Isteri Minta Cerai Karena Tidak Bisa Melayani Kebutuhan Seks Suami

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Ibu Anita

Saya ingin menanyakan tentang perceraian dan persetubuhan. Begini, saya telah berumah tangga hampir 5 tahun dan sudah dikaruniani seorang anak. Masalah kami muncul setelah anak kami lahir, karena sejak itu pula isteri saya selalu menolak untuk melayani kebutuhan biologis saya sampai bertahun-tahun lamanya, saya sendiri sangat mencintai isteri saya, saya memang tidak marah dengan sikap isteri saya tersebut, saya selalu berupaya sabar menghadapi isteri saya, isteri saya selalu mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak ada keinginan untuk melakukan hubungan seks, sama sekali tidak ada nafsu untuk melayani saya.

Tentu saja hal ini membuat saya sedih tetapi saya lebih sedih melihat keadaan isteri saya dari hari ke hari, saya benar-benar sangat kasihan terhadap dirinya, untuk pemanasan dengan cara apapun isteri saya selalu bilang bahwa dirinya tidak merasakan rangsangan apapun. Akhir-akhir ini isteri saya minta cerai dari saya karena merasa dirinya selalu berdosa tidak bisa melakukan kewajiban sebagai seorang isteri yang baik.

Yang ingin saya tanyakan:

1. Isteri saya minta cerai dari saya, sedangkan isteri saya sendiri tahu bahwa saya selama ini bersikap terlalu baik terbaik dirinya dan mencintainya, apakah keinginan isteri saya ini benar atau salah, berdosa atau tidak? Karena isteri selalu kuatir bahwa ibadahnya selama ini tidak diterima oleh Alloh SWT.

2. Selama isteri saya tidak melayani saya, demi memenuhi kebutuhan biologis saya sering melakukan onani agar kebutuhan biologis saya terkontrol, tentu saja saya merasa berdosa, bagaimana menurut, apakah perbuatan saya berdosa atau tidak, melihat kondisi rumah tangga kami.

3. Di samping isteri saya minta cerai dari saya, sebenarnya isteri saya juga selalu ragu apakah keputusannya itu benar atau tidak, karena isteri saya kuatir bahwa di kemudian hari dirinya akan menyesali keputusannya, apalagi kami sudah memiliki anak.

4.Apabila saya selalu memaafkan isteri saya, apakah amal ibadahnya akan diterima oleh Alloh SWT?

5. Isteri saya selalu menasehati agar saya mencari isteri lain, agar saya bahagia, sedangkan nasehat isteri saya benar – benar membuat sakit hati karena saya benar-benar mencintai isteri saya, benarkah sikap isteri saya tersebut yang membuat saya sebagai seorang suami terluka?

6. Untuk penyembuhan isteri saya, saya mohon informasi ke mana kami harus berobat, padahal kami sudah konsultasi ke dokter kandungan pun tidak membawa hasil dan selama ini kami berdua sangat terbuka dengan masalah-masalah kami.

Di luar masalah seks, kehidupan rumah tangga kami baik-baik saja

Terima kasih Ibu Anita atas perhatiannya dan bantuannya

Wassalam,

Assalammu’alaikum wr.wb.

Bapak HM yang penyabar,

Saya salut atas besarnya rasa cinta bapak kepada istri sehingga dapat bersabar dan tetap bersikap baik meski istri tak mampu memenuhi kebutuhan biologis yang cukup penting dalam kehidupan seorang suami. Dan nampaknya istri andapun sangat mencintai anda sehingga rela untuk diceraikan atau mengizinkan anda menikah lagi demi kebahagiaan bapak.

Saya turut prihatin atas apa yang dialami oleh istri bapak, tentu merupakan hal yang cukup menekan bagi seorang istri yang sholehah ketika tak mampu menjalankan kewajiban biologisnya kepada suami. Karenanya saya dapat memahami ketika ia menganjurkan hal-hal yang mungkin sebenarnya juga menyakitkan bagi dirinya.

Dan nampaknya bapak juga tersinggung atas saran istri yang mengizinkan anda untuk menikah lagi. Dalam hal ini memang dibutuhkan komunikasi yang terbuka dan ketenangan hati dalam mencari solusi terbaik bagi semua pihak. Jika bapak tidak menyukai saran istri tersebut utarakanlah dengan cara yang baik dan ajak istri mencari alternatif lain untuk menyelesaikan masalah.

Berdasarkan cerita bapak permasalahan frigiditas yang dialami oleh istri baru terjadi setelah melahirkan anak pertama, artinya sebelumnya istri dapat berfungsi secara normal.kemungkinan besar penyebabnya memang berawal setelah ia melahirkan anak. Jika pemeriksaan medis sudah dilakukan pada istri dan tidak ditemukan masalah berarti maka kemungkinan besar penyebab dari semua ini adalah masalah psikologis.

Mungkin istri mengalami trauma pasca melahirkan, yang memang diderita oleh sebagian wanita setelah melahirkan. Dan pada kasus yang ekstrim trauma pasca melahirkan dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama.Oleh karena itu saya menyarankan agar istri berkonsultasi kepada psikolog atau psikiater. Jika istri memang mengalami trauma maka nanti akan ada terapi psikologis yang dapat membantunya.

Sedangkan tentang kekurangan pada diri istri jika bapak sebagai suami ikhlas terhadap hal tersebut maka tidak ada dosa pada istri apalagi hal tersebut terjadi di luar kemauannya. Dan bagi sebagian ulama melakukan onani dalam rangka menghindari zinah diperbolehkan. Agar bapak dengan istri merasa lebih tenang hatinya maka berkonsultasi dengan ustadz dan ustadzah juga dapat dilakukan agar dapat memandang masalah ini dengan sudut pandang agama yang benar.

Demikian pak semoga bermanfaat, kesabaran dan dukungan bapak pada istri sangatlah berarti dan akan membantu mempercepat proses pemulihannya. Tetaplah berdoa dan berusaha semoga Allah memberikan yang terbaik bagi bapak sekeluarga. Amin

Wassalammu’alaikum wr.wb.

Rr Anita W.