Menyikapi Sikap Remaja yang Tidak Mau Menerima Kehadiran Ibu Tirinya

Assalamualikum Ibu Anita yan dirahmati Allah,

Pernikahan saya sudah memasuki tahun ke 4 tetapi anak tiri saya (16 tahun laki-laki) masih saja tidak yang bisa menerima kehadiran saya. Dia merasa kebebasaannya tergangung karena kehadiran saya. Dia tidak pernah menghargai saya dan tidak pernah mendengarkan apa yang saya sampaikan kepadanya, seperti nasehat-nasehat yang baik dia cuma mau mendengarkan omongan dari ayahnya saja dan seringkali dia berkata-berkata kasar kepada saya.

Saya belum dikaruniahi seorang anak oleh karena itu saya menganggapanaktiri sayaseperti anak kandung saya sendiri walaupun sering kali dia tidak baik kepada saya. Setiap ada persoalan dengan anak, saya selalu mengkosultasikannya dengansuami, tapi sepertinya suami tidak begitu memperhatikan apa yang saya sampaikan malah terkadang suami negatif thingking kepada saya, dan sering kali pula terjadi pertengkaran antara saya dan suami gara-gara anak. Sebagai seorang isteri dan sekaligus seorang ibu saya Alhamdullilaih sudah melaksanakan kewajiban-kewajiban saya dengan baik dan berusaha sabar tapi saya hanya manusia biasa gak luput dari suatu kesalahan.

Sekarang anak saya sudah menyampaikan kepada ayahnya kalau dia sudah tidak mengingkan saya dan tidak akan peduli dengan saya dan tidak mau melihat muka saya lagi betapa sakitnya hati saya dengan perkataannya yang begitu menyakitkan dan menyayat hati saya yang paling dalam.

Saya hanya pasrah kan masalah saya ini kepada Allah dan berdoa untuk keutuhan keluarga kami saya tidak menginginkan perceraian.

Pertanyaan saya adalah doa-doa apa yang paling baik untuk saya dan bagaimanakah mengatasi cobaan-cobaan yang saya hadapi ini mungkin ada saran-saran dari ibu Anita ataupun dari pembaca sekalian.

Wassalam,

Riri

Assalammu’alaikum wr. wb.

Ibu Riri yang penyabar,

Sakit memang rasanya ketika seorang anak mengatakan tak lagi menginginkan kehadiran ibunya, meskipun itu hanyalah anak tiri. Memiliki anak remaja memang tidak mudah, tindakan ataupun perkataannya seringkali menguji kesabaran orangtua dan hal ini tidak hanya terjadi pada seorang ibu tiri bahkan ibu kandung seringkali mengalami kesulitan juga, terutama ketika memang ada masalah yang belum terselesaikan.

Nampaknya kehadiran ibu sebagai pengganti sosok ibunya belum dapat diterima oleh anak ibu. Tentu saja latar belakang perpisahan anak dengan ibu kandungnya juga akan mempengaruhi kemampuannya dalam menerima sosok wanita pengganti ibunya. Misalnya ketika perpisahan diakibatkan perceraian maka besar kemungkinan anak masihmengharapkan bersatunyakembali orangtua kandungnya, jika demikian maka sosok ibu bisa dianggap sebagai pengganggu baginya.

Untuk ituwajar bahwa kemampuananak untuk menerima pengganti sosok ibu kandungnya memang berbeda-beda. Mungkin anak ibu juga masih membutuhkan waktu untuk menerima kehadiran ibu dan meyakini besarnya cinta ibu kepadanya. Karenanya janganlah berhenti untuk terus mencintainya. Cinta itu yang akan membuat ibu bertahan dan mencari terus jalan untuk dapat menjalin hubungan dengannya. Dan pada akhirnya cinta itu pula yang akan membuka hati anak ibu yang tertutup.

Jadi bu teruskanlah kesabaran ibu, dan belajarlah bagaimana harus mendidik anak remaja. karena remaja punya pola asuh tersendiri agar dapat kita bimbing dengan baik. Remaja bermasalah sebaiknya tidak banyak menerima nasehat, mereka lebih membutuhkan sosok orang yang mau mendengarkan permasalahannya dan menerima dirinya apa adanya. Jikalau anak ibu berbicara begitu menyakitkan mungkin itu letupan dari gejolak perasaannya yang belum selesai.

Berbicaralah dengan baik kepada suami bahwa ibu mengharapkan untuk bisa menjalin hubungan baik dengan anak dan mungkin suami dapat membantu dari sisi tertentu. Mengenai perkataan atau sikap anak diskusikan juga kepada suami, apa yang harus dilakukan untuk menyikapinya sehingga suami tahu betul setiap tindakan ibu juga didasari oleh kesepakatan bersama, terutama dalam mendisiplinkan sikap-sikap yang dianggap tidak baik.

Suami ibu seharusnya memang terlibat dalam pengasuhan dan tidak membiarkan ibu berjuang sendirian, keberadaannya menjadi jembatn antara ibu dengan anak kandungnya. Tentang doa saya selalu meyakini bahwa Allah selalu memahami setiap bahasa yang diungkapkan dengan kesungguhan hati serta keyakinan, sehingga saya tidak memiliki doa khusus untuk itu.

Sedangkan untuk waktu yang dianggap paling baik untuk berdoa antara lain, dilakukan setelah sholat lail di sepertiga malam, antara adzan dan iqomat dan ketika turunnya hujan, bahkan saat ibu sedang pada posisi terzolimi maka akan diterima langsung doanya oleh Allah. Untuk tahu lebih mendalam tentangnya maka ibu bisa berkonsultasi dalam rubrik "ustadz menjawab." Walallhu’alambishshawab.

Wassalammu’alikum wr. wb.

Rr Anita W.