Bingung

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Ustadz, di kantor yang sekarang ini saya telah bekerja selama hampir 8 tahun, sebelumnya saya sering mendapatkan tawaran kerja di tempat lain melalui teman-teman saya tapi saat itu saya tidak bisa menerimanya karena saya sedang konsentrasi kuliah D3. Setelah kuliah selesai saya berencana untuk meneruskan kuliah tapi sebelumnya pindah kerja dulu karena walaupun situasi kerja di kantor sekarang ‘sangat’ nyaman (mudah dalam beribadah, tidak terikat waktu bekerja) tapi lambat laun saya mulai jenuh karena merasa tidak mendapatkan ilmu baru atau gaji yang layak seperti teman-teman yang lain dan andai saya harus pindah kerja saya merasa tidak sanggup berkompetisi dengan yang lain karena masalah umur yang bertambah (menjelang 31thn), ilmu yang kurang (saya tidak sanggup untuk melanjutkan kuliah karena masalah biaya) padahal niat dan keinginan saya untuk menuntut ilmu sangat tinggi dan keahlian bahasa Inggris saya yang kurang. Masalah bahasa ini saya pernah berusaha untuk mengikuti kursus tapi entah kenapa sulit sekali bagi saya untuk melaksanakannya (masalah biaya yang besar atau berbagai macam peraturan dari pihak penyelenggara kursus).

Akhir-akhir ini malah saya bertambah bingung karena merasa karir yang sedang saya jalani bukanlah sesuatu yang saya sukai (saya merasa tidak bahagia dengan apa yang saya lakukan, saya merasa hidup saya berjalan di tempat) sedang untuk berpindah karir saya tidak tahu ke mana atau mulai darimana (yang saya tau pasti inginkan hanya ingin pekerjaan yang bisa keliling dunia).

Selama ini saya usahakan selalu sholat istikharah tapi sepertinya tidak/belum ada jawaban yang bisa membuat saya yakin dengan apa yang harus saya jalani. Mohon masukannya dan terimakasih. Wassalamu ’alaikum wr, wb Nk

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Saudara Nk yang sedang bingung, sepertinya antum memang sedang benar–benar mengalami kebingungan, kondisi seperti ini bukan cuma sekedar sedang antum sendiri yang mengalaminya, hampir sebahagian besar mereka yang sedang berstatus ”E” alias employee atau karyawan/ pegawai/ buruh sedang mengalami situasi & kondisi seperti itu.

Lalu apa sebab muasababnya?
Pertama: secara personal pribadi – pribadi yang sedang mengalami hal tersebut bisa dipastikan belum memiliki VISI & MISI kehidupan yang jelas, baginya berlaku ’Bagaimana nanti aja?!’ bukan prinsip kehidupan manusia ’SUKSES’ yang memiliki pandangan ’Nanti Bagiamana?’.

Silahkan antum bayangkan seseorang yang sedang menjalani kehidupan ini tanpa kejelasan arah & tujuan kehidupan yang benar, akhirnya orang – orang tersebut pada suatu waktu atau titik akan merasakan kebingungan situasi:
Kenapa saya ada di sini?
• Apa yang sedang saya cari?
• Ke mana saya akan melanjutkan langkah hidup saya?
• Benarkah apa yang sedang saya jalani?

Pertanyaan batin tersebut akan terus menghantui kehidupan kita, kalau kita tidak segera mencari sumber permasalahannya serta mendapatkan wadah atau sumber inspirasi untuk bisa mengurai jawabannya.

Kedua: dari informasi data yang antum berikan, terlihat antum belum memiliki komunitas penunjang yang bisa memberikan alternatif solusi buat problematika kehidupan kita, di sini antum perlu segera menghadirkan bentuk alternatif lingkungan serta pergaulan yang bisa mendatangkan inspirasi perubahan.
Tanpa hal tersebut, cepat atau lambat hidup kita terasa hambar & terkesan hanya berjalan di tempat. Antum masih lebih beruntung baru sekedar jalan di tempat, karena kebanyakan yang lain tidak menyadari bahwa langkah hidupnya bukan cuma sekedar jalan di tempat malah lebih dramatis lagi mereka sedang menikmati jalan mundur ke arah kembali ke garis start.

