Meminta Pertanggungjawabannya?

Assalamu’alykum wr wb,

Bunda, saya punya masalah yang cukup pelik dan cukup mengguncang jiwa.

Saya mengenal seorang pria yang saya fikr dia pria yang baik dann bertanggung jawab, saya melihatnya dari segi ibadahnya yang subhanallah rajin dan sering itikaf juga, selain itu bacaan Al-Qur’annya juga baik. Namun, dia sudah punya istri dan hal ini sempat membuat saya meng-cut perasaan itu. Namun, cinta itu terlanjur tumbuh diantara kami, hingga akhirnya saya pun menyerahkan diri ini kepada dia. Dia telah menganggap saya sebagai istri keduanya dan saya pun telah menganggapnya sebagai suami saya, padahal kami belum ada ikatan pernikahan. Tapi, kami telah melakukan hubungan sebagai suami-istri.

Ketika hubungan kami diketahui oleh istrinya, hubungan diantara kami mulai renggang. Dia tidak punya banyak waktu lagi untuk bertemu dengan saya. Bahkan, untuk sekedar sms atau telpon pun sudah tidak pernah. Komunikasi kami benar-benar seperti hilang. Saya bingung bunda. Apa yang harus saya lakukan. Saya berusaha untuk menerima keadaan dan melupakan dia. Tapi, tidak bisa, diri ini menginkan dia untuk bertanggung jawab, ingin dia kembali dan mempertanggung jawabkan semuanya.

Saya pernah meminta dia untuk itu, tapi dia selalu bilang belum mampu hingga akhirnya komunikasi itu benar-benar putus. Saya menjadi menyesal bunda, saya marah, dan sangat benci dia, bahkan ingin rasanya dia sengsara seumur hidup. Saya ingin dia merasakan apa yang saya rasakan.

Apa yang harus saya lakukan bunda? Mohon pencerahan atas jiwa yang kalut ini.

Wassalamu’alykum wr. wb.

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu

Sdr yang dirahmati Allah, rasa syukur dan rasa syabar, adalah dua hal yang akan indah jika terkombinasi dalam hidup, agar kenyamanan dan ketegaran kita mendapat porsi yang pas untuk melangkah. Bersyukur, karena Anda sesudah melakukan dosa besar yang tidak disukaiNya, tapi ternyata masih diberi nikmat waktu oleh Allah, agar anda bisa menyesal, bertaubat, membuktikan taubat anda dengan melakukan amal sholih yang bisa menutup masa lalu anda dengan kebaikan.

Bersabarlah dengan sepenuh iman. Agar anda yakin, bahwa masalah yang saat ini anda hadapi adalah buah dari perbuatan anda di masa lalu. Maka saat ini anda harus bangkit, karena iman anda menghendaki demikian. Tataplah ke depan. Ingatlah bahwa adzab Allah di akhirat jauh tak terbayangkan dan lebih dahsyat dibanding sekarang. Maka, lebih baik anda memperbaiki diri anda sekarang, tidak terpuruk dengan kefuturan anda, daripada anda “dibersihkan’ Allah, kelak, di akhiratnya.

Sdr yang berusaha untuk shalihah, sebenarnya, ketika engkau bercerita kepada bunda, bunda yakin bahwa engkau ingin kembali ke ridho Allah, karena, ternyata bila hidup jauh dari ridhoNya yang terjadi adalah penyesalan dan kesia-siaan. Engkau sudah mengalaminya sendiri.

Bukankah orang yang engkau kira sholih karena amalan ibadahnya yang tampak di matamu, sesungguhnya telah tega menzinaimu dan lari dari tanggung jawab setelah istrinya tahu? Kalian adalah manusia biasa, yang akan mudah ditaklukkan setan bila hawa nafsu kalian berkuasa atas nurani yang dibimbing oleh wahyu. Atas nama perasaan cinta, kalian terjerat dalam zina besar. Padahal, tak mungkin terjadi zina besar bila tidak didahului oleh zina kecil, seperti pandangan mata yang bernafsu, keinginan untuk memberi dan menerima perhatian, keinginan untuk menyenangkankan fihak lainnya secara psikis dan fisik, lalu mulai ke pelanggaran selanjutnya sampai ke berkhlawat, rayuan, cumbuan sampai ke dosa besar yang lain, yaitu perzinaan. Dan ini berasal dari dua belah fihak yang saling menginginkannya. Maka tak ada salah satu yang lebih salah dibanding yang lainnya.

Sdr.ku, cinta itu bukan sesuatu yang mesti diperturutkan bila jalannya tak sesuai dengan syariat. Anda bisa menaklukkannya bila dekat kepadaNya dengan segala ketaatan yang akan menjagai anda.

Ketahuilah, bahwa apa yang engkau alami ini, akan semakin menjauhkanmu dari agama bila tidak segera bertaubat. Bertaubatlah segera. Tak usahlah kau tunggu dia menyesal dan akan menikahimu. Toh besok di akhirat, anda akan menghadap Allah sendiri-sendiri, tak ada yang menemani.

Hapuslah ingatan tentang dia. Tak usah mendoakan kejelekan untuk dia, Allah swt Maha Adil, maka fokuslah agar tetap istiqomah dalam kebenaran, bisa berkumpul dengan aktivitas amal sholih bersama orang-orang baik. Memintalah kepada Allah agar Dia berkenan menghapus dosa yang telah lalu, tidak mengulanginya dan agar Dia berkenan mempertemukan anda dengan pria sholih, lahir dan batinnya.

Amiin…

Wallahu a’lam bisshawab,

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu

Bu Urba