Sama-Sama Egois

Kasus 1:

Assalamu’alaikum, ,,
Saya seorang muslimah berumur 19 tahun, , punya pacar yang umurnya lumayan jauh dari saya, ,, kelahiran 1978, berarti sekarang sudah 30 tahun.
Kami saling mencintai, ,, dia juga mencintai saya sebagaimana saya mencintai dia, , tapi setelah saya ajak berkomitmen lebih jauh dia mengelak, ,, dia bilang saya masih terlalu kecil untuk membuat komitmen dengannya.

Bukan bermaksud egois, walaupun saya lebih kecil, saya mengerti bagaimana dia, kemauanya, keinginannya bagaimana saya mengerti, ,, dan ketika saya mulai membahas hal tersebut, beliau selalu berkelit.

Saya tidak mau suudzan terhadap apa dia lakukan terhadap saya, tapi keingintahuan saya ini tidak bisa dihelakkan. Saya bingung, ,,

Dia juga pernah bilang, dia ingin menjaga saya seumur hidupnya, tapi dengan cara apa saya tidak tahu.. Hal yang ingin saya tanyakan:
1. apakah salah bila saya mencintai orang yang jauh lebih tua daripada saya???
2. apakah dia hanya mempermainkan saya saja???
3. bagaimanaharusnya saya bersikap dengan hal ini??
4. apakah saya terus menunggu sampai dia mau menikahi saya, walaupun saya tau menikah tidak bisa dipaksakan???
5. egoiskah saya???
Iemouth

Kasus 2:

Ass, usia sy 20 th. insya Allah akhir th ini sy akan menikah.cowo saya usianya 23 th, qta b2 sma-sma anak bontot. jd kdang-kdang suka manja-manja dan egois.qta suka brantem gra-gra beda pndapat.bgm cra mnanggulanginya? Smentara qta kdang ga mo ngalah.sy tunggu sarannya.

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh

Saudari Imuth (I) dan Luv (L) yang disayang Allah,
Saya memahami bahwa Anda sedang berada dalam kondisi yang gamang, tak menentu dan terombang-ambing. Sdri I, Anda berharap pacar Anda mau menikahi Anda, sedangkan dia ternyata tak sama keinginannya dengan Anda. Begitupun sdr L yang pacarnya egois. Saya mendukung upaya Anda berdua yang mengarahkan hubungan ini ke arah yang lebih serius, artinya bukan hanya pacaran untuk bisa saling berduaan, bertatap mesra, bergandengan tangan, jalan bareng, dst.

Merujuk aturan agama, dalam upaya pencarian jodoh lebih dikenal masa ta’aruf yang ”kegiatannya” berbeda dengan pada definisi pacaran sebagaimana yang dikenal di zaman ini. Istilah pacaran lebih ke arah memperturutkan keinginan hawa nafsu dibanding dengan keinginan serius untuk mencari pasangan hidup, sehingga dengan pacaran, akan banyak aturan Allah yang mengatur pergaulan antara lelaki dan wanita yang terlanggar. Berikut beberapa contohnya:

1). Menahan pAndangan dari kedua belah pihak. Artinya, tidak boleh melihat aurat, tidak boleh memAndang dengan syahwat, tidak berlama-lama memAndang tanpa ada keperluan. Allah berfirman: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pAndangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pAndangannya dan memelihara kemaluannya…” (an-Nur: 30-31)

2). Pihak wanita harus mengenakan pakaian yang sopan yang dituntunkan syara’, yang menutup seluruh tubuh selain muka dan telapak tangan. Jangan yang tipis dan jangan dengan potongan yang menampakkan bentuk tubuh. Allah berfirman: “… dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya…” (an-Nur: 31) Diriwayatkan dari beberapa sahabat bahawa perhiasan yang biasa tampak ialah muka dan tangan. Allah berfirman mengenai sebab diperintahkan-Nya berlaku sopan: “… Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, kerana itu mereka tidak diganggu…” (al-Ahzab: 59) Dengan pakaian tersebut, dapat dibedakan antara wanita yang baik-baik dengan wanita nakal. Terhadap wanita yang baik-baik, tidak ada laki-laki yang suka mengganggunya, sebab pakaian dan kesopanannya mengharuskan setiap orang yang melihatnya untuk menghormatinya.

