Tinggalkan Maksiat karena Manusia, bukan karena Allah

Eramuslim – ADA banyak latar belakang ketika orang meninggalkan maksiat. Dan seperti yang kita pahami, nilai yang didapatkan seseorang dari amalnya, tergantung pada niatnya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung pada niat, dan apa yang diperoleh seseorang sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari 1 & Muslim 5036)

Kondisi seseorang ketika meninggalkan maksiat sangat beragam, tergantung dari niatnya. Berikut beberapa keadaan ketika seseorang meninggalkan maksiat: Kondisi pertama, Meninggalkan maksiat karena takut kepada Allah. Amal ini berpahala, bahkan termasuk amal yang nilainya besar.

Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Allah berfirman (kepada malaikat), apabila hamba-Ku ingin berbuat dosa, jangan kalian mencatatnya sampai dia mengerjakannya. Jika dia mengerjakannya, maka catat senilai amalnya. Namun jika dia meninggalkannya karena (takut kepada)-Ku, catat sebagai amal kebaikan.” (HR. Bukhari 7501).

Dan dalil bahwa upaya ini terhitung sebagai amal soleh yang berpahala besar adalah hadis tentang naungan di mahsyar. Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan, ada 7 golongan yang akan dinaungi Allah di padang mahsyar, salah satunya, Lelaki yang diajak berzina wanita cantik yang punya kedudukan, namun dia menolak dan mengatakan, Saya takut kepada Allah. (HR. Bukhari 1423 & Muslim 2427).