Ketika HAMKA Berduka Kehilangan Isterinya

hamkaLebih dari 50 tahun Hamka dan Isterinya saling mendampingi, segala suka dan cita mereka hadapi berdua dari masa usia muda,  ketika menikah , Hamka berusia 19 tahun, dan Isterinya kala itu  berusia 16 tahun. Keduanya dikaruniai 12 orang anak. Dapat dibayangkan perjuangan hidup mereka sebagai orangtua membesarkan anak anak mereka.

Setelah Isteri beliau wafat, Hamka lebih sering tinggal di rumah, jarang bepergian.  Tamu tamu berdatangan silih berganti menyampaikan rasa ikut berduka cita. Undangan ke luar kota pun tidak dapat ia penuhi.

Pengakuan seorang anaknya yang memperhatikan sikap Hamka mengatasi duka laranya sepeninggal isterinya , Hamka sering bersenandung kala sendirian, ia bersenandung dengan suara yang hampir tidak terdengar, ia menyenandungkan Untaian syair  “Kabah”.  Senandung Kabah biasanya dinyanyikan dengan iringan suling atau rebab. Bila selesai bersenandung , Hamka mengambil air wudhu, lalu shalat. Selesai shalat, Hamka tiduran di tempat tidur  sambil bersandar di bantal yang disandarkan di kayu tempat tidur itu. Dari bawah bantal yang lain ia mengambil Al Quran kecil, kemudian hanyut membacanya. Salah satu kebiasaannya, ia tak akan berhenti membaca al Quran sebelum ia mengantuk, beliau akan terus membacanya sampai 2-3 jam. Karena itu, Hamka bisa menghabiskan 5-6 jam sehari hanya untuk membaca Al Quran.

Pernah suatu saat, anaknya menanyakan Hamka mengenai kuatnya dalam membaca Al Quran,

“ Ayah, kuat sekali Ayah membaca Al Quran?’ tanyanya kepada Hamka.

“Kau tahu, Irfan. Ayah dan Ummi telah berpuluh puluh tahun lamanya hidup bersama. Tidak mudah Ayah melupakan kebaikan Ummi. Itulah sebabnya bila datang ingatan Ayah terhadap Ummi, Ayah mengenangnya dengan bersenandung. Namun, bila ingatan Ayah kepada Ummi itu muncul begitu kuat, Ayah lalu segera mengambil air wudhu. Ayah sholat taubat dua rakaat. Kemudian Ayah mengaji, Ayah berupaya mengalihkannya dan memusatkan pikiran dan kecintaan Ayah semata mata kepada Allah,” jawab Hamka.

“Mengapa Ayah sampai harus melakukan shalat taubat” Tanya puteranya.

Hamka menjawab tubtas ,” Ayah takut, kecintaan Allah kepada Ummi melebihi kecintaan Ayah kepada Allah. Itulah mengapa Ayah sholat taubat terlebih dahulu.”

Sumber : Ayah, oleh Irfan Hamka – Penerbit Republika