Teguran Allah SWT Lewat Terong dan Pernikahan Bahagia

Eramuslim – Kisah ini tentang masa muda Syekh Sulaim As-Suyuthi yang terjadi di kota Damaskus, ibu kota Dinasti Umayyah pada masa itu.

Di kota itu terdapatlah sebuah masjid besar yang diberi nama Masjid Jami At-Taubah. Masjid At-Taubah ini dibangun seorang sultan pada abad ke-7, konon sebelumnya adalah tempat hiburan, tempat kemaksiatan.

Dikisahkan Khaeron Sirin dalam bukunya. “Ketawa Sehat Bareng Para Ahli Fikih”, syekh tinggal di salah satu ruangan masjid itu hampir 70 tahun. Syekh sangat termashur dan dipercaya karena kejujurannya.

“Seringkali ia melewati hari-hari tanpa ada makanan sedikitpun ataupun sekeping uang untuk membeli makanan. Dalam kelaparan seringkali ia merasa kematiannya sudah dekat, tetapi ia menganggapnya sebagai ujian,” katanya.

Suatu ketika ia menemui keadaan yang sedemikian gawat karena sudah berhari-hari ia tidak makan, demi mempertahankan hidup ia harus makan apa saja  Keadaan yang sangat darurat yang dalam ilmu fiqih sudah sampai batas diperbolehkan makan bangkai atau mencuri.

“Saat itu Sulaim memilih mencuri segenggam makanan,” ujarnya.

Menjelang waktu ashar ia keluar dari masjid, jika di luar masjid ada yang memberinya makanan, Alhamdulillah, jika tidak ia terpaksa harus mencuri.

Masjid At-Taubah berada di sekitar perkampungan yang rumahnya saling berdampingan satu dengan yang lainnya. Terpikir oleh Syekh untuk melintas di atas rumah-rumah penduduk itu kalau kalau ada makanan yang dijemur di atas rumah.