Istri Di Rumah Mertua, Saya Ingin Mengajak Pulang

Assalammu’alaikum Wr. Wb

Yth. Mbak Siti.

Saya saat ini sedang bingung mbak, saat ini saya baru saja diphk oleh tempat saya bekerja. Dari situ  masalah timbul. Istri saya diminta oleh ibunya untuk tinggal di tempat orangtuanya. Saat ini istri saya berjualan es dan juga kopi untuk menyambung hidup katanya. Nmaun yang jadi persoalan adalah ketika dia tidak mau pulang ke tempat kami kontrak. Di suatu ketika dia pulang ke kontrakan dengan menangis di pangkuan saya. Dia mengatakan "Maaf mas, saya dipaksa ibu untuk tinggal di sana". Pada saat yang lain ketika saya berkunjung ke rumah mertua unuk menemui anak dan istri saya, istri saya seakan-akan berubah dengan kata-kata yang belum pernah saya dengar selama 3 tahun kami menikah. " Biarkan saya besarkan anak kita sendiri". Itulah kata-kata yang sangat tidak saya mengerti.

Suatu saat ketika dia di rumah neneknya saya, saya temui dia. Saat itu dia menangis di pangkuan saya dan meminta maaf pada saya atas perlakuannya kemarin.  Dan ketika saya temui dia ditempat mertua (ibu dari istri ) dia berubah lagi. Ditambah lagi ibu mertua mengatakan hal yang sangat menyakitkan.

Sekarang sudah 1 bulan lebih istri saya tidak pulang ke kontrakan. Dan juga sepertinya komunikasi terputus.

yang ingin saya tanyakan :

  1. Apa yang harus  saya lakukan dengan kondisi diatas?
  2. Istri saya saat di rumah mertua selalu dibanding-bandingkan dengan adiknya yang menikah dengan orang kaya. sehingga kadangn-kadang terpengaruh dan menuntut saya untuk memenuhi kebutuhannya seperti adiknya dengan suami. Apakah yang harus saya lakukan ?
  3. Saat ini saya sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. Apakah saya salah jika saya belum mampu memberikan nafkah lahir secara penuh ?

Demikian mbak siti. Saya menikah 3 tahun dengan 1 anak (18 bulan). Atas bantuannya saya sampaikan banyak terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

 

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,

(Bp. Andiqa menanyakan permasalahan yang mirip sehingga jawabannya kami satukan di sini dengan Bpk Adi:)

Bapak Adi dan Andiqa yang dirahmati Allah swt,
Membentuk keluarga ternyata tak selalu berjalan mulus seperti yang Anda alami, dan mungkin banyak keluarga lain. Saya salut pada Anda berdua yang dalam keadaan bagaimanapun menunjukkan komitmen yang kokoh sebagai suami, yakni berusaha menjadi suami yang bertanggungjawab. Dalam situasi yang sulit mencari kerja saat ini, dibutuhkan pengertian dari segenap pihak. Saya mendorong Sdr Adi agar tidak berhenti berusaha untuk mencari kerja kembali pasca PHK. Amal ini akan menjadi ibadah dan amal sholeh jadi janganlah putus asa. Kepada Sdr. Andika saya ikut bersyukur Anda telah mendapat pekerjaan. Permasalahan muncul ketika dalam situasi keluarga yang serba sulit tersebut, pihak mertua menyuruh istri Anda pindah ke rumah mereka sehingga kehidupan sebagai suami istri tentu saja terganggu.
Bapak Adi dan Andiqa yang dirahmati Allah swt,
Tentang campur tangan orangtua, Anda dapat memandangnya dari perspektif yang positif. Ketika nafkah dalam keluarga Anda sedang tidak stabil maka orangtua berusaha membantu pasangan Anda untuk meringankan beban, hal ini di satu sisi adalah hal yang patut Anda syukuri. Apresiasilah niat baik mertua Anda dalam hal ini….berhusnudhonlah atau berprasangka baik terhadap apa yang dilakukan mertua. Sebagai sebuah jalan keluar maka orangtua ternyata masih begitu peduli, hal ini adalah niat baik yang besar kemungkinan dilandasi oleh rasa kasih sayang pada istri dan keluarga Anda. Di sisi lain Anda mestinya lebih tergugah etos kerja di masa mendatang agar mertua lebih lega melepas anaknya kepada suaminya. Saya kira perasaan yang manusiawi bukan jika orangtua khawatirkan anak perempuannya apalagi cucunya? Pahamilah kondisi ini.
Bapak Adi dan Andiqa yang dirahmati Allah swt,
Tentu saja sebagai sebuah keluarga Anda berhak atas keluarga yang Anda bangun. Anda juga punya kewajiban yang harus ditunaikan, termasuk mengajari istri dan membimbing pada pemahaman agama yang benar. Bimbinglah agar istri mengetahui kewajibannya setelah menikah, di satu sisi buktikan bahwa Andapun dapat menunaikan kewajiban Anda. Bahkan istri sdr Adi tak canggung berjualan apapun untuk membantu nafkah keluarganya, bersukurlah akan kelebihan perempuan dalam hal nafkah ini. Bpk Adi dan andika, Bicaralah baik-baik dan dengan kelembutan pada istri, bahwa sekaranglah saatnya berkumpul pada suami, meskipun keadaan tak selalu manis. Masalah dalam keluarga, tak selalu harus diketahui orangtua, ya kan Pak? Pandai-pandailah menjaga aib, khususnya dalam masalah ekonomi yang mungkin masih pas-pasan. Kuatkan mental istri agar bersabar menerima perjuangan ini, dan tidak selalu menjadikan mertua sebagai tempat mencari aman. Insya Allah jika Anda mengatakannya dengan tulus maka istri dapat memahami maksud Anda. Doakan agar dibukakan hati istri, dan istri Anda siap hidup mendampingi suaminya dalam suka maupun duka.
Sdr Adi, jika mertua masih membanding-bandingkan dengan adik istri yang menikah dengan orang kaya, yah..hemat saya tak usahlah dipikir terlalu mendalam. Mungkin yang perlu Anda waspadai adalah jika mertua sudah mempengaruhi istri Anda agar berpisah dari Anda karena Anda dianggap suami yang tak dapat diandalkan. Oleh karena itu memang sebaiknya istri segera diajak kembali ke rumah kontrakan Anda sambil terus menguapayakan untuk mandiri agar tidak merepotkan mertua lagi. Belum mampu mencukupi kebutuhan keluarga, asal bukan karena malas, insya Allah tak menurunkan posisi Anda, Allah akan melihat usaha Anda bukan hasilnya. Kepada Sdr Andika, jika ada kehendak orangtua istri yang minta dipenuhi berbagai hal yang belum mampu Anda penuhi, maka jawab dengan sejujurnya. Anda dapat mengatakan dengan lugas, jujur dan penuh hormat. Semoga mertua Anda mau mengerti.
Tetap gantungkan harapan pada Allah swt karena Dialah Yang Maha Raziq (Pemberi rizki). Tingkatkan ibadah pada-Nya, latihlah shadaqah meskipun tak seberapa, semoga menjadi sarana datangnya solusi pada keluarga Anda. Tetap istiqomah ya, Pak…! Yakinlah inna ma’al ’ushri yusro, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan..! amin.

Wallahu a’lam bish-shawab
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Bu Urba