3). Mematuhi adab-adab wanita muslimah dalam segala hal, terutama dalam pergaulannya dengan laki-laki:

A. Dalam perkataan, harus menghindari perkataan yang merayu dan membangkitkan rangsangan. Allah berfirman: “… Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (al-Ahzab: 32)
b. Dalam berjalan, jangan memancing pAndangan orang. Firman Allah: “… Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan…” (an-Nur: 31).

Hendaklah mencontoh wanita yang diidentifikasikan oleh Allah dengan firman-Nya: “Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan…” (al-Qashash: 25)

C. Dalam gerak, jangan berjingkrak atau berlenggak-lenggok, seperti yang disebut dalam hadis, "(Iaitu) wanita-wanita yang menyimpang dari ketaatan dan menjadikan hati laki-laki cenderung kepada kerusakan (kemaksiatan).(HR Ahmad dan Muslim) Jangan sampai ber-tabarruj (menampakkan aurat) sebagaimana yang dilakukan wanita-wanita jahiliah tempoh dulu atau pun jahiliah modern

4). Menjauhkan diri dari bau-bauan yang harum dan warna-warna perhiasan yang seharusnya dipakai di rumah, bukan di jalan dan di dalam pertemuan-pertemuan dengan kaum laki-laki.

5). Jangan berduaan (laki-laki dengan perempuan) tanpa disertai mahram. Banyak hadis sahih yang melarang hal ini seraya mengatakan, ‘Karena yang ketiga adalah syaitan.’ Jangan berduaan sekalipun dengan kerabat suami atau isteri. Sehubungan dengan ini, terdapat hadis yang berbunyi, "Jangan kamu masuk ke tempat wanita." Mereka (sahabat) bertanya, "Bagaimana dengan ipar wanita." Beliau menjawab, "Ipar wanita itu membahayakan." (HR Bukhari) Maksudnya, berduaan dengan kerabat suami atau isteri dapat menyebabkan kebinasaan, kerana boleh jadi mereka duduk berlama-lama hingga menimbulkan fitnah.

6). Pertemuan itu sebatas keperluan yang dikehendaki untuk bekerja sama, tidak berlebih-lebihan yang dapat mengeluarkan wanita dari naluri kewanitaannya, menimbulkan fitnah, atau melalaikannya dari kewajipan sucinya mengurus rumahtangga dan mendidik anak-anak.

Sdr I, apabila Anda pacaran, bisakah aturan itu tak terlanggar? Mengingat usia Anda yang masih muda sekali (19 tahun); Saran Ibu, sebaiknya Anda mengenal lebih banyak sahabat saat ini sehingga Anda akan dapat memilih yang lebih baik dan lebih sholih karena Allah menyimpan jodoh orang baik dengan orang baik (AQ S An Nur ayat 26). Tentang pertanyaan Sdi. I & L saya jawab sebagai berikut.:

1. Tidak salah Anda mencintai orang yang lebih tua dari Anda. Yang salah bila dalam proses mencintai itu Anda melanggar syariat.

2. masalah hati adalah rahasia si pemilik hati dan Allah, jadi kita tak tahu apakah dia bermaksud mempermainkan Anda atau tidak sebelum ada pengakuan darinya. Anda dapat menilai dari perilakunya.

3 dan 4. Anda harus mengambil keputusan. Tetap berhubungan dengan dia dengan kondisi menggantung, atau tidak dan Anda segera melepaskan diri darinya dan mengambil rencana hidup yang lebih baik.

5. Untuk saudara I & L: Egois atau tidaknya seseorang menunjukkan maturitas (kematangan) perkembangannya. Egoisme biasa terjadi pada saat masa anak fase oral, kalau ini masih terjadi berarti terjadi regresi/ kemunduran perkembangan. Kalau bisa Anda mengedepankan musyawarah. Kalau pada masa ta’aruf ini egoisme masih belum teratasi dikhawatirkan masih menyisakan masalah di kemudian hari atau bahkan menjadi cikal bakal keretakan rumah tangga. Kembangkan kematangan dan kedewasaan masing-masing, karena ini salah satu pilar menjalin komunikasi yang sehat. Tetap semangat, OK?

Wallahu a’lam bish-shawab

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Bu Urba