Awalnya Excited Kemudian Menjadi Business as Usual

Assalaamu’alaikum wr. wb.

Pak Arief yang budiman, perkenalkan nama saya Teddy, mahasiswa sebuah PTS di Kalimantan.

Begini Pak, saat ini saya sedang sangat "excited" menekuni jabatan baru saya sebagai Ketua BEM di kampus saya. Banyak ide yang datang dan ingin kami realisasikan. Namun, saat saya amati, ternyata ini terjadi pada pimpinan BEM sebelumnnya: pada awalnya sangat excited kemudian menjadi "business as usual."

Menurut Pak Arief, bagaimana agar saya bisa menghindari kesalahan yang sama dan tetap berada dalam ritme kerja yang tinggi sepanjang kepengurusan.

Terima Kasih Pak.

Wassalaamu’alaikum wr. wb.

Assalaamu’alaikum wr. wb.

Mas Teddy yang bersemangat, agar visi besar dan semangat awal yang tinggi tidak berujung pada impian dan rutinitas kosong, seorang pemimpin wajib berpikir dan bertindak dengan manajemen yang sehat. Intinya tiga jurus saja: punya pengetahuan yang relevan, mengubah pengetahuan menjadi tindakan nyata, dan melibatkan seluruh organisasi.

Pengetahuan yang relevan akan tergali dengan baik jika pemimpin selalu menanyakan dua hal, baik kepada dirinya sendirinya, maupun kepada tim inti yang bekerja bersamanya. Pertama, apa yang perlu dilakukan? Dan kedua, apa yang tepat untuk organisasi ini? Coba Mas Teddy cermati apa yang menjadi fokus, kata-kata yang tertulis miring. Fokus pemimpin, koridor bagi keputusan dan pilihan yang diambilnya adalah apa yang perlu dilakukan dan tepat untuk organisasinya. Bukan apa yang ingin ia lakukan, atau baik untuk dirinya. Tentu saja visi, keyakinan dasar, dan nilai-nilai organisasi mesti menjadi rujukan.

Selanjutnya, pengetahuan Anda mengenai apa yang perlu dan apa yang tepat tersebut harus diubah menjadi tindakan nyata. Bagaimana caranya? Tidaklah terlalu sulit, asal kita konsisten. Ada empat hal yang wajib dilakukan. Pertama, susunlah rencana aksi. Ingat Mas, yang dibutuhkan adalah rencana aksi, bukan kumpulan kata-kata indah dan kalimat-kalimat megah yang penuh make-up dan bunga-bunga. Rencana aksi haruslah ditulis dengan sangat tajam dan direktif. Isinya: apa yang harus dilakukan, siapa yang melakukan, dan kapan tenggat penyelesaiannya. Yang juga tidak boleh dilupakan, rencana aksi harus fleksibel. Jangan ragu-ragu mengubahnya, baik sebagian atau seluruhnya, jika Anda punya alasan yang cukup kuat untuk itu.

Kedua, jangan terlalu banyak menimbang-mengingat, menimbang-mengingat, dan begitu seterusnya. Buat keputusan. Decide! Agar Anda tahu, “decide” berasal dari dua kata bahasa Latin, “de” yang artinya “from” dan “caedere” yang artinya “to cut.” Jadi, decide, membuat keputusan, artinya memilih satu hal yang diyakini sebagai yang terbaik dan menolak semua alternatif yang lain. Jangan pernah beri otak kita pilihan, karena secara alamiah otak senantiasa akan memilih alternatif yang paling mudah dan tidak berisiko. Jangan pernah bertanya, apakah saya bisa? Tapi tanyakan, bagaimana caranya agar saya bisa?

Ketiga, komunikasikan apa yang Anda pikirkan, apa yang Anda lakukan, dan apa tantangan apa yang Anda hadapi kepada mereka yang berjuang bersama Anda. Berkomunikasi dengan intensif adalah satu-satunya cara membangun shared-perception, shared-dream, dan shared-values dalam tim yang Anda pimpin. Sebagaimana kita pahami, tanpa persepsi bersama, visi atau mimpi bersama, dan nilai-nilai bersama, berbagai “vektor” yang ada dalam organisasi akan menyebar ke mana-mana, tidak mengarah ke satu titik, sehingga kehilangan kekuatannya. Dalam konteks ini sering saya katakan dalam berbagai kesempatan, ungkapan sedikit bicara banyak bekerja, atau diam adalah emas, tidak tepat untuk pemimpin. Pemimpin itu mesti banyak bicara, namun lebih banyak lagi bekerja.

Masih dalam konteks mengubah informasi atau pengetahuan menjadi tindakan nyata, hal keempat yang mutlak diperlukan: Anda harus fokus pada peluang, bukan masalah. Biasakan bertanya: apa yang dimanfaatkan dari situasi ini bagi organisasi saya?

Dan akhirnya, pelibatan seluruh organisasi adalah prasyarat keberhasilan yang tak dapat ditawar. Untuk itu Anda perlu memastikan bahwa rapat-rapat BEM yang Anda pimpin berlangsung secara efektif. Beberapa tips dapat menjadi rujukan. Pertama, pastikan rapat tidak dilangsungkan dengan mendadak, sehingga besar kemungkinan mereka yang diundang, khususnya tokoh-tokoh kunci, dapat hadir. Kedua, pastikan setiap rapat punya agenda dan alokasi waktu yang jelas. Misalnya, agenda pertama evaluasi program kerja, alokasi waktu 30 menit, yang berbicara Budi. Agenda kedua, revisi anggara, alokasi waktu 20 menit, yang bertanggungjawab Badu, dan seterusnya. Terkait dengan ini jangan pernah membuat undangan rapat dari jam sekian sampai dengan selesai, dan mencantumkan “dan lain-lain” pada agendanya.

Kebiasaan seperti inilah yang membuat rapat-rapat kita tidak efektif dan efisien. Ketiga, pastikan keputusan-keputusan rapat tercatat dengan baik dan risalahnya dibagikan kepada seluruh peserta rapat dalam waktu kurang dari 24 jam. Dan keempat, pastikan setiap orang yang bertanggungjawab mengeksekusi keputusan rapat ditagih pada saat tenggat waktu yang disepakati.

Sebagai pamungkas, Anda harus membiasakan berpikir “kita” dan bukan “saya.” One man show adalah perangkap yang sering menjerumuskan pemimpin yang paling berbakat sekalipun ke dalam jurang kegagalan. Ingat, no body’s perfect but a team can be.

Demikian Mas Teddy. Wallhu ‘alam bish shawab.

Wassalaamu’alaikum wr. wb.