Dingin pada Suami Akibat Kesal yang Berkepanjangan

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Bu Anita yang baik,

Saya seorang ibu rumah tangga yang berkarier dan dikaruniai seorang anak. Usia pernikahan kami 6 tahun dan usia anak kami 3 tahun. Saya sebenarnya bingung mau cerita darimana karena bagi saya masalahnya komplek banget.

Saya sedang gundah sekali akibat (mungkin karena saya yang kurang syukur nikmat) suami saya terlalu ‘masa bodoh’ dengan kondisi ekonomi keluarga kami. Semula saya bisa memaklumi kondisi ini tapi lama-kelamaan saya merasa seperti berkurang kekuatan saya. Mohon maaf kalau saya menceritakan kekurangan suami saya.

Suami saya jika memberi nafkah (uang) belum pernah bisa mencukupi kebutuhan kami. Pernah suami bilang bahwa kita harus mensyukuri setiap rizki yang kita terima dan tak boleh takabur. Begitu juga dengan seorang wanita yang wajib melayani suaminya (sanggama) kapanpun suami menghendaki karena itu ibadah.

Saya menerima hal itu Bu, karena itu ajaran agama. Yang membuat saya kesal, suami tetap masa bodoh dengan uang yang diberikan untuk keluarga. Berapapun yang dia berikan kepada keluarga, bisa tidak bisa itu harus cukup. Ya Allah, saya sering beristifghfar saja, Bu. Astaghfirullaahal’adziim, Bu.

Pekerjaan suami saya adalah honorer di daerah. Saya tidak tahu berapa gaji suami saya karena saya juga tidak pernah melihat struk gajinya. Yang bikin saya sakit lagi Bu, suami tak mau seandainya saya hidangkan makanan seadanya sesuai dengan uang yang dia berikan. Dia maunya yang lebih, atau kalau tidak dia pergi ke warung atau tidak makan sekalian.

Dia pun suka menuntut saya harus menyumbang terutama kepada keluarganya seandainya dan yanga melahirkan atau acara kondangan. Memang saya bekerja di luar rumah tapi sebatas untuk membentu keluarga bukan menjadi tulang punggung. Itu tujuan saya. Ternyata sekarang ini justru saya merasa menjadi tulang punggung karena sikap suami yang seperti itu.

Bu, saya pun dingin terhadap suami. Setiap saya bicarakan masalah ini suami pasti marah dan kurang senang yang berakhir dengan pertengkaran. Saat ini saya sedang ingin mengajukan cerai karena saya sudah tidak kuat lagi. Bu, mohon saran Ibu. Sebenarnya saya pun tak ingin cerai. Kasihan anak saya yang masih kecil. Tapi kalau seperti ini terus, rasanya kekuatan saya semakin berkurang. Terima kasih.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Assalammu’alaikum wr. wb.

Ibu Nova yang dimuliakan Allah,

Nampaknya kekecewaan ibu yang menumpuk membuat ibu merasa tertekan bersama suami. Memang perasaan kesal yang berkepanjangan dan tidak mendapat respon yang baik dari pasangan hidup dapat mengikis keikhlasan dalam menjalankan amanah berumah tangga. Akhirnya yang tersisa adalah perasaan tertekan karena semua dijalankan dengan kemarahan yang terpendam.

Perasaan ibarat air yang mengalir jika ditahan dan tidak disalurkan maka lama kelamaan akan seperti air bah menjebol dinding yang menahannya dan merusak sekitarnya. Masalah ibu yang terus menahan perasaan kesal pada suami ibarat air yang ditahan dan akhirnya keluar karena tak mampu lagi menahan perasaan yang tak pernah dapat disalurkan.

Mungkin jika ada jalan komunikasi yang baik antara ibu dan suami maka perasaan tertekan yang ibu rasakan sekarang dapat sedikit-demi sedikit terkurangi. Kadang permasalahan antara suami isteri lebih karena masalah komunikasi. Komunikasi sebenarnya bukan sekedar kita sudah membicarakan maksud kita tapi seberapa baik pesan yang ingin kita sampaikan tertangkap oleh yang menerima pesan.

Sebagai pasangan yang hidup bertahun-tahun dengan semua perasaan kesal yang berkepanjangan kadang komunikasi tidak lagi berjalan baik Karena setiap maksud diiringi dengan emosi dan akhirnya disambut juga dengan emosi. Wajar jika jadi stres dengan komunikasi seperti itu karena pesan masing-masing tak juga dapat dipahami dengan baik oleh pasangannya. Dan jika ibu merasa sedang tertekan sebaiknya memang tidak mudah mengambil keputusan.

Saya menyarankan ibu untuk mendatangi lembaga konsultasi pernikahan dulu sebelum memutuskan perceraian. Berbicara dengan konselor tentu juga dapat mengurangi perasaan tertekan yang ibu rasakan saat ini, sehingga dapat membantu ibu juga untuk berpikir lebih jernih. Selain itu dengan adanya orang yang berpengalaman dalam memperbaiki komunikasi ibu dan bapak maka diharapkan ada solusi terbaik yang masih dapat diusahakan selain perceraian. Wallahu’alambishshawab.

Wassalammu’alaikum wr. wb.

Rr. Anita W.