Keberatan Dengan Keberadaan Adik Ipar

Assalamu’alaykum wr. wb.

Saya sudah menikah dan mempunyai 1 putera. Suami saya anak pertama dan mempunyai 2 orang adik (1 wanita, 1 laki-laki). 3 bulan sebelum suami saya bekerja di luar negeri, adik suami (yang wanita) minta izin untuk tinggal di rumah saya (selama ini kami tinggal di rumah milik orangtua saya karena suami belum mampu membeli rumah) dengan alasan ingin mencari pekerjaan. Alhamdulillah saya bisa membantu dengan memasukkannya ditempat saya bekerja.

Setelah suami saya berangkat keluar negeri, semakin lama sikap adik ipar membuat saya kesal (sering membohongi saya, sering pulang malam tanpa alasan jelas, pergaulan bebas, dan malas untuk membantu saya dalam hal pekerjaan rumah). Padahal saya sudah bantu dalam hal tempat tinggal, pekerjaan, dan juga biaya hidup sehari-hari. Saya cerita ke suami dan dia hanya bisa mengingatkan adiknya melalui telepon/sms. Saya kesal dan akhirnya sering bertengkar dengan suami. Sepulangnya dari luar negeri setelah dinasehati akhirnya adik ipar tersebut pulang kampung.

Tapi tak lama berselang adik iparnya yang no.2 (laki-laki) kembali ingin tinggal bersama kami dengan alasan yang sama yaitu mencari pekerjaan. Keberadaannya hanya menambah beban ekonomi keluarga khususnya biaya makan karena makannya sangat banyak (tidak terkontrol), dia juga malas dalam hal pekerjaan rumah dan susah kalo disuruh shalat, hal itu membuat saya berat hati untuk bisa menerima keberadaannya. Sudah ditegur oleh suami tapi tetap saja malas.

Kelakuan adik ipar sebelumnya (yang wanita) yang telah mengecewakan saya membuat saya bertambah kecewa saja pada keluarga suami. Sekedar info, hubungan saya dan ibu mertua juga kurang harmonis karena ibu mertua saya sangat pelit terhadap saya dan cucunya (padahal cucu pertama) dan saya sering diperlakukan pilih kasih dengan saudara-saudara dari pihak suami. Saya kecewa pada keluarganya dan tak jarang itu membuat kami sering ribut. Saya harus bgaimna bu?

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Ibu Diana yang shalihah, saya dapat mengerti betapa anda merasa tak nyaman dengan problem yang sedang anda alami.

Tetapi Bu, Subhanallah, ternyata Rasulullah saw sudah pernah mengisyarakat tentang hubungan seperti yang anda alami ini.

Hadits yang mulia menjelaskannya :

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, bahwasannya seorang laki-laki berkata; “Wahai Rasulullah saya memiliki kerabat yang saya sambung tali silaturahim dengan mereka namun mereka memutuskannya, saya bersikap baik dengan mereka namun mereka berbuat buruk dengan saya. Rasulullah saw menjawab, “Jika memang engkau seperti apa yang engkau katakan, maka engkau seolah-olah memberi makan mereka dengan abu panas, dan pertolongan Allah tetap akan bersamamu selama kau tetap demikian.” (HR Muslim)

Dalam komentarnya atas hadits ini, Imam An Nawawi mengatakan :”Frase engkau seolah-olah memberi makan mereka dengan abu panas adalah tasybih (penyerupaan) dengan derita yang dialami oleh orang yang makan dengan abu panas .Orang-orang yang tidak membalas budi baik dengan budi baik serupa tidak akan mendapatkan apa-apa, melainkan akan menanggung dosa besar akibat kelalaian mereka dalam memenuhi kewajiban mereka dan kesewenang-wenangan mereka menyakiti pemberi budi baik.”

