Rumahku Tak Nyaman Bagiku

Assalamualaikum

Ibu yang saya hormati, semoga selalu dalam naungan rahmat Allah SWT.amin

Bu, saya adalah anak pertama dengan 3 adik. Apa yang saya harus perbuat, di kala rumah yang saya tempati bersama keluarga, di kala keluarga senantiasa menuntut ini itu, sedangkan saya sudah berusaha semampu saya untuk membantu keluarga…

Terkadang saya sudah tidak tahan lagi bu.ibadah saya di rumah tidak bisa khusyuk.karena ada saja teriakan atau omelan. Alhamdulillah saya telah lama berhijab dan tarbiyah…

Selama ini orangtua saya menyalahkan jilbab dan tarbiyah saya, sehingga belum mendapat pekerjaan sampai sekarang, saya sudah berusaha menjelaskan baik-baik, memberikan sikap yang taat terhadap orang tua dan teladan yang baik bagi adik-adik saya.

Rasanya saya ingin pergi saja. Mondok dipersantren atau di mana saja asal tempat itu bisa membantu saya untuk mencerahkan semua ini,

Bu tolong berikan jawaban yang konkrit atas permasalahan saya.

Terima kasih

Wassalamualaikum

Assalammu’alaikum wr. wb.

Mbak F yang sholeha,

Sedih benar ya mbak jika keluarga bukan lagi menjadi tempat tinggal yang nyaman untuk kita. Tempat tinggal yang seharusnya menjadi surga justru menjadi neraka di mana kita menderita di dalamnya. Anak pertama memang sering mendapat beban berlebihan dari harapan orang tua dan nampaknya mbak merasakan benar hal ini dan merasa tertekan menjalaninya, sampai-sampai berpikir untuk pergi jauh dari rumah.

Mungkin meninggalkan rumah dapat menjauhkan mbak dari tekanan orang tua, namun jika tidak menyelesaikan permasalahan maka hal ini akan terus membayangi setiap langkah mbak meskipun jauh dari mereka. Dan sebagai kakak pertama jejak langkah mbak tentu juga dilihat oleh adik-adik yang bisa jadi meneladaninya, lantas bagaimanakah kira-kira orangtua jika anak-anaknya meninggalkannya?

Mungkin hal itu perlu dijadikan bahan pertimbangan. Cobalah untuk memahami apa yang menjadi tuntutan utama orang tua, jika masalahnya membantu perekonomian maka berusahalah untuk melakukannya. Selama kita berusaha selalu ada jalan untuk mendapatkan penghasilan dan mbak dapat menggali ini dari kemampuan yang dimiliki.
Mungkin semua yang diharapkan dari mbak saat ini terasa berat dijalani, namun cobaan berat ketika kita hadapi dengan gigih dan ikhlas akan membuahkan hasil yang luar biasa untuk pertumbuhan pribadi kita. Dan memang berat jika dijalani sendirian oleh karenanya berbagilah dengan orang-orang yang mbak percayai untuk menjadi tempat berkeluh kesah namun juga dapat memotivasi dan memberi solusi.

Jika mbak menghendaki untuk melepaskan kejenuhan emosi dengan mengambil jarak sementara dari orangtua maka pergilah beberapa waktu untuk menenangkan hati, misalnya mabid di rumah kawan atau rihlah bersama teman pengajian. Merupakan hal yang wajar memang jika jiwa menjadi lelah menghadapi banyak tuntutan, namun setelah hati tenang maka hadapilah kembali dan jadikan itu tantangan untuk menjadi lebih baik.

Kata-kata memang senjata yang cukup efektif untuk melukai emosi seseorang dan mungkin orang tua tanpa sadar sering melakukannya. Namun jika mbak merasa yakin terhadap apa yang dijalani seperti mengikuti pengajian rutin dan berjilbab, maka jalani semua tantangannya dengan kesabaran dan keikhlasan. Keyakinan dan usaha kita kelak yang akan membuktikan kepada orang tua bahwa apa yang mereka katakan sebagai penghambat justru berfungsi sebaliknya.

Mungkin kata-kata ini tidak konkrit, namun bagian dari usaha konkrit yang akan kita lakukan, yaitu BERSABAR. Dan sabar itu bukanlah sesuatu yang pasif namun merupakan kata aktif untuk berbuat sesuatu agar situasi bisa berubah menjadi lebih baik. Hanya ini saran sayakepada mbak, jalani dan hadapi semua dengan kesabaran dan buktikan dengan usaha melakukan yang terbaik, insya Allah dengan terus bergerak maju melakukan sesuatu maka orangtua akan melihat mbak secara berbeda.Jadi lakukan saja yang bisa dilakukan saat ini tapi jangan diam ataubergerak mundur, selanjutnya tinggalwaktu yang akan membuktikan.Wallahu’alambishshawab.

Wassalammu’alaikum wr. wb.

Rr Anita W.