gundah

Assalammu’alakum Wr. Wb.

Ba’da tahmid, salam sejahtera untuk ibu Anita semoga kesejahteraan dan kesehatan selalu tercurah dari Allah SWT. Bu Anita, saya bingung… saya baru menikah selama 2 tahun belum dikaruniai keturunan. Pertemuan kami dilakukan dengan proses ta’aruf, tanpa pacaran seperti ketika saya memutuskan hubungan dengan pacar saya yang SMA dengan alasan pacaran tidak ada dalam Islam meskipun saya masih mencintainya. keistiqomahan saya pegang terus hingga ada orang lain yang ingin berta’aruf dengan saya.

Masalahpun muncul ketika dia melamar saya, dan dalam 2 minggu saya memutuskan untuk nikah dengan pria tersebut sebut saja Mico. Meskipun saya tidak mencintai Mico, disebabkan: 1. Mico bukan dari golongan akademis dan agamis. Beliau dari kalangan bisnis yang terkadang melakukan bisnis apapun, seperti memperbanyak CD lagu RATU, sehingga terkadang memperoleh uang dari hasil royalti. 2. Mico hingga saat ini terkadang masih boncengan sepeda motor dengan non muhrim.Hal itupun telah saya katakan hukumnya dalam Islam.

Keputusan untuk nikah dengan Mico terpaksa saya ambil karena Ibu saya memaksa saya untuk menerima Mico, karena bila tidak beliau mengancam tidak akan mengurus saya lagi. Hingga saat inipun pernikahan kami beranjak usia 2 tahun, ketika 1 tahun yang lalu saya hamil, saya sempat berdoa kepada Allah untuk mati pada saat melahirkan anak nanti dan akhirnya Allah berkehendak lain bayi kamipun meninggal. Dan pada proses melahirkanpun saya mengalami PEB. Terlebih lagi ketika sebelumya saya mengingat kenapa saya ditakdirkan dengan orang yang tidak saya cintai tensi saya terus meninggi atau dapat disebut psikosimatis dan hampir terpikirkan saat ini saya lebih baik dahulu pacaran saja.

Saya sampai saat ini saya tidak mencintainya dan pernah saya ucapkan untuk bercerai tanpa saya sempat mengermukakan alasannya khawatir akan menyakiti hatinya, karena dia baik dengan saya. Saat ini saya selalu berdoa pada Allah untuk mematikan saya atau dapat bercerai dengannya. Tolong Bu anita bantu saya, apa yang harus saya lakukan. Terima kasuih atas bantua bu Anita sebelumnya.

Wa’alaikumssalam wr. wb.

Ibu Ana yang dimuliakan Allah, tersiksa rasanya ya bu menjalani hari-hari dengan seseorang yang tidak kita cintai. Tentu ibu sangat tertekan akan kondisi saat ini sehingga saya bisa merasakan sikap pesimis dan depresi dari penuturan ibu yang selalu berharap Allah segera mencabut nyawa ibu. Mungkin ibu saat ini merasa hidup tak lagi layak untuk dijalani namun ternyata Allah berpendapat berbeda sehingga masih diizinkan-Nya ibu menikmati kehidupan saat ini.

Tentu ada misteri di balik kehendak Allah sehingga Doa ibu tak dikabulkan-Nya, padahal Allah senantiasa berusaha mengabulkan doa-doa hamba-Nya. Jika Pencipta ibu berpendapat bahwa hidup ibu demikian berharga untuk terus dijalani maka sebaiknya ibupun mencari dimana letak kebernilaiannya. Semoga dengan belajar untuk memandang kehidupan ini dari sudut pandang yang berbeda akan membantu ibu memandang sisi bernilai dari kehidupan ibu. Ibu yang sholeha, berpangku tangan dengan hanya menyesali hari-hari yang kita jalani tentu takkan membawa kita beranjak dari kehidupan kita saat ini.

Meski segalanya nampak buruk namun jika kita menghendaki perubahan tentu harus ada yang dilakukan agar tercipta kehidupan yang kita inginkan. Mulailah melakukan perubahan dari hal termudah yang dapat kita lakukan. Misalnya cobalah untuk melakukan aktifitas yang dapat membuat ibu menikmatinya dan membuat hidup ibu lebih berarti. Dengan pikiran yang lebih aktif dan optimis pada kehidupan semoga dapat merubah pula sudut pandang ibu tentang kehidupan rumah tangga saat ini.

Dan mungkin ibupun mengetahuinya bahwa tidak semua pernikahan diawali dengan cinta namun banyak di antaranya yang dapat bertahan dan akhirnya menumbuhkannya menjadi mekar dan indah bersemi. Cinta seharusnya memang bukan sesuatu yang pasif tapi sesuatu yang aktif karenanya cinta dalam pernikahan adalah sesuatu yang harus diusahakan, meskipun awalnya dimiliki akhirnya bisa juga gugur jika tidak dirawat terus sampai akhir. Oleh karena itu bu berilah kesempatan cinta itu tumbuh di hati ibu. Coba untuk sering menjalani aktifitas yang dapat ibu nikmati bersama suami, tak mengapa menjadikannya teman diawal. Semoga dengan kedekatan dan kebersamaan ibupun dapat merasakan lebih banyak lagi kebaikan yang ada padanya.

Berusahalah mencari banyak persamaan dengannya dan tak membesarkan perbedaan. Dengan usaha dan doa optimis yang ibu panjatkan bagi keluarga semoga Allah datangkan keberkahan dalam keluarga ibu saat ini dan menebarkan banyak cinta di dalamnya. Wallahu’alambishawab.

Wassalmmu’alaikum wr. wb.
Rr. Anita W.