Di Usir Ibu Sesudah Istriku Memutuskan Ikut Suami

Assalamualaikum Ibu Siti,

Baru baru ini istriku memutuskan untuk tinggal dirumah orang tuaku (Bisa dikatakan istriku ikut suami), karena sebagai suami saya belum bisa memberikan tempat tinggal. Ada beberapa sebab yang akhirnya membuat istriku memutuskan untuk tinggal dirumah orang tua suami, karena orang tua istriku tidak ada kasih sayangnya kepada anakku dan ada perbedaan dalam memberikan perhatian dengan cucunya yang lain. Hal ini diperkuat ketika 2 minggu sebelum Idul Fitri saya memutuskan untuk tinggal di rumah orang tua saya dikarenakan bibi yang biasanya mengasuh anak saya pulang kampung (Orang tua istri saya keduanya bekerja) ada pembicaraan yang disampaikan oleh ibu istri saya ke bibi saya yang lain bahwa dia memang gak suka dengan anak saya dan memang sengaja tidak mau memberikan kasih sayangnya. Jujur hati saya hancur mendengarnya, oleh karena itu saya bertekad untuk membawa istri saya untuk tinggal dirumah orang tua saya. Ketika Idul Fitri saya, istri dan anak saya pergi kerumah orang tua istri saya bersilaturahmi dan berlebaran dan sorenya saya harus pulang karena mau pulang kampung (Bisa dikatakan suasana mulai kelihatan tidak enak), seminggu sesudah Idul Fitri saya kembali ke rumah orang tua istri saya untuk mengepak sebari memberitahukan bahwa akan tinggal dirumah orang tua saya, tapi yang saya dan istri saya dapat adalah pengusiran dan cacian yang tidak sepantasnya dikeluarkan dari mulut seorang ibu, hati saya sedih dan istri saya pingsan. Saya bingung apa salah jika saya membawa istri saya untuk tinggal dirumah orang tua saya (Sesudah menikah sampai memiliki anak saya tinggal dirumah orang tua istri selama + 2 tahun), saya bingung sekali apa yang harus saya katakan ke orang tua saya mengenai masalah ini, karena sampai sekarang orang tua saya tidak tahu tentang hal ini. Saya masih ingat perkataan ibu istri saya sampai sekarang, seperti maaf : anak setan, anak kurang ajar, anak gak tau terima kasih dan yang lebih sakit adalah saya benci sama mertua lo…..astagfirullah……apakah saya bersalah ibu????durhakakah istri saya ibu?

