuhan Semesta Alam.

Apakah engkau pernah melihat pakaian yang lebih  indah dari pakaian ihram? Apakah engkau pernah menyaksikan kepala yang lebih bagus dari kepala orang-orang yang bercukur?

Apakah engkau pernah mendengar suara yang lebih merdu daripada suara orang-orang yang mengucap talbiyah? Apakah engkau pernah memandang gerak merayap yang lebih mulia daripada gerak merayapnya orang-orang yang melakukan thawaf ?

Apakah engkau pernah melihat air mata yang lebih jujur daripada air matanya orang-orang yang khusyu? Apakah engkau pernah mendengar isakan tangis yang lebih jujur daripada isakan tangis orang-orang yangbertaubat? Dan apakah engkau pernah melihat kantuk yang lebih nyaman daripada kantuknya orang-orang yang bertahajud?

Keletihan dalam ridhaNya merupakan sebuah kelezatan. Usaha dipelataran Nya adalah keberuntungan. Merasakan sakit karenaNya menyejukkan. Begadang dengan kitab Nya merupakan kebahagiaan. Lapar dalam taat pada-Nya merupakan harta melimpah. Dan terbunuh di jalan-Nya merupakan kemuliaan.

Allah memerintahkan Al Khalil Ibrahim As agar membangun rumah untukNya (tempat untuk menyebut namaNya) di atas tanah yang tandus lagi gersang. Lalu setelah itu kerinduan membawa manusia untuk mendatangi rumah sang Kekasih; hingga karena begitu cintanya tali jantung terputus, kaki-kaki pecah dan membengkak dalam usaha mendatanginya, bahu-bahu saling berdesakan untuk mendekati rumah-Nya, suara bergemuruh menyerukan talbiyah, dan orang-orang berjejal dalam perjamuan-Nya. Semua orang sama dalam pelayanannya dan semua jiwa ciut karena takut kepada-Nya.

Talbiyah adalah pernyataan atas keesaan-Nya , pengecaman atas penyembahan berhala, dan membangkitkan semangat manusia.

Thawaf adalah mengelilingi rumah Sang Maha Raja dan selalu terpaut dengan rumat Dzat Yang Maha Mengadakan dan Maha Terpuji, serta berkelliling di sekitar simbol kesucian, kebersihan dan ketinggian.

Sa’i adalah meneladani ibu (siti Hajar) memperbaharui kerinduan dan menampakkan kecintaan

Melempar jumrah adalah melempar musuh, menghancurkan khurafat , mengalah kan kebatilan dan menghancurkan kebohongan.

Wuquf di Padang Arafah adalah persiapan untuk pertemuan akbar (lebih besar) dan bersiap sedia untuk kepergian yang pasti terjadi, merupakan momen pengaduan hamba yang lemah kepada Yang Maha Kuat , yang fakir kepada yang Maha Kaya, Yang lemah kepada Yang Maha Perkasa. Juga moment pemaparan dosa kepada Yang Maha Pemurah dan pemaparan segala apa yang tersebunyi kepada Yang Maha Mengetahui secara ghaib.

Semua suara dengan bermacam-macam bahasa  dan dialek mengajukan segenap hajat kepada-Nya . Dia mengetahui hajat (keperluan), permintaan dan permohonan mereka, maka dia pun mewujudkan semua itu sementara perbendaharaanNya tetap seperti sedia kala, tidak berkurang sedikitpun karena pemberian karunia itu, serta tidak terpengaruh dengan banyaknya kedermawanan dan kemurahan-Nya.

Apa yang dari sisimuakan  lenyap, dan apa yang ada disisi Allah adalah kekal ‘ Qs. An Nahl :96)