Isteri Ingin Berhenti Bekerja, Suami Menangis

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Mbak Anita yang saya hormati, Saya adalah seorang isteri yang telah lulus kuliah dan tengah bekerja selama 44-50 jam (kadang 55 jam) selama seminggu. Sedangkan suami saya saat ini masih merampungkan kuliahnya sambil bekerja sambilan.

Biasanya untuk keperluan bulanan sayalah yang menanggung, sedangkan suami saya biasanya memberikan sepertiga atau setengah gajinya kepada saya (kebetulan gajinya setengah dari gaji saya). Tentang gaji dan jam kerja kami ini mendapat sorotan dari keluarga dan sahabat/teman kami Mbak dalam artian negatif.

Beberapakali saya mendapatinya menangis Mbak, katanya ingat kuliahnya yang belum selesai dan juga kasihan melihat kondisi saya sebagai tulang punggung keluarga. Ada kalanya ketika saat-saat sulit karena kelelahan bekerja dan kasihan melihat suami saya yang mengurus keluarga dan rumah, saya menyatakan ingin berhenti bekerja Mbak, tapi suami menyuruh saya untuk bertahan dan mengatakan bahwa ini akan berakhir suatu saat nanti.

Terus terang saya bingung Mbak, saat saya menyemangatinya kuliah dia seperti jenuh dan tidak fokus, dan ketika dia menangis atau banyak diam, dia belum mau terbuka dengan saya dengan alasan tidak ada apa-apa, padahal untuk urusan lainnya dia begitu terbuka, memang dia type melankolis menurut saya.

Saya juga takut dia tersinggung jika saya menanyakan tentang pekerjaannya yang sekarang, sebetulnya saya ingin agar dia mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan, karena kebetulan beberapa bulan yang lalu tempat bekerja utamanya bangkrut jadi dia bekerja sambilan di tempat lain.

Semenjak menikah dia malu jika diberi uang dari orang tuanya, padahal sebelumnya yang membiayai kuliahnya adalah keluarganya, dia seperti kehilangan kepercayaan diri saat ini Mbak bahkan pernah bertanya apakah saya menyesal menikah dengannya.

Saat ini adakah nasihat yang bisa Mbak berikan kepada saya?Akhir-akhir ini saya sering menangis kalau sedang sendiri Mbak karena keadaan saya ini. Saya tidak mungkin berpisah dengannya Mbak, saya ingin mendukungnya dengan cara yang tidak menyinggungnya.

Terimakasih sebelumnya ya Mbak.

Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Assalamualaikum wr. wb.

Sdri yang sholihat

Rasanya pasti cukup berat menghadapi persoalan seperti yang anda alami saat ini di mana suami tecinta tengah limbung dan kehilangan kepercayaan dirinya. Bagaimana tidak suami anda dihadapkan dengan kenyataan memiliki isteri yang lebih unggul hampir dalam segala hal.

Kuliah anda selesai lebih cepat, punya pekerjaan yang mapan dengan penghasilan yang jauh lebih besar yang otomatis sebagian besar pengeluaran bulanan andalah yang menanggungnya. Belum lagi sorotan dari keluarga dan sahabat mengenai hal ini yang cenderung menilai negative, tentu membuatnya sedih dan minder karena belum bisa membahagiakan anda. terbukti bahwa anda beberapa kali mendapatinya tengah menangisi kondisinya saat ini.

Apa yang dirasakan suami anda mungkin adalah perasaan bersalah karena membiarkan anda yang bekerja lebih keras, sementara ia belum dapat berbuat banyak untuk membahagiakan anda. Sedangkan apabila anda melepaskan pekerjaan anda saat ini, tentunya sulit, karena penghasilan dari pekerjaannya sekarang belum dapat dijadikan sandaran hidup di samping juga ia harus merampungkan studinya terlebih dahulu.

Bertukar peran sementara dengan suami dalam hal mencari nafkah utama seperti yang anda lakukan sekarang adalah hal yang wajar apabila dilakukan atas dasar komitmen bersama dan saling mendukung. Yang terpenting keduanya ikhlas dan menjalaninya dengan penuh tanggung jawab. Memang dalam hal ini anda dituntut lebih banyak menyikapinya dengan bersabar dan tegar, mengingat suami yang menurut anda adalah tipe melankholis yang cenderung menumpahkan gejolak emosinya dengan cara yang sentimentil atau mudah menangis.

Dalam menyikapi kondisi ini sebaiknya anda yang tampaknya harus lebih berperan sebagai pendorong semangat dan memotivasi suami agar dapat meraih kembali kepercayaan dirinya. Anda dituntut bersabar dan tidak kenal lelah menyemangati suami agar terlebih dahulu menyelesaikan kuliahnya. Misalnya dengan memberi perhatian apa kesulitan dia saat ini dalam perkuliahannya, cobalah memberi masukan yang bermanfaat.

Hindarkan berkeluh kesah dihadapannya karena bisa mengendurkan semangatnya dan membuatnya merasa bersalah. Dalam hal inilah kesabaran dan kekuatan cinta anda sebagai isteri yang shalihat diuji. Bukankah suami isteri itu harus saling melengkapi dan saling mengisi kekurangan masing-masing.

Rasanya cukup berat ya, karena anda sepertinya lebih banyak dituntut untuk menjadi wanita yang tegar karena ketegaran anda dapat menguatkan motivasi suami anda untuk melalui ujian ini bersama-sama. Karenanya masalah ini sebaiknya dijadikan moment yang memperkokoh cinta dan komitmen anda berdua, bukannya sebaliknya menjadi alasan untuk menyerah apalagi berpisah. Alangkah baiknya usaha anda berdua diiringi dengan permohonan kepada Allah agar diberikan kesabaran dan kemudahan melalui ujian ini.

Semoga apa yang saya sampaikan memberi anda gagasan untuk mencari jalan keluar terbaik.

Wallahua’lam bishshowwab

Wassalamu’alaikum