Pernikahan yang diridhoi Allah

Assalamualaikum wr wb..

Bu ustadzah yang terhormat, dan mudah-mudahan di rahmati Allah. Saya ingin menanyakan tentang permasalahan dalam rumah tangga saya.

Saya telah menikah dengan istri saya selama 8 tahun dan di percayakan 2 orang anak oleh Allah, pada saat anak saya masih satu saya pernah berselingkuh dengan sorang wanita namun istri saya menerima kembali saya namun tdk pernah memaafkan saya dalam hatinya, dan beberapa bulan lalu istri saya menuduh saya berselingkuh dengan karyawan saya padahal tidak benar adanya. perlu diketahui sejak bujangan saya lebih terbiasa mempunyai teman dekat wanita karena saya merasakan ketulusan dari seorang wanita dan saya merasa ingin melindungi, memang saya akui hal tersebut salah disaat saya sudah menikah. namun sudah terlanjur, saya difitnah oleh orang kepercayaan saya sendiri yang mengaku punya ilmu kebatinan atau apalah kepada istri saya. Maka istri saya yang belum memaafkan saya (Padahal saya sudah bertobat)terpancing emosi dan melabrak karyawan saya, terus terang saya merasa tidak enak dan terpaksa memecatnya atas keinginan istri saya, saya sangat merasa berdosa sekali. sampai saat ini istri saya  selalu berkata2 kasar dan menyakitkan saya dan juga selalu berkata saya bukan suami yang baik dan selalu meminta cerai (padahal nafkah lahir dan bathinnya selalu terpenuhi) bahkan saat saya ajak sholat agar sifat buruknya hilang ia menolak dan terkadang marah padahal saya hanya ingin mengajaknya menjadi istri yg dirahmati Allah. pada akhirnya pertengkaran kami memuncak dan kami pisah ranjang karena saya penuhi tantangannya untuk bercerai setelah rumah yg kami tempati terbayar lunas(akan saya berikan kepadanya dan anak2). Pertanyaan saya bagai mana nasib anak2 saya setelah bercerai, sedangkan ibu mereka tidak sholat sama sekali, dan saya takut akan murka Allah bila gagal mendidik anak2 saya dan saya harus bagai mana?

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh,
Bpk Bayu yang dirahmati Allah,
Nampaknya Anda mengalami berbagai kejadian yang tidak nyaman sebagai rentetan kasus yang tidak bisa dipisahkan dari apa yang Anda lakukan di masa lalu. Lepas dari apakah Anda sudah bertaubat, namun kala itu Anda telah mencoreng sebuah komitmen pernikahan, menghilangkan trust (kepercayaan) istri yang merupakan salah satu modal keharmonisan hubungan Anda dengan istri. Sebuah pelajaran berharga bagi siapapun, betapa mudahnya seseorang akan terpeleset sehingga melanggar pagar namun ketika sudah terlanjur tersesat maka tak mudah mencari jalan pulang. Demikianlah Sdr. Bayu, hendaklah Anda memandang persoalan ini dari berbagai sudut pandang. Tak cukup permintaan maaf saja, yang lebih utama adalah pembuktian bahwa Anda memang suami yang sholih dan Bapak yang bertanggung jawab pada keluarga. Seringkali yang terjadi dalam problem keluarga adalah tidak adanya empati, saling memahami, keterbukaan terhadap keinginan masing-masing,..sehingga menjadikan masing-masing sibuk dengan persepsinya sendiri-sendiri. Buatlah semacam forum keterbukaan diri, agar Anda tahu apa yang dipikirkan dan diinginkan istri, begitupun sebaliknya.
Satu hal yang juga dapat Anda petik sebagai pengalaman berharga adalah bahwa mengembalikan kepercayaan tak semudah melanggarnya. Mungkin seperti yang Anda ceritakan bahwa istri belum dapat mempercayai Anda sepenuhnya, luka lama belum sembuh, keikhlasan menerima Anda dengan semua kelebihan dan kekurangannya belum juga terwujud, sampai cemburu buta pada karyawan kantor. Ternyata ada pihak ketiga yang mencoba mempengaruhi istri Anda sehingga keputusannya menjadi semakin tidak rasional.
Bpk Bayu yang dirahmati Allah,
Kesulitan lain adalah karena pemahaman agama istri yang masih memprihatinkan. Kalau sholat saja belum, yang mana ibadah ini sebagai tanda keimanan, maka dapat diprediksi untuk aspek yang lain semisal akhlaknya. Namun hal ini tak dapat dikaitkan dengan persoalan ini, karena Anda telah memilihnya sejak awal maka mestinya Anda sudah siap dengan segala risikonya. Bpk. Bayu, sebelum memutuskan maka mencoba islahlah kemudian diikuti sholat istikharah. Ikhtiarkan lagi untuk merajut kesenjangan komunikasi yang ada. Semoga dengan mendekatkan istri pada agama maka sedikit- demi sedikit namun pasti, persoalan akan bisa diurai. Lakukan taubat nasuha, jauhi hal-hal yang akan membuat istri cemburu seperti kedekatan dengan wanita. Setelah Anda menikah, mestinya Anda lebih mengurangi pergaulan yang sekiranya menyulut api yang belum sepenuhnya padam. Buktikan bahwa Anda dapat menjadi suami dan Bapak yang sholih di mata keluarga. Semoga ini menjadi amal ibadah Anda di masa depan.

Dalam Qs An-Nisa: 35:

” Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka kirimkanlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika kedua (juru damai) itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik pada suami-istri itu. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti”.

Sdr Bayu, namun jika semua ikhtiar sudah dicoba dan tak ada jalan lain, maka pikirkan masa depan anak-anak Anda. Sebagai ayah Anda tetap berkewajiban memberi nafkah dan dengan begitu tetap bisa mengarahkan untuk pendidikan anak-anak yang baik, semisal menyekolahkan di sekolah yang kondusif untuk terbentuknya kepribadian anak-anak Anda.
Sdr. Bayu, sekian yang dapat saya sampaikan….teriring do’a semoga Allah swt. Menurunkan Rahman dan Rahim-Nya pada Anda sekeluarga di masa yang akan datang. Amin.

Wallahu a’lam bisshawab,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuhu
Bu Urba