Marah Pada Anak

Marah Pada Anak

Assalamu ‘alaikum Mam Fifi,

Saya seorang ayah mempunyai 3 orang anak, yang pertama kelas satu SD, anak kedua sudah TK, yang ketiga setahun lebih (istri saya sekarang sedang hamil 4 bln InsyaAllah anak yang ke 4). Saya dan istri sama-sama bekerja, saya mengajar pulang sekitar jam 2 siang sedangkan istri kerja kantoran pulang jam 5 lewat baru sampai di rumah. Saya ada merasa keberatan istri pulang sudah dekat maghrib sehingga saya beranggapan urusan keluarga agak terbengkalai. Tapi kalo istri tidak kerja saya belum mampu menafkahi keluarga sendiri, saya ajak istri pindah kerja atau kami yang pindah tempat tinggal itupun belum juga memungkinkan. Dengan kondisi seprti ini anak saya bertambah sepertinya emosi saya semakin tidak terkendali karena sehari-hari mengurusi mereka setelah pulang mengajar. Ketika anak saya berbuat salah, saya selalu marah dengan spontan dan tak jarang menyakiti fisik anak saya (astghfirullaah), saya sadar setelah melakukan hal itu akan mengakibatkan banyak hal yang tidak baik untuk perkembangan/pertumbuhan emosi dan mental anak-anak saya, tapi hal itu masih terus saya lakukan sampai sekarang. Saya minta tolong kepada Mam Fifi dan team ada jalan keluar buat saya.

Atas segala bantuannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr. wb.

Jawab

Walaykumsalam warahmatullahi wabarakatuh,

Bapak Muhamad Nasir yang dicintai Allah,

Saya mengerti apa yang Bapak rasakan, bekerja saja sudah lelah, ditambah lagi ketika pulang kerja harus mengurus anak yang kecil kecil, apakah tidak ada sodara yang bisa dititipi anak-anak Pak? karena kalau kita lelah, maka emosi mudah naik, dan semua nasihat agama akan lupa.

Semoga setelah surat ini sampai kepada Bapak, ada banyak perubahan, sebaiknya dan sewajibnya, berhenti marah pak, karena nanti jadi habbit (kebiasaan). Dan kebiasaan yang dilakukan terus menerus akan menjadi karakter, dan bila sudah menjadi karakter kita, akan susah untuk dihilangkan.

Ada keburukan bila kita marah-marah bahkan memukul pada anak, di mata anak-anak akan nampak bahwa ayahnya adalah si pemarah. Yang kedua adalah sifat itu akan menjadi sifat keluarga, bentukan keluarga, sehingga anak akan menjadi pribadi yang suka marah, membentak dan memukul pada orang disekitarnya, bahkan mungkin nanti pada istrinya bila dia menikah kelak.

Jadi tolong Bapak selamatkanlah keluarga Bapak dari amarah, kewajiban Bapak untuk “… quu anfusikum wa ahlikum naaroo…” Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. ( QS At tahrim : 6 )

Mungkin sebaiknya Bapak tidak mengurus anak sampai ibunya pulang, Bapak mungkin ketika jam pulang kantor dapat tidur atau berdiam dulu dimasjid terdekat, bila sudah segar, lepas ashar Bapak baru pulang. Dan bapak coba juga terapi sabar, mungkin dengan berpuasa dan banyak tilawah dan berdoa sungguh-sungguh, agar dihilangkan rasa marah. Makanan juga pengaruh, banyak makan sayur dan buah, tidak makan daging akan menghentikan hawa nafsu amarah. Semoga berhasil yaa pak, apalagi anaknya mau tambah, jangan jadi sasaran yang berikutnya, saya cuma khawatir bila kita suka marah, nanti kebablasan kasihan anaknya. Salam sayang buat anak-anak, dan istri Bapak yang solihah.

Semoga Allah melindungi keluarga bapak dari kejahatan dan kekurangan dan diberikan kemudahan dalam segala urusan serta kesakinahan dunia dan akhirat, aaminn, yaa mujibassailin.

Wassalam

Mam Fifi

Ingin mengirim pertanyaan untuk rubrik ini? Kirim pertanyaan ke email [email protected] dengan subject : Konsultasi Pendidikan & Keluarga