Ingin Tinggal Di Amerika, Tapi Khawatir Sistem Dajjal

Assalamualaikum Wr. Wb.

Perkenalkan saya adalah seorang mualaf yang baru mempelajari Islam 6 bulan belakangan. Sebentar lagi saya akan pindah ke amerika untuk hidup disana, yang menjadi pikiran yang mengganggu saya sekarang adalah tentang kekawatiran saya akan sistem dajjal disana , saya khawatir nanti secara tidak sadar saya akan menggauli / terpengaruh logo – logo dajjal , saya pernah mendengar Hadits agar kita harus menjauhkan diri dari penggunaan logo dajjal / mata satu , dll. dan dimana setahu saya amerika adalah ladang konspirasi dunia akan sistem dajjal. Apakah saya berdosa kalau misalnya saya menonton film yang berbau dajjal (seperti film disney, lord of the rings, dll.) atau dalam bentuk lainnya ? Tolong berikan kiat – kiat hidup saya disana agar saya sama sekali tidak masuk kedalam lingkaran syaithon. Saya takut akan murka-Nya bilamana saya menjadi musyrik.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah Subhana wa ta’ala mendengar saudara telah memeluk Islam. Sungguh tidak ada yang lebih manis daripada nikmat kebeneran tauhid yang telah Allah berikan kepada kita. Karena tauhid kepada Allah adalah pembatas seorang bisa disebut seorang muslim atau kafir. Semoga saudara tetap istiqomah di jalan Allah.

Saudaraku, tinggal di Negara dimana pengingkaran besar-besaran terhadap Allah terjadi bukanlah perkara mudah. Jangankan umat muslim yang belum memiliki kapasitas keilmuan yang tinggi, sedangkan ulama saja meski mengalami kegetiran itu. Anwar Al Awlaki, ulama yang lahir di Amerika sendiri saja mengungkap betapa bobroknya Negara yang terkenal atas kekejamannya terhadap umat muslim ini. Ia pernah mengatakan, "Kita mempunyai lebih banyak kebebasan di Amerika dibandingkan di negara muslim. Tapi ketika Amerika mulai merasakan bahaya dengan Islam, batas kebebasan mulai menegang, dan setelah serangan 9/11 tidak mungkin untuk tinggal di Amerika sebagai seorang Muslim.”

Tentu ucapan yang keluar dari ulama yang concern dengan tauhid ini bukan hal yang main-main. Ia adalah seorang khotib yang berkhotbah di masjid-masjid California dan Virginia sebelum kembali ke Yaman pada tahun 2004. Basis Anwar Al Awlaki sendiri bukan dari perguruan tinggi agama. Ia adalah mahasiswa teknik sipil di Colorado State University, kemudian belajar di Universitas San Diego, dan dilanjutkan dengan kerja doktoral di Universitas George Washington, di Washington DC.

Kini akibat gencarnya dakwah tauhid yang beliau sampaikan, posisinya kini telah menjadi buronan nomor satu Amerika karena seruannya terhadap umat muslim untuk melakukan perlawanan kepada Amerika tak pernah berhenti dilakukan.

Ternyata apa yang dirasakan Anwar Al Awlaki tidak sendiri. Jauh sebelum beliau mennelanjangi bobroknya kehidupan di Amerika, Sayyid Quthb yang pernah tinggal 2,5 tahun di Amerika pun merasakan hal yang sama. Ulama besar dari Mesir itu dalam Tafsir Fii Dzhilalil Qur’an menggambarkan Amerika sebagai sebuah bangsa besar namun jauh dari tuntunan Allah. Dengan menggambarkan kekosongan yang dialami masyarakat Amerika, ia kemudian menafsirkan sebuah firman Allah yang berbunyi,

“Maka Apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (Ali Imran: 83)

Ketika menafsirkan ayat ini, Sayyid Quthb mengatakan bahwa sesungguhnya kemanusiaan masyarakat Amerika mengalami kekosongan yang pahit. Ia menilai masyarakat Amerika sekalipun maju dalam teknologi tapi mengalami kekeringan jiwa dan kekosongan kehidupan dari sistem Ilahi. Sistem ini lah yang berlaku di Amerika dalam mengatur antara geraknya dan gerak alam semesta dimana ia hidup. Ketika ia jauh dari naungan yang teduh, maka ia merasakan panas yang membakar.

Walhasil berdasarkan pengalamannya tinggal di Amerika, Sayyid Quthb mengatakan bahwa pandangan pertama saat kita melihat masyarakat Amerika tidak lain seperti kita melihat sebuah kaum yang lari. Lantas apakah yang dimaksud kaum yang lari dalam definisi Sayyid Quthb? Ia pun menjelaskan,

“Mereka lari dari diri mereka, kemakmuran materiil dan kesenangan lahiriah yang menyebabkan mereka berkubang dalam lumpur segera menimbulkan berbagai kelainan saraf, keresahan, kegilaan, kecanduan, minuman keras, narkotika serta kejahatan.”

Dan kita mesti ingat dua hal dari ucapan Sayyid Quthb ini. Pertama, kesimpulan Sayyid Quthb ini dikatakan pada tahun 1949-1951. Jadi kebobrokan masyarakat Amerika sudah terjadi cukup lama. Kedua, ucapan Sayyid Quthb ini juga lahir dari hasil penelitiannya selama dua tahun di kampus-kampus Amerika. Bayangkan jika konsep masyarakat berpendidikan tingginya saja seperti itu, bagaimana dengan masyarakat pada umumnya?

