Tujuh Kunci Kebahagiaan Perkawinan

Oleh: Syaripudin Zuhri.

 

Pertama, Perkawinan adalah Amanat Allah SWT, maka jagalah amat Allah itu sekuat-kuatnya dan seteguh-teguhnya, karena setan akan berusaha dengan seribu satu macam cara untuk menghancurkan perkawinan tersebut.

Inilah ujian terberat dalam kehidupan, mejaga amanah Allah SWT dalam bentuk perkawinan, dan ini memang tidak mudah, banyak sekali orang yang gagal mempertahankannya, karena setan terus saja menggoda pasangan suami istri untuk terjerumus kedalam lembah yang hina dina, yang ujung-ujungnya perceraian.

Maka sering dijumpai pasangan suami istri terus saja digoda atau tergoda oleh lingkungan disekitarnya, baik yang berada dalam dunia nyata ataupun dunia maya, ini banyak terjadi gara-gara jaringan social, FB, Twitter dan lain sebagainya, suami istri bisa bubar. Setan memang punyak banyak sekali cara agar suami istri pecah berantakan.

Itulah sebabnya pertolongan Allah SWT harus terus menerus dipanjatkan kepadaNya, karena tanpa pertolonganNya pasangan suami istri tidak bertahan lama, bisa bubar di tengah jalan, dan itu tak pandang usia perkawinan, tak ada jaminan yang sudah bertahun-tahun terus langgeng.

Kedua, Perkawinan adalah Sunnah RosulNya yang harus diikuti yang harus diikuti perasaan memiliki dan bertanggung jawab terhadap keutuhan rumah tangga, demi terciptanya panji-panji Illahi.

Perkara yang satu inipun tak mudah, memang sunnah rosulullah, namun kerena persoalan kehidupan yang terkadang rumit dari segi ekonomi, social, budaya dan lain sebagainya, banyak orang yang tak sempat menjalankannya, bahkan ada yang sampai akhir hayatnya tetap membujang, bukan tak mau menjalankannya, namun berbagai factor menghambatnya menuju kepelaminan.

Maka bagi yang sudah berumah tangga, yang sudah menjalankan sunnah rosulNya harus terus menerus dipelihara, lagi-lagi setan berada di sekeliling rumah tangga tersebut, prahara yang terjadi pada sebuah rumah tangga adalah sesuatu yang sangat disukai oleh setan laknatullah, semakin tak bahagia sebuah rumah tangga, setan semakin senang, karena dalam rumah tangga yang tak bahagia adalah pintu terbesar yang dapat dimasuki oleh setan untuk menghancurkan rumah tangga tersebut, maka waspadalah.

Ketiga,  Perkawinan adalah bahtera rumah tangga yang melaju di samudera kehidupan yang sangat luas, mengarungi ombak kehidupan menuju Pantai Illahi Robbi yang penuh ridho dan diridhoiNya.

Perkara yang ketiga inipun, bukan main susahnya, menuju Pantai Illahi Robbi, pantai yang penuh dengan kedamaian, ketenangan, kebahagiaan, penuh ridho dan ampunanNya, bagi sebuah rumah tangga di zaman yang kata orang zaman edan ini, sangat besar sekali godaannya, dan repotnya godaan tersebut ada di sepanjang jalan kehidupan rumah tangga, bila tak pandai-pandai meniti buih di tengah gelombang lautan  kehidupan ini, bisa saja biduk rumah tangga hancur berantakan ditimpa badai yang dasyat.

Pantai Illahi Robbi adalah tempat yang sarat dengan ujian, cobaan, rintangan, halangan dan lain sebagainya, ini harus dilalui oleh pasangan suami istri, yang dari awalnya memang sudah beda, baik watak, sipat, kelakuan, gaya bicara dan lain sebagainya. Maka bila yang ditonjolkan adalah perbedaannya, ini biang komplik! Yang dicari adalah persamaan-persamaan, betapapun kecilnya.

Tidak mudah memang, namun bukan berarti tidak bisa! Niat yang tulus ikhlas dalam berumah tangga adalah kunci utama atau perahu yang kokoh untuk terus berlayar dalam lautan yang luas menuju pantai kebahagiaan yang telah disediakan bagi suami istri yang sholeh dan sholeha, bagi suami istri yang beriman dan bertaqwa kepadaNya dan terus menerus menjaganya sampai akhir hayat.

Kempat, Perkawinan adalah simpul yang sangat kuat, karena diikat langsung oleh Kalimat Illahi yang mengikat dua hati, dua jiwa menjadi satu dalam bahtera rumah tangga, dimana sang suami menjadi kepala rumah tangga dan sang istri mendampinginya.