Subhanallah ya Bu, di mata Allah anda telah naik derajat karena rasa sakit yang anda dapat sebab perlakuan yang anda terima dari ipar anda. Dan benar juga persangkaan anda kepada Allah,bahwa DIA yang pemurah membagi rezki pada anda sebab kebaikan yang telah anda tebarkan. Sebagaimana kata hadits ;

“Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya dan diharumkan namanya sepeninggalnya, maka hendaklah ia menyambung tali hubungan silaturahimnya.” (HR Bukhari Muslim)

Anda mesti tetap istiqomah ya Bu, dalam kebaikan seperti ini. Jangan pernah sesali kebaikan itu dan jangan pula anda balas keburukannya dengan keburukan pula seperti mendiamkan dan tidak mengajaknya berbicara. Tentu ibu ingat hadits tentang silaturahim “Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk, dan ketika selesai menciptakannya, rahim berkata :”Inikah maqom orang yang berlindung kepadaMu dari pemutusan hubungan silaturahim?” Allah menjawab, “Benar. Tidakkah kau suka jika aku berikan rahmat kepada orang yang menyambungmu dan menahan rahmat terhadap orang yang memutuskanmu? Rahim menjawab : “Tentu saja aku suka, wahai Tuhan”. Allah berfirman, ” kalau begitu ia untukmu.” Rasulullah melanjutkan : “Bacalah jika kalian mau (QS. Muhammad [47] : 22)

Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” (HR. Bukhari)

Jadi Bu, syariat sudah membedakan secara tegas antara orang yang menyambung silaturahim dan yang memutuskannya. Dan yakinilah Bu, selama ibu menolongnya, meski ia sepertinya melecehkan ibu, Allah pasti akan melapangkan ibu lebih banyak lagi.

“Allah selalu menolong hambaNya selama si hamba menolong sesamanya.”(HR Muslim)

“Barangsiapa menolong saudaranya dalam memenuhi hajatnya, maka Allah akan memenuhi hajatnya.” (HR Muslim)

“Bukanlah orang yang menyambung silaturahmi,orang yang membalas secara setimpal, tetapi orang yang suka menyambung silaturahim adalah orang yang jika diputus hubungannya, maka ia tetap menyambungnya.”

Tak usah ibu hitung-hitung kebaikan yang ibu telah lakukan kepadanya. Malaikat telah mencatatnya dan Allah pun telah menetapkan pahalanya untuk anda. Jangan anda ingat-ingat segala kebaikan itu, agar ibu tercatat sebagai orang yang ikhlas. Selalu motivasi diri anda dengan motivasi akhirat, anggaplah tantangan itu tantangan kecil yang tak kan menggoyahkan keimanan anda. Tempatkan cita-cita tertinggi anda adalah cita-cita surga. Anda tak sedang mengharapkan pahala dari dia, maka meski buruk perlakuannya, anda tetap harus berbuat baik, karena pahalanya jauh lebih besar.

”Orang yang paling dekat tempat duduknya (tinggalnya) dengan Kami pada hari kiamat adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya dan yang merendahkan sayapnya (tawadhu’), yang mengasihi dan dikasihi.”(HR Thabrani)

Jangan lupa doakan dia. Dukunglah terus suami dalam berbuat kebaikan kepada keluarga besarnya. Jadilah team yang solid dengan suami agar ia pun tak gamang melangkah. Buatlah rencana dan program bersama untuk kebaikan bersama. Misalnya mengajari adik ipar anda untuk mau membantu anda melakukan pekerjaan rumah. Beri suatu pujian, hadiah- hadih kecil (reward) bila ia melakukan dengan baik dan sepakati juga sanksi bila ia tidak melakukannya.

Yakinlah dukungan itu insya Allah akan membuat Saudara-saudara Anda dan juga mertua akan semakin mencintai anda dan memperkokoh rumahtangga anda. Dan terhadap kerabat yang lain selalu tingkatkan kebaikan. Pepatah Jawa mengatakan ”becik ketitik, ala ketara”, artinya siapapun yang beramal baik pasti akan diketahui dan siapa pun yang beramal buruk juga akan diketahui. Semoga kebaikan ibu akan membuatnya malu dan mau mengevaluasi diri. Jangan sampai justru menjadikan hubungan Anda dan suami bermasalah. Dalam batas- batas tertentu suami juga harus berusaha menjadikan adik- adiknya mandiri dan tidak selalu tergantung pada keluarga Anda, namun barangkali ini ujian bagi Anda dan suami untuk banyak bersyukur atas ni’mat rizki-Nya.

Selamat beramal Bu, semoga rizki Ibu senantiasa bertambah dan kesabaran Ibu akan semakin terasah. Amiiin…..

Wallahu a’alam bisshawab
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu,

Bu Urba