Resistensi Kolega yang Tidak Kooperatif

Assalaamu’alaikum wr. wb.

Pak Arief, nama saya Boby. Sekarang saya menjabat sebagai Direktur salah satu perusahaan nasional.

Saat ini, saya sedang menghadapi permasalahan berupa besarnya resistensi kolega saya terhadap posisi saya saat ini. Mereka tidak kooperatif dalam menjalankan agenda-agenda yang saya luncurkan.

Memang, saat saya mengoreksi diri, hal tersebut tidak lepas dari beberapa langkah tidak populer yang saya lakukan sebelumnya, yang kemudian mengantarkan saya ke posisi Direktur (yang besar kemungkinan disalahpahami). Namun, hal tersebut saya lakukan untuk menyelamatkan perusahaan, bukan untuk mendapatkan jabatan direktur.

Pada awalnya, untuk memadamkan resistensi tersebut, saya mencoba melakukan pendekatan personal. Pada saat tidak berhasill, saya mencopot beberapa orang yang menduduki jabatan tertentu. Sayangnya, hal ini justru memperbesar resistensi dan ketidakkooperatifan kolega–kolega saya.

Menurut Pak Arief, apa yang harus saya lakukan? Apalagi resistensi tersebut sampai dalam tahap yang sangat mengkhawatirkan, di mana performance perusahaan ini yang dikorbankan.

Wassalaamu’alaikum wr. wb.

Assalaamu’alaikum wr. wb.

Mas Boby yang dicintai Allah SWT, pertama–tama situasi yang Anda hadapi saat ini patut disyukuri. Mungkin Mas Boby heran mengapa demikian. Ya, betul. Harus disyukuri. Karena Anda sedang dihadapkan oleh Allah SWT pada leader’s real life situation. Siapapun dia, baru sah disebut sebagai pemimpin manakala dia mampu menggerakkan perubahan mendasar, mentransformasi organisasinya dan orang–orang yang dipimpinnya di bawah bimbingan visi yang dibawanya.

Sejarah senantiasa menunjukkan bahwa dalam situasi–situasi yang tidak nyaman semacam yang Mas Boby hadapi itulah lahir pemimpin–pemimpin sejati 24 karat. Oleh karena itu tidak ada alasan untuk berkecil hati. Apalagi membiarkan perasaan–perasaan tidak enak itu bertunas–berkecambah menjadi kekhawatiran yang berlebihan bahwa situasi akan menjadi bertambah buruk. Ingat Mas Boby, manusia paling sempurna yang pernah ada, Muhammad SAW pun masih dicibir dan dihujat juga, bahkan dilempari batu sambil diteriaki sebagi orang gila ketika hijrah ke Tha’if, atau dihadiahi kotoran di depan rumahnya setiap pagi oleh orang Yahudi tetangganya. Jadi jika kita yang kualitas masih sangat jauh dari Rasulullah masih menerima hujatan, rasanya kita pantas berlapang dada.

Beberapa hal dapat saya sarankan. Pertama, introspeksi diri Anda. Pastikan bahwa sejauh ini Mas Boby tegar dan tegas, bukan kasar. Tolong pastikan bahwa Anda tetap tenang dan fokus dalam menghadapi dan merespon sikap kolega Anda yang paling esktrim sekalipun. Tetap tersenyum Mas. Jangan biarkan nada suara Anda menjadi tinggi, apalagi sampai Anda kehilangan kendali.

Kedua, jika gangguan–gangguan tersebut ditujukan pada pribadi Anda, upayakan untuk mengabaikannya sampai batas tertentu. Jangan menghabiskan waktu untuk hal–hal yang tidak perlu. Sebagian besar penganggu itu justru ingin Anda kehilangan waktu dan kekuatan sehingga terbukti tidak perform dalam menangani perusahaan. Namun baik juga jika di suatu waktu yang tepat Mas Boby menegur dengan singat, padat, namun tajam. Intinya sampaikan bahwa selama ini Anda dengan sengaja mengabaikan perilaku mereka yang kekanak–kanakan karena Anda masih berharap bahwa mereka akan insyaf dengan sendirinya.

Ketiga, untuk hal–hal yang terkait dengan perusahaan jangan pernah mau ditawar atau mengalah. Tetapkan standar dan koridor yang semestinya. Lalu sosialisasikan dengan sejelas–jelasnya. Sampaikan dengan bahasa terang, loud and clear, bahwa standar dan koridor tersebut dibuat untuk kebaikan perusahaan, sehingga Anda menjamin akan bersungguh–sungguh membantu mereka yang mengikutinya untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Namun juga buatlah mereka paham bahwa Anda tidak segan–segan melepaskan para pengganggu pada kesempatan pertama.

Keempat, bangunlah koalisi! Kalau Mas Boby mau lebih teliti mengamati saya yakin Anda akan temukan bahwa tidak semua kolega Anda adalah batu sandungan. Pasti ada yang loyal pada perusahaan. Namun mungkin mereka masih memilih sikap wait and see. Mereka masih menimbang–nimbang apakah Anda cukup tangguh untuk menjadi lokomotif perubahan yang layak dijadikan panutan. Kenalilah siapa–siapa mereka, lalu ajaklah mereka berbicara dari hati ke hati. Orang–orang baik itu pasti bersedia menjadi prajurit yang tangguh jika Mas Boby mampu meyakinkan mereka bahwa Anda adalah komandan yang teguh, cerdas dan tulus.

Kelima, bertindaklah adil! Untuk setiap kontribusi positif berikanlah reward yang sepadan, bahkan tidak rugi jika sekali–sekali Mas Boby bermurah hati dalam hal ini. Rayakanlah keberhasilan dengan proporsional. Namun juga, terapkan punishment untuk kesalahan yang berulang, apalagi kesalahan yang jelas–jelas disengaja sebagai bagian dari upaya menganggu atau menyabot kepentingan bersama. Satu hal perlu diingat Mas Boby: reward, celebration maupun punishment hanya akan bermakna jika dilakukan secara konsisten, adil, jelas, dan terbuka.

Demikian beberapa saran saya Mas Boby. Semoga bermanfaat. Wallahu’alam bish shawab.

Wassalaamu’alaikum wr. wb.