Lamaran Berujung Konflik

Assalmualaikum, Ustadzah…

Saya adalah seorang gadis dengan usia yang sudah cukup untuk menikah (27 tahun). Ada seorang laki-laki yang menaruh hati kepada saya dan memutuskan untuk melamar saya. Sebelum menemui orang tua saya, ia telah berbicara kepada saya, dan saya katakan bahwa lebih baik ia langsung melamar saya di hadapan orang tua saya. Jujur, saya pun menyukai dia.

Meskipun kami seumuran, saya lebih dulu memperoleh pekerjaan di sebuah institusi yang cukup ternama, sementara dia baru saja akan memulai karirnya karena ia baru saja menyelesaikan S2. Permasalahannya, ketika ia melamar saya bersama keluarganya, orang tua saya mengatakan keinginannya agar saya tidak melepaskan pekerjaan saya. Sementara orang tua pihak pria merasa tidak ingin anaknya dibatasi. Setelah itu, hubungan keluarga sepertinya menjadi tidak enak, padahal lamaran itu sendiri belum dijawab secara eksplisit, tapi seperti digantungkan begitu saja. Karena perbedaan pendapat itu, perbedaan-perbedaan lain pun kemudian dipermasalahkan, baik oleh keluarga saya maupun keluarganya.

Orang tua saya khawatir bahwa ia adalah laki-laki yang tidak berpendirian kuat dan mudah terpengaruh pendapat orang tuanya (terutama ibunya). Bagi mereka, itu adalah hal yang akan membuat saya kesulitan ketika berumah tangga nantinya.

Apa yang harus saya lakukan ustadzah? Saya merasa, sebenarnya saya dan dia sudah sama-sama saling menyukai. Namun, kali ini hubungan yang tidak enak di antara kedua keluarga membuat kami bingung.

Wassalamualaikum wr wb

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu

Sdr Kamila yang dirahmati Allah,

Saya memahami, saat ini setelah terjadi pertemuan keluarga, status Anda menggantung. Jadi Anda merasa gamang. Jadikan ini sebagai ujian ya Sdr Kamila, agar Anda tetap tsiqoh billah (yakin pada Allah).

Sdr Kamila yang dirahmati Allah,

Calon anda mestinya bisa bertindak lebih tegas dengan melakukan komunikasi yang lebih intensif pada keluarga Anda. Dalam hal ini Anda juga dapat bertindak sebagai penjembatan komunikasi itu, Sdr kamila. Seorang wanita dalam Islam mempunyai hak atas pilihannya sendiri, dan seorang wali mestinya tidak boleh memaksakan kehendak mereka pada anak. Dekatilah orangtua dari hati ke hati, Anda yang paling tahu bagaimana melakukan pendekatan yang tepat, bukan?

Yakinlah bahwa ukuran dalam kebaikan seorang laki- laki hanyalah karena agamanya, apapun permasalahan yang nanti akan muncul dalam rumah tangga, jika agama selalu dijadikan landasan penyelesaian konflik tersebut, tentu akan ada solusi. Inilah yang harus Anda yakinkan pada keluarga Anda, bahwa merekapun perlu meluruskan niat dalam mencari seorang menantu, karena akan juga menjadi ibadah bagi orangtua… bukankah setiap orangtua dalam hati kecilnya yang paling dalam sebenarnya bermaksud membahagiakan anaknya? Namun adanya miskomunikasi dapat menjadi ancaman.

Anda mengatakan ada pokok permasalahan yang muncul, yakni ketika laki- laki tersebut melamar Anda bersama keluarganya, orang tua Anda mengatakan keinginannya agar Anda tetap bekerja. Sementara orang tua pihak pria merasa tidak ingin anaknya dibatasi. Nah, apakah dua harapan ini tidak bisa dicarikan titik temunya? Tanyakan secara tegas pada calon Anda, apakah dia akan melarang Anda nanti untuk bekerja? Nah, kalau sejak awal memang dia dan Anda sudah berbeda visi tentang masalah ini, maka akan menjadi kerikil-kerikil yang mengganjal di kemudian hari.

Sdr Kamila, karena Anda lebih mapan secara pekerjaan, maka Andapun perlu meyakinkan calon Anda bahwa hal ini tidak akan mengurangi rasa hormat padanya, berapapun penghasilan yang akan diperolehnya nanti, misalnya di bawah gaji Anda, bukankah ini bukan ukuran bahwa dia sebagai suami tetap qawwam? Jangankan kita, Rasulullah SAW pun bahkan tidak berpenghasilan sebesar Khadijah ra ketika menikah. Justru dengan penghasilannya yang lebih, Khadijah yang shalihah itu menjadi orang pertama yang mensupport dakwah beliau. Dukungan ekonomi Khadijah ra pada suaminya tidak diragukan lagi dan ini bukan aib dalam rumahtangga. Apakah kita tidak meneladani kisah luar biasa ini?

Sdr Kamila, orangtua calon Anda mungkin khawatir bahwa anaknya akan dibatasi. Perjelaslah kata- kata ini, jangan sampai pihak keluarga salah menangkap. Apakah maksudnya calon Anda nanti akan punya keputusan yang tanpa musyawarah tentang pekerjaan Anda? Kalau memang maksud orangtuanya begitu, sekali lagi tanyakanlah secara terang benderang sejak sekarang agar Anda juga tidak kaget di kemudian hari.

Sdr kamila, Jodoh adalah rahasia Allah. Ia yang memilihkan yang terbaik. Ia juga yang telah mentakdirkan. Sebagai manusia, karena belum tahu apa takdirnya, memang harus berusaha. Begitu pun anda dan calon anda. Anda harus berjuang bila memang anda yakin dia yang terbaik untuk anda. Tetapi perjuangan itu tak boleh menabrak rambu syariat. Allah berfirman :

“wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula." (QS. An Nur [24] : 26)

Lakukan sholat istikharah, semoga Allah swt menunjukkan cahaya petunjuk… amin.

Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu

Bu Urba