Persiapan untuk Jadi Mualaf

Saya mempunyai teman dekat pria….dia punya keinginan kuat untuk mjd muslim. Meskipun dia beragama namun selama ini dia tidak merasa memiliki agama, bahkan pergi ke tempat ibadahnya pun tidak mau. Dia memang punya kekhawatiran akan dibuang oleh keluarganya jika dia mjd seorang muslim.

Ibunya murtad saat menikah dengan ayahnya, sedangkan neneknya muslim. Namun, dia sudah sangat yakin untuk memeluk Islam dan mencintai Allah dan Rasulnya. Dia sll ingin blajar dan sangat percaya pd saya, jika saya bisa menjawab maka saya langsung jawab akan tetapi jika saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang disampaikannya maka saya akan bertanya terlebih dahulu pd ustadz saya di pondok.

Yg saya masih bingung, saya harus mulai drmana dlu untuk menyampaikan kpadanya ttg Islam??? Apakah harus mengajarkan sholat terlebih dahulu, ato darimana????? Sedangkan dia begitu percaya pd saya untuk membantu dia mengerti lebih jauh lg ttg agama yang akan dianutnya.

Lalu bagaimana langkah-langkah atau tata cara dia jika mau mengucapkan syahadat, apayangharus dipersiapkan, saat ini dia sudah mengucapkan syahadat, namun baik saya atopun dia jg masih bingung apa yang harus dilakukan, sementara tidak ada satu orangpunyangtau ttg ini, apalagi jika keluarganya tau, maka dia tidak akan dinafkahi lg dan tidak dapat melanjutkan studinya, sementara dia juga ingin melanjutkan cita2nya. Bagaimana Bu, ,, tolong bantu saya….

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh

Sdr QN yang dimuliakan Allah, Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memilih Anda untuk mengantarkan hidayah bagi salah seorang hambaNya. Dan hidayah adalah harta yang tak ternilai yang bisa membawa seseorang ke derajat kemuliaan. Dalam salah satu wasiatnya ke Ali bin Abi Tholib, Rasulullah saw pernah mengatakan bahwa hidayah yang diterima seorang hamba lewat kita, ibarat unta merah sepenuh lembah yang disimpankan untuk kita di surga nanti. Maka bersyukurlah kepada Allah.

Sdr QN, proses yang lebih berat setelah menerima hidayah adalah penjagaan agar hidayah itu tak lenyap begitu saja. Maka mengisi hidayah tadi dengan ilmu adalah keniscayaan. Sehingga belajar untuk memahami Islam juga sebuah keharusan.

Menilik tulisan Anda, saya menduga, Anda adalah wanita, sedang teman Anda seorang pria. Tak bisa dipungkiri, tetap ada keterbatasan dalam hubungan Anda. Sebaiknya memang Anda mencarikannya seorang pembimbing pria yang amanah, bisa menjaga rahasia untuk keamanannya dan juga mengamalkan ajaran agama yang telah difahaminya.

Sekarang ini, telah banyak lembaga-lembaga muslim atau yayasan yang mewadahi para muallaf. Mereka insya Allah sudah berpengalaman menghadapi kasus-kasus yang telah Anda ceritakan, seperti pengusiran, pengucilan bahkan penyiksaan karena proses kembali ke Islam ini. Bahkan mereka juga memberi konseling agar mualaf ini mantap dan berniat lurus ketika memilih Islam, tidak ada tendensi duniawi, karena ingin menikahi wanita atau semata-mata terpengaruh seseorang. Di lembaga-lembaga ini juga sudah sering mengIslamkan muallaf. Maka jangan ragu mengajaknya ke sana. Kalau di kota Anda belum ada lembaga seperti ini, dan Anda sendiri belum mampu membimbingnya dengan penuh, tetaplah Anda mencari ulama atau ustadz di pondok Anda.

Apa yang harus diajarkan terlebih dahulu? Merujuk sirah Rasulullah, beliau saw mendahulukan masalah pemahaman terhadap aqidah dibanding pelaksanaan ibadah ritual. Jadi mengenalkan rukun iman sebelum rukun Islam. Syarat utama bagi orang yang baru masuk Islam ialah mengucapkan dua kalimat Syahada, "Asyhadu allaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah." Barangsiapa yang mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisannya, maka dia menjadi orang Islam.

Dan berlaku baginya hukum-hukum Islam, walaupun dalam hatinya dia mengingkari. Kerana kita diperintahkan untuk memberlakukan secara lahirnya. Adapun batinnya, kita serahkan kepada Allah. Dalil dari hal itu adalah ketika Nabi saw. menerima orang-orang yang hendak masuk Islam, beliau hanya mewajibkan mereka mengucapkan dua kalimat Syahadat. Nabi saw. tidak menunggu hingga datangnya waktu salat atau bulan Puasa (Ramadhan). Bahkan Aisyah ra. isteri tercinta Rasulullah saw pernah berkata, ”SeAndainya aturan melarang minum khamer (arak) diturunkan terlebih dahulu sebelum keimanan menancap di hati para sahabat, niscaya tak satu pun yang mau memeluk Islam”. Wajar, karena minum khamer adalah bagian dari budaya mereka, sehingga para sahabat pernah sholat sambil mabuk ketika larangan minum khamr belum diturunkan.

Sdr. QN, sahabat Anda itu sedang dalam kebimbangan terhadap agamanya yang dulu dan kini sedang menuju kemantapan dalam aqidah Islam. Maka yang perlu diutamakan adalah memantapkan keimanannya; Suatu saat keimanan ini mestilah secara total, baik dalam hati, diucapkan dengan lisan dan selanjutnya secara bertahap dibuktikan dalam perbuatan. Sementara keimanan itu boleh disembunyikan jika dikhawatirkan akan membahayakan keselamatannya. Paling tidak sampai sahabat Anda tersebut dapat mempersiapkan untuk mandiri dan kuat imannya untuk menghadapi tantangan jika harus dilepas oleh keluarganya. Ibadah-ibadah fardhu agar dapat dilaksanakan sesuai kemampuannya, misalnya jika sholat belum sempurna maka dengan bacaan yang dia mampu pun akan diterima oleh Allah swt. Insya Allah.

Mudah-mudahan hati sahabat Anda diberi keteguhan, diberi ketenangan hati dalam menghadapi cahaya suci, cahaya Islam….! Amin..

Wallahu a’lam bish-shawab

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Bu Urba