Ketaatan, Wujud Syukur yang Sesungguhnya

Eramuslim ā€“ TAK terhitung sudah kita berucap syukur kepada Allah swt. Minimalnya 17 kali kita melakukannya dalam setiap harinya yakni setiap kali kita mengerjakan salat wajib.

Lalu, apa itu sudah cukup menjadikan kita sebagai hamba yang bersyukur? Jawabnya tentu saja belum. Syukur itu tak cukup hanya diucapkan di lidah saja dengan mengucapkan hamdalah. Arti syukur yang sebenarnya adalah menasarufkan atau menghendaki nikmat yang diberikan Allah seperti apa yang dikehendaki dan diperintahkan oleh-Nya. Pendek kata, syukur adalah menjalani ketaatan kepada Allah sebagai pemberi nikmat.

Ketaatan ada banyak macamnya. Meliputi seluruh lini kehidupan kita, mencakup setiap apa yang kita punya.

– Ketaatan lidah, yakni dengan berkata baik dan jujur, berzikir, membaca Alquran, membaca selawat dan lain sebagainya.

– Ketaatan telinga, yakni dengan mendengarkan firman Allah, hikmah-hikmah dan tuntunan-Nya.

– Ketaatan tangan dan kaki, yakni dengan menggerakkan untuk sesuatu yang benar dan diperintahkan Allah swt.

– Ketaatan kemaluan, yakni dengan menjaganya dari sesuatu yang diharamkan.

– Ketaatan perut, yakni dengan memberinya asupan makna yang halal.

Intinya seluruh anggota tubuh kita dari ujung kaki hingga kepala memiliki hak untuk berbuat taat kepada Allah swt. Semua perilaku kita usahakanlah selalu sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah swt, dengan begitu kita telah melakukan manivestasi kesyukuran dalam sepanjang hari dalam hidup kita. (inilah)

Oleh Chairunnisa Dhiee