Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak ?

Akhir-akhir ini, banyak kaum wanita  yang mempertanyakan hak-hak mereka dalam hal kepemimpinan. Sehingga banyak kaum wanita yang melakukan tindakan untuk mendapatkan kembali  suara mereka di tengah masyarakat atas dasar klaim bahwa juga mampu memimpin di masyarakat.

Sepanjang sejarah Islam, banyak kaum wanita  yang menjadi cendikiawan, ahli hukum dan secara tidak langsung bisa disebut sebagai pemimpin. Harus diakui bahwa sebagian muslimah kehilangan hak suara mereka dan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka untuk memenuhi hasrat yang telah dianugerahkan Allah Swt .

Tradisi Islam yang kaya dengan keterlibatan wanita . Seorang Muslimah yang memegang teguh ajaran Islam sudah pasti memahami bahwa laki-laki dan wanita memiliki peran yang saling melengkapi yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Allah memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan wanita  untuk mencapai tujuan akhir dari kehidupan mereka yaitu kehidupan abadi di akhirat.

Dalam Alquran, Allah menetapkan bahwa kesalehan dan bukan gender yang dijadikan pertimbangan utama dalam menentukan siapa yang terbaik di mata-Nya. Lebih jauh lagi, kaum Muslimah selayaknya meyakini bahwa Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Adil menetapkan bahwa di dalam Islam manusia yang mulia disisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa.

Sebaliknya, dengan perbedaan-perbedaan antara kaum lelaki dan wanita, Allah menyatakan bahwa kedudukan lelaki dan wanita  sama di sisi Allah.  Kemitraan dalam hal bahwa pihak-pihak yang terkait dapat melakukan hal-hal yang berbeda dengan tanggung jawab yang berbeda, untuk mencapai tujuan yang sama yaitu mendapatkan ridho Allah Ta’ala.

Wanita harus memperjuangkan hak akan keadilan yang sudah dijamin oleh Allah untuk mereka, tetapi semua itu harus dilakukan dalam parameter yang ditetapkan oleh Allah. Kaum  wanita tidak bisa berambisi mendapatkan kekuasaan dengan bercita-cita ingin memegang peran yang sama dengan laki-laki. Hak akan keadilan ini maksudnya, para Muslimah memiliki hak ilahi dan harus diberi kesempatan yang sama memainkan peran dan menunjukkan kemampuan mereka di jalan Allah.

Memperjuangkan hak akan keadilan bukan berarti seseorang harus menjadi seperti orang lain, tetapi sebuah proses untuk mencapai kepuasan dalam menunjukkan potensi diri. Dari sinilah seorang laki-laki maupun wanita  akan menemukan kebebasan sejatinya.

Jika kaum  wanita  sudah bisa memahami posisinya dan memahami hak akan keadilan yang diperjuangkannya, barulah orang akan mendengar suara  wainta  dan secara alamiah bakat kepemimpinan seorang  wanita  akan terlihat. Yang lebih penting lagi, mereka akan mendapat tempat di sisi Allah.

Bercermin pada Kaum Perempuan di Jaman Rasulullah Saw

Para muslimah masa kini memang harus lebih berhati-hati untuk merebut kembali keadilan yang pernah digenggam kaum perempuan di masa keemasan Islam. Ketika itu, peran perempuan dianggap penting dimana mereka biasa aktif sebagai anggota masyarakat tanpa adanya tekanan.

Kaum muslimah tentu tidak ingin menjadi "progresif" jika itu berarti kehilangan prinsip-prinsip agama yang dianutnya. Pada saat yang sama para Muslimah perlu bersikap kritis dalam menyikapi berbagai hambatan dalam masyarakat .

Kesimpulannya, Allah Swt akan meminta pertanggungjawaban jika terjadi ketidakadilan terhadap kaum  wanita. Ketika seorang muslimah ingin bergerak maju, ia tidak boleh melangkahi kodratnya.

Sejarah Islam mencatat nama-nama besar para Muslimah di zaman Rasulullah Saw yang telah memberikan kontribusi pentingnya dalam dakwah IslaM. Mereka antara lain `Aisyah. Beliau adalah seorang penyair dan dikenal pandai dan cerdas soal hadis, tafsir Al-Qur’an dan beliau juga dikenal sebagai ahli hukum, pemimpin, penengah, guru serta banyak peran lainnya.

Asma binti Abu Bakar. Beliau memainkan peran penting dalam membantu Rasulullah Muhammad Saw dan Abu Bakar saat hijrah dan beliau juga berperan besar dalam karir `Abdullah bin Az – Zubair ketika melawan penindasan Bani Umayyah.

Fatimah yang bekerja dan mencari nafkah untuk keluarganya dan disebut-sebut sebagai salah satu wanita teladan.

Khadijah. Beliau adalah perempuan pertama yang masuk Islam dan memberi dukungan penuh kepada dakwah Islam.

Khawlah binti Tha’labah. Perempuan yang keluhannya didengar Allah dan jawabannya diabadikan dalam Surat Al-Mujadilah.

Hafshah. Orang yang menyimpan dan melindungi Al-Quran setelah dikompilasi. Para pemimpin ketika itu bahkan harus meminta ijin pada Hafshah jika ingin melihat Al-Quran itu. Hafshah adalah salah satu istri Rasulullah Saw yang hafal Al-Qur’an secara keseluruhan.

Nusaybah. Beliau melindungi Rasululullah Saw saat Perang Uhud. Perempuan ini mengalami sekitar 12 luka tusuk akibat perang. Salah satunya luka dalam di lehernya akibat tusukan pedang yang memakan waktu satu tahun untuk menyembuhkanya.

Rufaidah. Disebut-sebut sebagai perawat pertama yang membuka sebuah klinik untuk merawat orang-orang mengalami luka.

Saffiyah. Ia melindungi perempuan dan anak-anak Madinah dari seorang penyerang dan berhasil membunuh penyerang itu.

Summayah. Perempuan pertama yang rela mati demi agama Islam

Ummu Haram binti Milhaan. Dia meminta Rasulullah Saw berdoa agar dia berada di antara mereka yang akan melakukan perjalanan dengan kapal untuk menyebarkan dakwah Islam.

Ummu Waraqah. Dia pernah ditugaskan sebagai muazin dan diberi gelar syahida. Rasulullah Saw mengatakan bahwa ia akan mati sebagai martir.

Di jaman sekarang, rasanya sulit mencari sosok wanita  yang sekaliber kaum perempuan di jaman Rasulullah terutama keikutsertaan mereka dalam menegakkan agama Allah.

Saat ini, lebih banyak kaum perempuan yang meributkan soal persamaan kedudukan dengan kaum lelaki untuk hal-hal yang sifatnya lebih duniawi, termasuk segelintir Muslimah. Lantas mau kemana kaum wanita ini? (iol/Jeewan Chanicka, aktivis perempuan di bidang kepemudaan, pendidikan dan sosial di Kanada.)