Pindah Ke Suatu Desa (4)

Rumah yang kemudian saya tempati ini hanya rumah yang kecil. Pola bata melapisi dinding luar rumah. Frau Weiergraeber[1], nama sang nyonya rumah ini, menunjukkan kamar saya di atas. Ternyata ada dua kamar yang kosong, dan dia mempersilahkan saya untuk memilihnya. Saya meminta pendapat Aulia mana yang menurutnya terbaik, dan saya pun mengikuti sarannya untuk mengambil kamar yang terdekat dari tangga.

Frau Weiergraeber lalu menunjukkan ruang bersama di dekat kamar saya yang bisa dipakai untuk menonton TV. Dalam hal kamar, maka bagi saya kamar saya ini sempurna, karena bersih dan segala perabotan tersedia. Ada kamar mandi di atas, bersih seolah tahu ada penghuni yang akan datang. Dapur di bawah, lengkap dengan segala kelengkapannya, saya dan Frau Weirgraeber memakainya bersama. Rumahnya sendiri sederhana tetapi nyaman. Hanya satu yang membuat saya kurang berkenan ketika pertama kali datang ke rumah ini, yaitu Semy, anjing kecil yang dimiliki Frau Weiergraeber.

Saya dari dulu memang tidak suka dengan anjing, bahkan bisa dibilang takut dengan anjing. Ayah saya adalah seorang dokter hewan, dan ketika kecil istilah rabies seolah menjadi alarm bagi saya untuk jangan dekat-dekat dengan anjing. Tetapi semenjak di Jerman, rasa takut saya ini berubah, karena anjing di sini jinak dan insyaALLAH dijamin aman, walau itu tetap tidak membuat saya menjadi suka dan berkawan dengan anjing. Bagi saya bau anjing itu mengganggu hidung saya. Saya langsung teringat bahwa rumah yang ada anjingnya tidak akan dimasuki malaikat. Mengingat ini saya hanya sedih, tetapi saya tidak punya pilihan lain.

Setelah menaruh barang-barang saya semua, maka kami pun turun dan berbicara sebentar. Frau Weiergraeber menanyakan apakah saya hendak membeli makanan, karena dia juga ingin ke supermarket. Saya pun mengiyakan dan kemudian kami semobil menuju supermarket di kota terdekat yang sebenarnya nama depan dari desa kami, Linnich.

Saudara saya Aulia kemudian turun di Bahnhof di kota ini, dan setelah tahu jadwal kereta yang akan diambilnya kami pun berpisah sambil saya tentu mengucapkan banyak terima kasih padanya. Aulia ini adalah sahabat dekat saya di Jerman, bahkan tahukah engkau saudaraku, kami adalah teman satu SD yang karena begitu sempitnya bumi ini dalam kekuasaan ALLAH, kami pun dipertemukan kembali oleh-Nya di Jerman ini.

Catatan :

[1] Rangkap vokal ei dibaca ai dalam ejaan bahasa Indonesia