Simpati kepada Ukhti

Assalamualaikum Wr. Wb

Mbak Anita yang senantiasa dirahmati Allah.
Saya mahasiswa tingkat II salah satu perguruan tinggi swasta, usia saya 21 tahun. Sekitar setahun silam memulai aktif dan masuk ke sebuah organisasi di kampus. Jujur memang sama sekali tidak ada niat apapun ketika mengawali masuk dan terjun ke dalam organisasi tersebut selain benar-benar ingin terlibat dalam aktifitas dakwah kampus.

Tapi, beberapa bulan aktif tiba-tiba timbul perasaan simpati (suka) kepada salah seorang ukhti (satu organisasi). Pada awalnya memang tidak merasakan simpati apapun, tapi sepertinya karena hubungan kerja dan tidak sengaja melihat typical-nya dalam berkegiatan dari hari-kehari, lama-kelamaan perasaan simpati itu muncul sampai sekarang. Sampai-sampai saya merasakan ada kerancuan pada diri saya ketika beraktifitas disertai perasaan itu, apalagi konon kita berada pada pada satu aktifitas.

Saya mencoba mencari solusi (melupakannya) dengan aktifitas yaumiyah seperti mengetatkan tilawah, shaum dan shalat sunnah. Juga dengan aktifitas selain itu seperti baca buku dan lebih mengaktifkan diri lagi di luar organisasi tersebut. Hal itu efektif, tapi hanya sesaat, sekembalinya berkegiatan perasaan itu muncul kembali. Ataupun di luar organisasi/kegiatan kadang kala tidak sengaja bertemu (berpapasan) dan mengembalikan perasaan itu. Bahkan pernah mencoba menjauhkan diri darinya (meskipun saya tidak begitu dekat) dan keluar dari organisasi tersebut, tapi justru malah membuat perasaan simpati itu semakin dalam.

Saya takut dan tidak ingin kalau tidak segera disolusikan akan membuahkan penyakit hati dan terbawa pada perzinahan, apalagi ditambah dengan gejolak syahwat pemuda yang ada pada diri saya.

Saya terus berfikir untuk mencari solusinya. Saya merasa bahwa harus ada solusi yang lebih dari itu. Seiring berjalannya waktu saya beranggapan bahwa tidak ada lagi jalan selain mungkin menikahi ukhti tersebut. Saya pun siap dan mantap untuk menikah kalau memang itu benar-benar menjadi solusi. Di sisi lain kondisi finansial saya sudah cukup mandiri, sejauh ini lebih dari cukup untuk membiayai kuliah sendiri dan keperluan sehari-hari (dari sebuah usaha yang saya jalankan), termasuk membiayai kuliah ukhti yang saya nikahi seandainya memang harus menikah.

Pertanyaan:

Apakah perasaan simpati (suka) tersebut salah?

Apakah ada solusi lain selain menikah dan selain hal tersebut di atas?Langkah apa yang harus saya ambil?

Kalau memang benar-benar solusinya adalah menikah, Apakah harus disegerakan atau menunggu sampai satu atau dua tahun lagi?

Apakah saya harus menikah di usia dan kondisi saya sekarang ini, sedangkan orang tua mungkin belum menyetujui karena kondisi saya yang masih kuliah?

Apakah saya harus mencoba memberi pengertian dan meyakinkan orang tua dengan menceritakan masalah yang saya hadapi karena orang tua saya tergolong orang yang cukup dalam pengertian dan pengetahuan agamanya?
(Maaf kalau panjang lebar)

Jazakumullah Khairan Jaza atas jawabannya.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Assalammu’alaikum wr. wb.

Saudara Riza yang dirahmati Allah,

Sulit memang menolak kata hati atau tak mudah mengabaikan perasaan yang kita rasakan, tapi bukankah itu sangat manusiawi? Seorang laki-laki tertarik kepada seorang wanita merupakan fitrah yang Allah anughrahkan kepada manusia. Sebenarnya anda sendiri sudah memiliki solusi terhadap hal tersebut, namun mungkin merasa khawatir bila salah dalam melangkah.

Tetaplah berpegang kepada rambu-rambu agama ketika anda tertarik dengan seorang wanita maka insya Allah anda tidak akan salah langkah. Dan nampaknya anda sudah sangat memahami hal tersebut, hanya tinggal memikirkan langkah mana dulu yang harus dilakukan.

Berdasarkan informasi atas kondisidiri anda saat ini nampaknya memang tak ada halangan berarti untuk mengambil langkah pernikahan. Saran saya pertama berdiskusilah dulu dengan orang tua anda mengenai kemungkinan melakukan pernikahan di usia muda. Jika mereka orang yang sangat paham ilmu dan agama sewajarnya akan lebih mudah untuk menyetujui langkah anda.

Ketika bagi orang tua hal tersebut dapat diterima maka anda bisa memantapkan lagi niat anda dengan melakukan sholat sunnah Istikharah. Berkonsultasilah kepada Allah atas niat anda untuk menikah dan atas pilihan pasangan hidup anda. setelah keluarga siap dan hati anda mantap maka mulailah melakukan pendektan dengan ukhti tersebut melalui proses ta’aruf yang Islami.

Dalam proses ta’aruf tentunya segala kemungkinan yang akan dihadapi dalam pernikahan penting untuk dibicarakan. Mengingat anda berdua masih kuliah maka komitmen untuk saling mendukung akan keberhasilan pendidikan perlu ditegaskan. Rasanya cukup banyak contoh pasangan muda yang menikah dan sukses juga dalam pendidikan dan anda bisa berguru kepada mereka.

Insya Allah dengan niat yang tulus menjaga diri karena Allah, maka Allah kan permudah langkah anda, amin.Wallahu’alambishshawab.

Wassalammu’alaikum wr. wb.

Rr Anita Widayanti