Menumbuhkan Rasa Sayang pada Ibu

Assalamualaikum.

Saya sangat tersiksa dan hati saya tidak pernah tenang selama hidup ini. Berbagai cara saya coba untuk bisa tulus menyayangi ibu saya. Saya selalu teringat akan perlakuan ibu kandung saya sejak kecil bu,

Sejak berusia 3 bulan sampai saya tamat SD, saya diasuh oleh nenek dari pihak ibu. Pas mau SMP saya baru tinggal dengan ibu dan ayah tiri saya. Nenek pun tak tahu siapa ayah kandung saya, dan saya pun tak berani bertanya pada ibu.

Sejak saya tinggal bersama ibu itulah penderitaan lahir batin dimulai. Ibu saya selalu menyiksa saya, Bu. Bahkan yang lebih menyakitkan lagi, kata-kata kasar ibu pada saat marah selalu menyebut saya anak haram, anak sial dan banyak lagi. Kalau isi kebun binatang sudah jadi santapan saya tiap hari. Penderitaan itu terus saya rasakan sampai kuliah. Sudah besarpun saya masih sering menerima pukulan ibu. Saya hanya bisa bersabar, karena saya ingin menyelesaikan studi saya. Ayah tiri saya cuek, Bu.

Suatu kali nenek pernah memergoki saya dalam keadaan babak belur, mata saya biru bengkak, rambut saya nyaris botak. Saya memang tidak pernah mengadu pada siapapun tentang perlakuan ibu. Saat itu kebetulan nenek datang dari kampung ingin menjenguk saya, karena nenek sangat sayang pada saya, maka nenek bermaksud mengambil saya kembali, tapi ibu murka bu. Bahkan nenek, kakek dan paman saya dilaporkan ke polisi. Ibu bisa bayangkan ibu saya berkelahi fisik dengan ortunya sendiri! Untungnya pihak kepolisian tidak memperpanjang masalah ini, karena dianjurkan berdamai saja. Ibu saya, menurut nenek saya dan memang saya rasakan sendiri, adalah anak satu-satunya dari 6 anak nenek yang paling nakal sejak kecil.

Sayapun diperlakukan bak PRT, Bu. Semua pekerjaan rumah saya yang mengerjakan.

Singkat kata, akhirnya setelah lulus kuliah, saya tidak ada jeda nganggur, begitu lulus, saya langsung kerja, alhamdulillah Allah mendengar do’a saya. Penghasilan saya terus meningkat bu, dan saya walau masih gadis sudah bisa beli rumah dan mobil. Sejak saya mandiri dan penghasilan saya bagus, kini ibu sangat baik sekali dan berubah 360 derajat. Nah, saat ini justru saya sangat dendam pada ibu saya. Di depan ibu, muka saya manis kadang juga sinis, tapi hati saya sebenarnya sangat benci.

Ayah tiri saya kini sudah pensiun, jadi ibu sering minta uang pada saya. Saya sih selalu ngasih, bu, tapi hati saya tidak ikhlas. Intinya saya benci dan sangat dendam pada ibu.

Tapi saya ingin sekali mencoba untuk bisa sayang dengan tulus dan ingin seperti teman-teman saya, bisa berpelukan dengan ibu, bisa curhat sama ibu. Hal itu belum pernah saya lakukan bu, hari raya saja saya hanya cium tangan saja, itupun hati saya masih saja tidak ikhlas.

Saya tahu menyimpan benci dan dendam adalah salah, tapi rasa itu tidak pernah bisa saya hilangkan. Ada dua kata yang selalu terngiang di telinga saya, yaitu saat ibu saya bilang bahwa saya anak haram dan anak sial.

Apakah saya termasuk anak durhaka, Bu? Saya ingin jadi anak yang berbakti pada ibu, tapi selalu tidak bisa. Saya harus bagaimana, Bu? Tolonglah saya.

Wassalamu’alaikum,

Assalammu’alaikum wr. wb.

Saudari RN yang sholehah,

Perasaan sakit akibat perlakuan ibu yang demikian aniaya terhadap anda pastilah tak mudah dihilangkan begitu saja. Karena di samping semua luka fisik yang pernah anda rasakan maka yang paling sulit disembuhkan tentu adalah luka mental dan rasa trauma. Apa yang anda rasakan kepada ibu adalah hal yang manusiawi, yaitu sulit merasakan cinta kepadanya.

Tentu saja perasaan cinta hanya dapat tumbuh melalui perlakuan yang juga disertai oleh cinta. Ibarat benih ia akan tumbuh sebagaimana perlakuan kita dalam merawatnya. Ketika ibu anda tidak memperlakukan anda dengan cinta maka anda tak dapat disalahkan ketika perasaan tersebut terasa sulit ditumbuhkan.

Namun sebagaimana tumbuhan yang layu karena perlakuan yang buruk, tapi masih dapat di kembalikan keindahannya jika ada perbaikan dalam perawatannya. Memang tumbuhnya takkan seindah yang telah dirawat sejak awal, namun tetap masih ada yang dapat diperbaiki.

Mungkin begitu pula dengan perasaan anda, mungkin anda tak bisa berharap untuk dapat mencintai ibu anda sebagaimana teman-teman anda yang dirawat dengan penuh kasih. Namun perlakuan baik anda kepada ibu dan berusaha untuk tidak menyakitinya juga sudah merupakan sebuah usaha yang besar yang tentunya dinilai oleh Allah sebagai suatu bakti pada ibu anda.

Teruslah tumbuhkan kebaikan kepadanya, meski rasa sakit masih anda rasakan. Dan berdo’alah kepada Allah agar mampu meluluhkan hati yang dingin, karena Allah yang memiliki hati tentu mampu merubah segalanya. Berhentilah untuk terus merasa bersalah, karena apa yang terjadi pada hidup anda bukan sepenuhnya kesalahan anda. Tak banyak anak yang dianiaya yang mampu melawan rasa sakitnya untuk tetap berlaku baik kepada orang tua yang menganiayanya dan untuk ini saya "angkat topi" kepada anda sebagai bentuk penghargaan atas usaha anda.

Yakini bahwa anda seorang anak yang berharga dan anda sudah membuktikannya dengan kehidupan yang anda jalani saat ini. Ketika anda membalas semua kekhilafan ibu dengan kebaikan maka hal tersebut menunjukkan betapa besar nilai anda sesungguhnya sebagai seorang anak, mungkin lebih dari pada anak-anak lain yang dapat memberi kasih karena mereka juga dikasihi. Wallahu’alambishawab

Wassalammu’alaikum wr. wb.

Rr. Anita W.