Promo Sabtu Kaos Sahabat Nabi, Buy 2 Get 1

EramuslimAdvertorial

Karamah Sayyidina Hamzah r.a Paman Nabi Saw

Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Dimyathi yang terkenal dengan sebutan Ibnu ‘Abdul Ghani al-Bina’, seorang ulama yang memadukan antara syariah dan tasawuf (wafat di Madinah pada bulan Muharram 116 M.), bercerita, ‘Aku menunaikan ibadah haji bersama ibuku pada masa paceklik. Kami menunggang dua ekor unta yang dibeli di Mesir.

Sesudah menunaikan haji, kami pergi ke Madinah, dan kedua unta itu mati di sana, padahal kami sudah tidak punya uang untuk membeli atau menyewa unta dari orang lain. Hal itu membuatku risau, karena itu aku pergi menemui Syaikh Shafiyyuddin al-Qusyasyi. Aku menceritakan keadaanku dan berkata, Aku beri’tikaf di Madinah, tetapi kemudian aku mengalami kesulitan untuk melanjutkan perjalanan, sampai Allah memberi kelapangan.’ Syaikh Shafiyuddin diam sejenak, lalu berkata, `Pergilah sekarang juga ke makam Sayyidina Hamzah bin `Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad Saw. Bacalah ayat-ayat Al-Qur’an yang paling mudah dan ceritakan keadaanmu dari awal hingga akhir, seperti yang baru kau ceritakan kepadaku, lakukan itu sambil berdiri di sisi makamnya yang mulia.’

Aku ikuti anjuran Syaikh Shafiyyuddin. Aku segera pergi pada waktu dhuha ke makam Sayyidina Hamzah. Aku membaca ayat-ayat AlQur’an, lalu menceritakan keadaanku seperti yang diperintahkan Syaikh Shafiyuddin. Aku segera kembali sebelum zuhur, lalu memasuki tempat suci Babu Rahmah .
Aku berwudhu, lalu masuk ke dalam masjid. Tiba-tiba ibuku yang berada di dalam masjid berkata kepadaku, Ada seorang laki-laki menanyakanmu, temuilah dia!’ Aku bertanya, ‘Di mana dia?’ Ibu menjawab, `Lihatlah di ujung masjid.’

Aku menemui laki-laki yang mencariku. Sewaktu bertemu, ternyata ia seorang laki-laki berjenggot putih yang tampak disegani. Laki-laki itu menyapa, `Selamat datang Syaikh Ahmad.’ Aku sambut uluran tangannya, lalu ia berkata lagi, ‘Pergilah ke Mesir!’ Jawabku, ‘Tuan, dengan siapa aku pergi?’ Ia menjawab, ‘Pergilah bersamaku, aku akan menyewakan unta untukmu kepada seseorang.’

Aku pergi bersamanya hingga kami sampai di tempat singgah unta-unta jamaah haji asal Mesir di Madinah. Laki-laki berjenggot itu memasuki tenda salah seorang penduduk Mesir dan aku menyusul di belakangnya. Ia menghaturkan salam kepada penghuni tenda, pemilik tenda berdiri dan mencium kedua tangannya dengan sikap sangat hormat. Laki-laki berjenggot itu berkata kepada pemilik tenda, Aku ingin anda membawa Syaikh Ahmad ini dan ibunya ke Mesir.’

Pada tahun itu, unta sangat berharga karena banyak yang mati, dan menyewa unta cukup sulit. Pemilik tenda mengikuti kemauan laki-laki berjenggot itu. Lelaki berjenggot itu bertanya, Berapa Anda akan menarik ongkosnya?’ Pemilik tenda itu menjawab, ‘Terserah Tuan.’ Lelaki berjenggot berkata, ‘Sekian, sekian.’ Mereka berijab kabul dan lelaki berjenggot membayar uang sewa. Laki-laki berjenggot itu lalu berkata kepadaku, `Bangkitlah, pergilah bersama ibumu, dan bawa serta barang-barangmu.’ Aku berdiri, sementara ia duduk di samping pemilik unta, kemudian mendatangi keduanya dan mengadakan perjanjian untuk membayar sisa uang sewa setelah sampai di Mesir. Ia menyetujui perjanjian itu, membaca surah Al-Fatihah, dan memujiku.

Aku berdiri di samping lelaki berjenggot putih itu lalu pergi bersamanya. Ketika sampai di masjid, ia berkata, `Masuklah dulu!’ Aku masuk dan menunggunya ketika waktu shalat tiba, tetapi aku tidak melihatnya. Berulang kali aku mencarinya, tetapi tidak menemukannya.

Lantas aku menemui orang yang menyewakan unta untukku dan bertanya tentang lelaki berjenggot putih itu dan tempat tinggalnya. Ia menjawab, Aku tidak mengenalnya dan belum pernah melihatnya sebelum ini. Tetapi ketika ia masuk ke tempatku, aku merasa segan dan hormat kepadanya, sesuatu yang belum pernah kurasakan seumur hidup.’

Aku kembali mencari lelaki berjenggot putih itu, tetapi tidak menemukannya. Maka aku pergi menemui Syaikh Shafiyyuddin Ahmad al-Qisyasyi r.a. dan menceritakan hal tersebut. Syaikh Shafiyuddin berkata, ‘Itu ruh Sayyid Hamzah bin Abdul Muthallib r.a. yang mewujud padamu.’

Lalu aku kembali rnenemui orang yang menyewakan unta kepadaku. Aku pulang ke Mesir bersamanya sebagai teman haji. Aku melihatnya sebagai seorang yang penyayang, mulia, dan berakhlak baik, belum pernah aku bertemu dengan orang seperti dirinya.
Semua itu karena barakah dari Sayyidina Hamzah r.a. hingga kami bisa mengambil manfaat darinya. Segala puji hanya milik Allah atas semua yang terjadi.” (Cerita ini dikutip oleh Sayyid Ja’far bin Hasan al-Barzanji al-Madani dalam kitabnya Jaliyat al-Kurab bi Ashhab al-Ajam wa al-Arabi Sallallahu `alaihi Wasallama , sebuah kitab tentang memohon pertolongan melalui para sahabat yang mengikuti perang Badar dan Uhud, dari Al-Hamwi dalam kitabnya Nataij al-Irtihal wa al-Safar fi Akhbari ithli al-Qarni al-Hadi Asyara).

Sumber : Kisah Sahabat Nabi

Beli 2 Kaos tematik Sahabat Rosul Bonus 1 kaos Asratul Kiraam

Alhamdulillah Street Dakwah Tshirt As Sirah sudah bisa diorder, desain Sahabat Nabi Saw. Yuk diorder sekarang juga kaosnya sebelum kehabisan, stock terbatas loh ? As Sirah, kaos tematik sahabat RA, terbuat dari bahan Cotton Bamboo Kualitas Premium. Bahan kain sangat lembut, adem, anti bakteri, cepat menyerap keringat dan sangat nyaman ketika dipakai.

Ready Size :
Dewasa : S, M, L, XL, Lengan Pendek Rp.125,000, Lengan panjang Rp.135.000 (Blm Termasuk Ongkir)
Anak-anak 8-13 tahun : S, M, L, Harga Rp. 90.000 (Blm Termasuk Ongkir)
Pemesanan Bisa Langsung Menghubungi Kontak
WA 1 – 0813 9471 4033 As Sirah Following The Right Path
WA 2 – 0853 1496 3342 As Sirah Anak
Line : assirahstore
( IG : @assirahofficial / IG : @assirahapparel )
( Fpage : @assirahfollowingtherightpath / Fpage : @assirahjunior )
Website : www.assirahstore.com