Dengan kalimat Illahi suami istri yang tadinya dua manusia yang berbeda satu sama lain, diikat atau disatukan dalam rumah tangga, dengan demikian ikatan ini tak sembarangan, karena ikatannya berupa dua kalimat syahadat yang diucapkan saat ada ijab Kabul diantara keduanya. Dengan ikatan syahadat ini suami istri selalu diingatkan untuk terus menerus memperbaharui keimanan masing-masing.

Karena keimanan seperti gerak gelombang, kadang naik, kadang turun, ini memang menjadi ciri keimanan manusia kebanyakan. Keimanan malaikat stabil, lurus terus. Keimanan para rosul naik terus, sedangkan keimanan setan turun terus. Jadi keimanan manusia, dalam hal ini suami istri,  berada diantara keimanan yang penuh dengan gerak, dan gerak itu bisa turun dan bisa naik.

Untuk itulah sepasang suami istri harus terus menerus saling mengingatkan satu sama lain, agar ikatan perkawinan tersebut tidak putus di tengah jalan. Untuk itu bila terlihat keimanan suami agar kendor, sang istri wajib mengingatkan, begitu juga sebaliknya bila keimana istri merosok karena cobaan atau ujian, sang suami wajib mengingatkan. Jadi kunci saling mengingatkan diantara suami istri itu penting.

Kelima,  Perkawinan adalah Taman Illahi, tempat berbagi, bercerita, bercengkrama, bercinta dan berkasih sayang antara suami istri dengan penuh keikhlasan, kesabaran, ketabahan dan kebenaran.

Di Taman Illahi ini, taman yang dibangun berupa rumah tangga ini, adalah tempat yang paling indah dalam kehidupan di dunia, karena tak ada kecantikan dunia yang dapat mengalahkan istri yang sholeha. Nah istri yang sholeha bila berada dalam rumah tangga yang sakinah,  mawadah, warokhmah merupakan taman yang sangat indah, yang membuat suami kerasan tinggal di dalamnya.

Taman Illahi ini memang tak sembarangan, taman ini menjadi indah bila diisi oleh suami istri dan anak yang semua tunduk dan taqwa kepada Allah SWT. Rumah tangga yang penuh denga rasa kasih saying, saling cintai mencintai,  penuh dengan keikhlasan dan kesabaran, maka dengan sendirinya taman itu telah terbentuk. Dan uniknya taman ini bukan karena kekayaan harta benda, tapi kaya dengan hati yang lapang.

Harta bukan segalanya, namun bagi suami istri yang dapat mengisi taman-taman tersebut dengan penuh senyum, tawa, berbagi dan saling nasehat menasehati dalam kesabaran, maka harta bukan satu-satunya factor kebahagiaan.

Keenam, Perkawinan adalah Karunia Illahi yang diberikan kepada mereka yang mau berbagi kepada sesamanya dalam suka maupun duka, dan yang berusaha menekan egonya sendiri demi kebahagiaan bersama.

Karunia Illahi ini benar-benar terasa bagi sepasang suami istri, karena orang-orang yang beriman bila melakukan pernikahan separuh agamanya telah selamat, dan ini karunia yang sangat besar yang telah diberikan pada sepasang suami istri. Karena memang tak semua orang mendapatkan karunia yang besar ini.

Hebatnya lagi karunia Allah SWT ini nampak nyata saat melakukan kewajiban suami istri dan itu mendapat pahala! Coba itu, melakukan kewajiban suami istri itu dapat pahala, surga dunia itu diberikan pada sepasang suami istri, halal dan berkah! Dan hal tersebut tak dapat dilakukan oleh orang-orang yang masih bujangan, jangan lupa yang halal.

Ketujuh, Perkawinan adalah Lembaga Illahi yang menaungi jiwa raga suami, istri dan anak, demi terwujud keluarga yang sakinah, keluarga yang penuh ridho dan ampunanNya, keluarga yang penuh lindungan dan rakhmatNya.

Yang terakhir ini merupakan lembaga yang sangat baik untuk membina insan-insan yang muncul pada keluarga, karena keluarga adalah lembaga social terkecil, namun yang paling utama dan pertama untuk mendidik anak-anak sebagai generasi masa depan, yang  bukan hanya meneruskan terjadinya regenerasi dalam rumah tangga, juga regenerasi bagi masyarakat, bangsa, negara dan agama.

Dengan demikian lembaga Illahi yang telah terbentuk dalam sebuah rumah tangga harus terus menerus dijaga keutuhannya, karena dalam rumah tangga inilah amanah Allah di berikan kepada sepasang suami istri. Amanah Allah ini harus dijaga, dipelihara agar tetap di jalan yang dirihoiNya. Jalan yang penuh ridho dan ampunanNya.

 

Moskow, 8 Maret 2013.