Beberapa tahun lalu saya juga pernah menyaksikan presentasi Jerry D. Gray, seorang mantan warga Amerika (kini menjadi WNI) yang pernah menjadi anggota US Air Force. Ia mengungkapkan bagaimana Petinggi-petinggi Militer Amerika banyak melakukan konspirasi di bidang kesehatan, salah satunya melalui asap yang dikeluarkan sebuah pesawat.

Mungkin kita pernah melihat asap yang mengekor di langit luas yang dimuntahkan sebuah pesawat. Asap itu terlihat tidak lekas menghilang dalam waktu beberapa saat. Padahal kata Jerry, sebagai teknisi pesawat, dalam ketinggian berapapun pesawat tidak mungkin mengeluarkan asap seperti itu. Ternyata tidak lain itu adalah racun yang sengaja dimuntahkan untuk membuat penduduk bumi sakit.

Jerry juga mengungkapkan bahwa petinggi Militer AS pun pernah memberikan bubuk tertentu kepada anggota militernya yang dapat menimbulkan iritasi pada kulit. Menariknya, Ssat ditanya kenapa petinggi Amerika melakukan seperti itu kepada rakyatnya sendiri, Jerry mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa Pemerintah Amerika pada dasarnya memang benci terhadap rakyatnya. Alhasil saya pun kadang berfikir pantas saja umat muslim dibunuh secara kejam oleh Amerika, sedangkan rakyatnya sendiri memang menjadi target mereka dalam konspirasi kesehatan.

Walhasil saya hanya mau mengatakan bahwa Sistem Dajjal dan banyaknya logo Dajjal yang berlaku di Amerika sekarang hanyalah turunan dari sebuah peradaban tanpa tuntunan Allah SWT. Dari sebuah peradaban yang memang menghendaki menjauhnya umat manusia untuk mengenal tuhan yang sebenarnya yakni Allah SWT. Mereka pun sudah tidak sabar segera turun melawan pasukan kaum muslim. Dan Amerika memang adalah salah satu Negara yang bersama Israel menjadi garda terdepan untuk menyongsong Dajjal.

James Petras pengamat Zionisme dan Profesor di Binghamton University New York dalam bukunya Zionism, Militerism, and Decline of US. Power mengatakan, “Tidak ada Negara lainnya, pelanggar hak asasi manusia atau bukan dengan atau tanpa sistem pemilihan, yang telah dapat mempengaruhi kebijakan dalam dan luar negeri kita, seperti yang telah Negara Israel lakukan.”

Maka itu disini saya hanya ingin katakan bahwa kita harus ingat materi pertama yang Rasulullah SAW dakwahkan kepada umatnya adalah tauhid. Tauhid tidak sebatas menyatakan bahwa Tuhan itu satu. Karena Yahudi juga mengatakan tuhan itu satu, bahkan Hindu juga mengakui Tuhannya satu meski mengkultuskan Dewa-dewa. Tapi tauhid disini berarti mengesakan Allah dalam tiap kehidupan dan cara pandang kita sebagai umat muslim. Dari mulai sistem kehidupan kita, produk hukum kita, menjaga diri dan keluarga kita, hingga cara kita menegakkan Islam haruslah sesuai tuntunan dari Al Qur’an.

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (Al Maidah: 44)

“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (Al Maidah: 45)

“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” (Al Maidah: 47)

Saudaraku, maka itu berdoa lah kepada Allah, karena sebaik-baiknya makar adalah makar Allah. Perbanyaklah kesibukan saudara untuk menghadiri majelis ilmu yang secara tegas menjelaskan perkara yang haqq adalah haqq dan bathil adalah bathil, yang hanya mengajarkan kita untuk beriman kepada Allah dan ingkar kepada thaghut. Karena hidup di Negara penuh fitnah (baca: ujian) bukan perkara yang mudah. Telah banyak anak muslim yang pulang dari sana pun menjadi bathil. Saudara juga bisa membaca surah Al Kahfi sebagai "tameng" ketika kelak Dajjal akan menebar fitnah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

“Barangsiapa membaca surah Al-Kahfi sebagaimana diturunkan, maka baginya cahaya di hari Kiamat dari tempatnya hingga Mekkah, dan barangsiapa membaca sepuluh ayat terakhir surah Al-Kahfi lalu Ad-Dajjal keluar, maka Ad-Dajjal tidak akan dapat memudharatkannya.” (Dishahihkan oleh Al-Albani)

Jangan sampai kemudian karena kita sudah lama tinggal di Negara dengan basis Sistem Dajjal, kita termasuk golongan yang nantinya tidak bisa membaca kata Kafir di dahi Dajjal. Padahal Rasulullah SAW mengatakan bahwa kata itu sangat jelas, dan bisa dibaca tiap kaum beriman.

“Sesungguhnya Ad-Dajjal buta (sebelah) matanya, di atas matanya ada kulit tebal, diantara kedua matanya tertulis Kafir yang bisa dibaca oleh setiap mu`min yang bisa baca tulis atau pun tidak.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim No. 5223)

Ketika kita tidak bisa membaca kata itu, ini artinya pertanda bahwa keimanan kita telah hilang. Kita tidak bisa lagi mengidentifikasi bahwa Dajjal ini adalah oknum yang dinubuwahkan oleh Rasulullah SAW sebagai Tuhan palsu, pendusta, dan perusak keimanan. Naudzubillah min dzalik. Allahua’lam. (Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi)