Hampir 2 Tahun Gak Komunikasi Dengan Ayah

Assalamualaikum,

sekitar 2 tahun yang lalu orangtua saya bercerai karena ayah saya berulah yang sangat memalukan keluarga padahal usia udah manula. sejak itu saya putus komunikasi dengan ayah saya ini karena saya merasa sakit hati dan belum bisa memaafkan kesalahan2 ayah kepada ibu saya selama bersama. Saya bener2 malu atas segala kelakuan ayah saya dan sangat kasihan sama ibu. Apakah saya berdosa? Bagaimana solusinya agar saya tidak berdosa kepada ayah saya. Terima kasih

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,

Sdr. Jimbon yang dirahmati Allah swt,
Saya turut prihatin atas perilaku Ayah pada masa lalu yang telah menyakiti keluarga sehingga kemudian terjadi perceraian. Semua anak tentunya mengharapkan keluarganya harmonis, ayah dapat mendidik anak-anak dengan baik, bertanggungjawab pada keluarga, namun tak jarang yang ditemui bukanlah gambaran keluarga ideal. Semoga Allah swt. memberi petunjuk pada Ayah saat ini dan di masa yang akan datang dan memberi Adik ketabahan, keshabaran, pahala yang berlipat.
Memang sebagai manusia kadang tak mudah memaafkan kesalahan, kadang bahkan masih juga rasa sakit hati, atau benci mengganggu hingga bertahun-tahun kemudian. Apalagi jika Ayah masih tak menunjukkan itikad baiknya pada keluarga, khususnya anak-anak yang masih menjadi tanggungjawabnya meskipun sudah bercerai dengan sang istri.  Semoga dengan kelembutan dan rasa kasih sayang, pelan tetapi pasti komunikasi dengan Ayah akan terbuka kembali.
Sdr. Jimbon, nampaknya dari cerita Anda komunikasi dengan Ayah Anda selama dua tahun ini tak begitu lancar. Hal ini akan baik jika diperbaiki lagi ke depan.

Al Qur’an mengkisahkan dialog yang positif antara seorang anak yang sholih dengan figur Ayah yang durhaka. Hal ini termuat dalam QS Maryam: 42-45  tentang dialog Ibrahim dengan Ayahnya; yang artinya:

” Wahai Bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak dapat mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? Wahai Bapakku, sesengguhnya telah datang kepadaku ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai Bapakku, janganlah engkau menyembah syetan. Sesungguhnya syetan itu durhaka kepada Tuhan yang maha pemurah. Wahai Bapakku sesungguhnya aku khawatir bahwa engkau akan ditimpa adzab dari Tuhan Yang Maha Pemurah., maka engkau menjadi kawan bagi syetan”.

Itulah kisah kelembutan Ibrahim as. terhadap Bapaknya yang masih kafir..subhanallah…! Sungguh teladan yang mulia tentang akhlak terhadap Ayah yang masih kafir.

Sdr. Jimbon, untuk menjalin komunikasi cobalah beri hadiah-hadiah dan perhatian kecil, ini sebagai cara mendekatkan hati ke Ayah; jangan malah dijauhi. Do’a Adik di malam hening khusus untuk Ayah semoga membukakan pintu hidayah-Nya untuk kesadaran Ayah meniti jalan yang diridloi-Nya. Amin.

Sdr. Jimbon jika keburukan dibalas kebaikan maka ini sungguh perbuatan yang luar biasa..subhanaLlah…. Kebaikan untuk membalas keburukan hanya dapat dilakukan oleh hamba-hamba yang punya keteguhan iman.
Dendam (benci)  adalah energi negatif. Ini akan merusak diri Anda sendiri. Kalau memang tidak maka buktikan bahwa Adik Asep tidak dendam (benci) pada orang tua. Secara manusiawi wajar anak punya persepsi negatif berupa rasa kecewa karena Bapaknya tidak memenuhi kewajibannya dalam keluarga. Tetapi kekecewaan ini janganlah menjadi sikap dan perilaku negatif yang akan menguras energi Adik sendiri. Bangkit dari masalah lebih membawa banyak hikmah, daripada terpuruk dalam masalah, atau menjadi pemuda broken-home yang mengganggu masyarakat dan merusak diri sendiri, bukan? Adik Asep sudah melakukan hal yang positif dalam mengatasi masalah. Namun demikian perlu dipahami bahwa meskipun Bapak tinggal berjauhan, tidak bertanggung jawab, menyakiti keluarga, bahkan semisal murtadpun anak masih mempunyai nasab dengan Bapaknya dan ada hak-hak muamalah berupa dipergauli dengan baik oleh anaknya. Minimal do’a, alangkah baiknya jika Adik bisa mendakwahi Bapak agar memperbaiki diri, apalagi di usia beliau yang semakin tua.
Berjiwa besarlah saudaraku, bersamailah Ibu sehingga selalu dalam ketabahan. jika Anda tengah suntuk memikirkan masalah Ayah….helalah nafas sambil memikirkan banyak ni’mat Allah, do’akan untuk kebaikan Ayah maupun Ibu… semoga dengan berdzikir hati kita lebih tuma’ninah. Do’a Ibu untuk kebahagiaan para pemuda(i) muslim yang dirundung masalah.Ingatlah, Allahu ma’ana.

Wallahu a’lam bish-shawab
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Bu Urba