Hormat saya,

R

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu
Sdr R yang dimuliakan Allah. Ibu ikut prihatin dengan kasus yang menimpa Anda, tetapi yakinlah, Allah telah mengaturnya untuk Anda agar pribadi Anda menjadi lebih tertempa, kepemimpinan Anda sebagai imam dalam keluarga Anda menjadi terbentuk dan keimanan Anda meningkat, insya Allah.
Sdr R., Anda sudah dua tahun (sejak menikah sampai punya anak) tinggal bersama mertua. Alasannya adalah karena Anda belum mampu secara finansial untuk mandiri. Marilah mencoba empati dengan apa yang telah dilakukan mertua Anda. Seorang yang sudah menikah, mestinya harus sudah mampu mandiri, tidak lagi merepotkan orangtua, sekalipun harus mengontrak rumah. Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa keluarga menawari untuk tetap tinggal bersama mereka, namun tetap harus dilihat kemaslahatan atau madzarat yang terjadi. Sebagai suami Anda berkewajiban menafkahi keluarga semampu dan sekuat ikhtiar yang bisa anda lakukan. Dalam keadaan Anda belum kokoh berdiri, datanglah uluran tangan dari keluarga istri, semoga pengorbanan mereka tercatat sebagai amal sholih di sisi allah. Mungkin mereka tidak butuh ucapan terimakasih, namun sekedar penghargaan dengan sikap yang tulus, empati, kasih-sayang anak dan menantunya. Sudahkah itu Anda berikan? Mungkin saja ada hal-hal yang tidak terungkap pada mertua selama anak dan menantunya tinggal bersama mereka, atau mungkin selama Anda tinggal itu pihak orangtua Anda kurang peduli? Anda yang lebih paham, tapi dari ucapan orangtua, “anak tidak tahu terimakasih”, “saya benci mertua kamu”, mungkin ada hal-hal yang masih tersimpan.
Sdr. R, katakan pada istri Anda bahwa berbakti kepada orang tua adalah kewajiban, Allah menekankan betul hal ini. Bahkan berkata “Uf”, bila itu akan menyakitinya, Allahpun melarangnya.
Begitu pun sikap Anda kepada ibu mertua. Berdasarkan hadits : “Al Kholatu bimanzilatil Ummi.” Yakni “Ibu mertua kedudukannya sebagai ibu.”( Hadits Tirmidzi & Imam Ahmad).
Namun selain anak harus berbakti pada orangtua maupun mertua, sebaliknya, orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya, mendoakannya, mengharapkan kebaikannya, berkata baik dan tidak mencacinya. Ada hadits yang menjelaskan bahwa orangtua dilarang mendoakan kejelekan pada anaknya:
“ Seseorang berkata kepada Abdullah bin Mubarrak, mengadukan tentang tingkah laku sebagian anaknya. Abdullah bin Mubarrak bertanya, “Apakah kamu telah mendoakan kecelakaannya?” Orang itu menjawab, “Ya.” Abdullah al Mubarrak berkata, “Kamu telah merusaknya.”
Hadits lain menganjurkan bersikap lemah lembut kepada anak.
“Seorang sahabat : Al Aqra’ bin Habis melihat Nabi saw menciumi cucunya, al Hasan. Lalu Aqra’ berkta “Sesungguhny aku punya sepuluh anak, tetapi aku belum pernah mencium seorang pun di antara mereka.” Nabi Saw bersabda , “Sesungguhnya orang yang tidak menyayangi tidak akan disayangi .”
Menilik kasus Anda, tampaknya ada peristiwa yang membuat ibu mertua Anda bersikap tertentu terhadap keluarga Anda. Sayangnya Anda tak bercerita banyak tentang hal ini. Kalau benar ada masalah antar besan, tentu hal ini harus diselesaikan. Apalagi hal ini mengakibatkan ibu mertua Anda tak sayang kepada cucunya yang berasal dari Anda.
Anda tak bercerita, bagaimana selama dua tahun ini, hubungan Anda pribadi dengan mertua. Mestinya kalau memang beliau mengalami ganjalan dengan keluarga Anda, Anda dapat membaca efek dari perasaan itu.
Sdr. R, keputusan yang Anda ambil, bisa jadi sangat mendadak dan membuat mertua Anda kaget, sehingga kata-kata yang muncul dari lisannya sangat tidak enak untuk didengar. Bersabarlah, Pak…cobalah tempatkan diri di posisi mertua. Mertua Anda tentu saja merasa tersinggung, karena ia tahu, sebagai istri, anaknya harus mengikuti keputusan suaminya, sedangkan sebagai ibu, ia juga telah berkorban banyak.
Sdr R. Untuk mencapai keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah, banyak aspek harus dipersiapkan, antara lain adalah landasan keimanan yang kokoh antara suami istri, tanggungjawab suami untuk mencapai kemandirian secara ekonomi sehingga tidak bergantung lagi pada orangtua, disertai penerimaan yang tulus dari istri.
Lakukan istikharah sekali lagi dan bermusyawarah dengan keluarga tentang apa yang yang harus Anda lakukan ke depan. Jangan putus hubungan silaturahim dengan mertua yang telah membersamai selama masa-masa sulit. Janganlah Anda cepat mengambil kesimpulan bahwa mertua tidak mencintai cucu, kemudian Anda mengambil sikap. Bersikaplah dengan bijak, yakinilah, Allah pasti memberi cobaan sesuai dengan kekuatan hambaNya, maka, bermohonlah kepada Allah, agar masalah Anda ditutupNya dengan kebaikan. Amiin.
Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu

Bu Urba