Operasi Alpha

assalaamualaikum.wr.wb

pak, beberapa malam lalu saya melihat acara disalah satu tv swasta tentang secret operation, disana diwawancara beberapa pelaku operasi alpha, jika tidak salah saya tangkap Indonesia telah mengirim intelegen ke Israel untuk dilatih dan membeli pesawat dari sana, ini kalo tidak salah lagi pak sekitar tahun 80an, apakah benar dan jika benar berarti pemerintah telah lama mengkhianati umat islam yang telah berada dalam garda depan melawan penjajahan karena melakukan kerjasama dalam bidang intelegen lagi terhadap Isael yang jelas-jelas telah menjajah saudara kita di bumi Palestina, mohon tanggapannya pak. jazzakallah khoiron jaza.

wassalaamualaiku.wr.wb

Wa’alaykumusalam warahmatullahi wabarakatuh,

Amalia yang dirahmati Allah SWT, saya juga menyaksikan tayangan yang dimaksud. Dan itu benar adanya. Indonesia, dalam hal ini TNI-AU, memang telah melakukan kerjasama militer secara rahasia dengan Israeli Defences Forces (IDF) dalam pembelian sejumlah unit pesawat tempur A4 Skyhawk. Bahkan sejumlah pilot tempur TNI-AU pun, sebagaimana diakui salah seorang pelakunya di dalam tayangan itu, dididik dan dilatih oleh Israel di wilayah bumi Palestina yang dijajah Zionis-Yahudi. Jenderal Leonardus Benny Moerdhany berada di belakang semua itu. TNI di bawah kepemimpinannya memang sangat islamophobi. Salah seorang jenderal yang kini sudah almarhum pernah bercerita langsung pada saya jika di zaman Benny tidak ada itu mushola atau masjid didirikan di kompleks tentara, jam latihan tentara sengaja diatur sedemikian rupa sehingga para prajurit tidak sempat menunaikan sholat, dan sebagainya. Mudah-mudahan sekarang sudah berubah.

Dan apakah pemerintah kita sudah berkhianat terhadap rakyatnya? Ini memang sudah terjadi sejak dulu. Pada bulan November 1967, Presiden Suharto dengan Tim Mafia Berkeleynya malah menjual hampir seluruh aset bangsa (pertambangan) kepada perusahaan-perusahaan Yahudi dunia, sehingga Kwik Kian Gie dengan tegas dan berani menyatakan jika sesungguhnya Indonesia sudah kembali terjajah sehak tahun 1967 sampai sekarang. Anehnya, Suharto yang jelas-jelas begini malah dijadikan Guru Bangsa. Ini sungguh konyol. Sejak zaman Suhartolah bangsa ini merelakan dirinya menjadi budak pelayan nafsu imperialisme Zionis-Yahudi. Apakah itu bernama Amerika Serikat, Israel, Bank Dunia, IMF, dan sebagainya.

Dan sayangnya, kenyataan ini masih terus berlangsung hingga detik ini, di masa akhir kepemimpinan SBY-JK yang didukung oleh sejumlah partai politik. Kita tentu masih ingat, tahun lalu bagaimana Blok Cepu yang kaya dengan Migas malah diserahkan pengelolaannya kepada Exxon Mobile, perusahaan asing yang dekat dengan Zionis, bukannya kepada Pertamina. Ironisnya, hal ini didukung oleh semua partai-partai politik sekutu rezim SBY-JK. Jadi, jika ada partai pendukung SBY yang bangga mengklaim telah menyumbangkan puluhan miliar rupiah kepada Palestina, maka dengan kasus Blok Cepu ini, dia sebenarnya juga telah ikut menyumbangkan lebih banyak, triliun rupiah, kepada Israel! Ironis, memang.

Nah, sekarang bagaimana sikap kita? Kita jelas jangan lagi mendukung orang-orang yang jelas-jelas tidak benar ini. MUI kemarin telah mengeluarkan fatwanya agar umat Islam jangan memilih pemimpin busuk dan hanya memilih pemimpin yang baik dan benar. Bagaimana kriteria pemimpin yang baik dan benar tersebut? Tentunya kriteria Quraniyah, yakni yang tegas akan menegakkan syariat Islam jika berkuasa, yang tegas akan menghentikan kezaliman Imperialisme Barat yang selama lebih dari 40 tahun ini terus-menerus menghisap habis kekayaan alam Indonesia, yang tegas akan membuang dan menghancurkan Konsensus Washington yang jelas-jelas zalim, dan yang tegas terhadap apa pun kezaliman yang ada. Pemimpin seperti inilah yang diperlukan oleh bangsa ini agar keluar dari segala krisis yang ada. Bukan pemimpin yang penakut, bukan yang peragu, dan bukan pula yang suka memutar-mutar lidahnya dan hanya berorientasi kekuasaan.

Seharusnya, kemarin itu setelah MUI mengeluarkan fatwa memilih pemimpin yang baik dan benar, MUI juga harusnya mengeluarkan fatwa Halalnya Darah Koruptor. Dengan mengeluakan fatwa ini orang-orang yang menuding MUI sebagai lembaga kepanjangan tangan penguasa akan berpikir jutaan kali. Sayangnya tidak. Kita patut bersedih, RRC saja yang katanya negara tidak bertuhan sejak tahun 1983 sudah menembak mati ratusan ribu pejabatnya, lebih dari 800 ribu, yang terbukti korup. Jika terbukti keluarganya ikut mendukung perilaku korup pejabat tersebut dan malah bersuka-ria menikmatinya, maka anggota keluarganya itu pun ikut ditembak mati. Jika RRC bisa, mengapa Indonesia yang katanya negeri Muslim terbesar tidak bisa, dan kok sepertinya malah sangat permisif dengan perilaku korup ini. Saya yakin, jika para koruptor dijatuhi hukuman tembak, maka habislah para pejabat negeri ini. Mungkin lebih dari 90%-nya akan mati ditembak.

Saya sangat bersyukur, dalam pemilu legislatif kemarin Golongan Putih keluar sebagai pemenang. Ini menandakan mayoritas rakyat ini sudah cerdas dan tidak mau lagi dijadikan bebek yang gampang digiring kesana-kemari. Dan bagaimana dengan pemilu presiden besok? Kita lihat dulu, track-record para calon dan juga program-programnya. Kalau SBY dan Megawati—dipasangkan dengan siapa pun—sudah jelas tidak masuk kriteria, karena selama ini sudah terbukti hanya menjadi perpanjangan tangan imperialis Barat dengan Konsensus Washington-nya. Kecuali mereka bertobat dan dengan tegas berkata akan keluar dari Konsensus Washington dan akan menerapkan sistem ekonomi berdikari. Jadi, kita lihat saja nanti. Wallahua’lam bishawab.

Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh