Suami yang Pendiam

Assalamualaikum wr. wb.

ibu Anita yang dirahmati Allah. Saya, ibu dari 4 anak yang sudah menikah selama 11 tahun. Dan saya mempunyai suami yang sifatnya sangat pendiam dan selalu serius, jarang bagi kami untuk bersenda gurau. Berbeda jauh dengan sifat saya yang sangat boleh dibilang senang mengobrol dan menginginkan suasana keluarga yang ceria.

Awalnya saya sangat memaklumi sifat suami saya tersebut. Tapi lama kelamaan membuat hati ini merasa kesepian, walaupun kami sedang berdua di dalam mobil tidak ada sepatah katapun yang terucap dari suami seperti orang lain terkadang rasanya. Kalaupun saya mengajaknya bicara hanya menjawab seperlunya. Saya sudah berupaya menjelaskan pada suami, apa salahnya kita bisa saling berkomunikasi. Terasa hampa bu, apalagi kalau ada masalah diamnya seribu bahasa dan itu yang paling tidak saya suka, kepinginnya saya bisa memecahkan masalah dengan saling berkomunikasi.

Pada anak anak sayapun dia sangat kaku, diam dan bicara seperlunya, tapi saya lihat pada teman-temannya dia bisa ngobrol dengan enaknya. Kadang saya jenuh bu dengan keadaan seperti ini. Di rumah hanya disibukkan dengan anak-anak tanpa ada yang bisa menghibur hati. Kebetulan rumah saya jauh dari keluarga.

Kiranya ibu bisa memberikan solusi bagai mana caranya agar di keluarga kami bisa terjalin komunikasi yang baik. Terima kasih sebelumnya.

Wasalamualaikum wr.wb

Assalammu’alaikum wr. wb.

Ibu HA yang dirahmati allah,

Sedih benar rasanya jika apa-apa harus diselesaikan sendiri dalam rumah tangga, padahal kehidupan rumah tangga selalu penuh dengan berbagai topik yang harus diselesaikan bersama. Dapat dimaklumi memang jika ibu merasa kejenuhan karena sebagai ibu dengan 4 anak tentu begitu banyak hal yang harus diurus setiap hari, sehingga butuh juga teman berbicara untuk berbagi atau sekedar melepas penat.

Berdasarkan penelitian laki-laki dengan wanita memang berbeda dalam pola pikir maupun penyelesaian masalah. Perempuan cenderung lebih suka bicara jika sedang ada masalah, sedangkan laki-laki cenderung memilih sikap diam untuk memikirkan sendiri jalan keluar masalahnya. Jadi jika suami ibu lebih banyak diam ketika bermasalah memang karakter umum yang terdapat pada laki-laki.

Namun yang dipermasalahkan oleh ibu nampaknya karena suami bisa berbicara dengan teman-temannya dengan lancar, namun menjadi lebih banyak diam ketika bersama dengan ibu. Dalam hal ini mungkin memang perlu instropeksi juga mengapakah ia banyak bicara dengan orang lain sedangkan dengan ibu tidak? apakah mungkin seringkali topik pembicaraan yang diminati suami tidak dikuasai oleh ibu?

Wajar mungkin jika suami jadi malas bicara jika berbicara dengan isterinya tidak mendapat respon yang baik atau tidak nyambung sesuai harapannya. Jika demikian maka mungkin ibupun perlu juga selalu mengembangkan wawasan agar memiliki pengetahuan yang dapat menyeimbangkan pemikiran suami, misalnya dengan sering melihat berita atau membaca koran dan majalah atau ikut peduli dengan bidang yang diminati suami.

Di samping itu hal yang paling penting mungkin, mulailah berbicara terbuka kepada suami tentang apa yang ibu rasakan dan ibu inginkan dari suami. Utarakan dengan tidak merendahkannya, bahwa ibu merasa sering kesepian dan ingin lebih banyak ada pembicaraan atas berbagai hal dalam rumah tangga. Mungkin sikap suamipun juga diakibatkan ketidaktahuannya atas apa yang ibu rasakan selama ini atas dirinya.

Pemahaman suami atas isteri yang dicintainya semoga dapat membuatnya mengerti dan bisa berusaha melakukan perubahan sedikit demi sedikit. Tentu bu tidak mudah bagi suami untuk berubah jauh dari pribadinya, sebagaimana ibu mungkin tak bisa disuruh jadi orang pendiam padahal ibu orang yang banyak bicara. Untuk itu maka janganlah menuntutnya berlebihan dankedepankanjuga pengertian dan toleransi, karena meski di satu sisi ada karakter suami yang tidak disukai tentu banyak juga hal positif yang membuatibu bersyukur memilih dia menjadi suami, yakan bu? Wallahu’alambishshawab.

Wassalammu’alaikum wr. wb.

Rr Anita W.