Ketiga: perlu diwaspadai & direnungkan secara dalam, saat awal kita menekan tombol kehidupan kita, secara otomatis argo waktu kita langsung berjalan, waktu memang tidak kenal kompromi, tidak pernah mau diajak istirahat walau barang sejenak apalagi sedetik, terus berjalan bahkan kadang sering berlari meninggalkan kita. Segeralah bertobat untuk mengetahui jalan mana yang perlu kita tempuh?
Coba tanyakan secara spontan, arah (jalan) mana yang menjadi akhir dari kegiatan kehidupan anda? Anda ingin sekali:
1. Berkarier sebagai ’Employee’ yang legendaris, atau 2. Berprofesi sebagai ’Pebisnis’ yang aktif & produktif, atau 3. Ingin merasakan ’Hidup kaya raya & Mati masuk Surga’?

Jawaban spontan kita akan mengantarkan kita pada proses kerja yang perlu kita lalui, tidak ada jalan pintas (instan) yang ada jalan cerdas.

Setelah paham & yakin terhadap arah/ tujuan yang diharapkan, selanjutnya telaah lebih jauh tentang JALAN BENAR & CARA TERCEPAT agar bisa sampai ketujuan, ingat argo waktu kita terus bergerak, jika ilustrasinya akan menuju arah Bandung dari Jakarta maka ada berbagai cara untuk sampai ke Bandung (jalan kaki, sepeda motor, mobil, kereta, atau pesawat). Lalu tanyakan apakah menjadi seorang pegawai bisa menjadi cara tercepat sampai di tujuan, atau antum termasuk profil pribadi yang mudah memilih cara mana yang sesuai?, atau praktis tidak punya banyak pilihan?

Kondisi & situasi di atas sudah menjadi fenomena umum yang saya temukan di kegiatan seminar & training saya, salah satu seminar yang relevan untuk membedah situasi tersebut adalah seminar saya berjudul ”MEMBONGKAR RAHASIA SUKSES Paripurna”. Saya sangat paham jawaban ini masih perlu didiskusikan secara tatap muka, silahkan direnungkan terlebih dahulu saran & komentar saya. Berusahalah untuk menjawab dulu pertanyaan dasar tersebut di atas.

Baik saudara Nk, selain banyak berusaha, tetaplah berdoa. Karena sesungguhnya Allah itu sangat senang dengan doa-doa hambaNya dan insya Allah pasti akan dikabulkan, walaupun kita tidak tahu kapan doa kita dikabulkan. Maka banyak hal yang menyebabkan belum terkabulnya permintaan antum. Mungkinan usaha antum yang dirasa kurang, atau doa antum yang kurang bersungguh-sungguh, atau bahkan Allah ingin melihat dulu kesungguhan antum, apakah kalau doa antum dikabulkan, antum masih akan terus berdoa kepadaNya.

Selamat mencoba dan senantiasa bertawakkal hanya kepada Allah SWT. Semoga sukses.

Wallahu a’lam bishowab,
Wassalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,
Adhi Arisman,
Motivator Dunia Kerja Indonesia

[email protected] Fax: 021-86604657

Catatan:
• Sehubungan sudah banyaknya pertanyaan yang masuk ke konsultasi bersama Motivator Dunia Kerja Indonesia, kami menghimbau kepada para netter agar memasukan pertanyaan yang benar – benar belum pernah ditanyakan, untuk jenis konsultasi yang isinya sejenis/ mirip, apalagi sama secara substansi isi, kami menyarankan untuk membacanya terlebih dahulu di konsultasi rekan kita yang terdahulu.
• Buat pembaca lainnya yang ingin mengajukan konsultasi baru, mohon kami dibantu dengan memberikan informasi diri anda secara lebih luas & dalam, misal: latar belakang pendidikan (S1/Diploma/SLTA/SLTP), dari institusi pendidikan negeri/ swasta, umur, jenis kelamin, domisili tinggal, dan atau hal – hal lain yang relevan sebagai variabel yang masih relevan dengan problem yang mau disampaikan sehingga kami bisa lebih berempati dengan situasi & kondisi yang antum sedang hadapi saat ini.
• Bersifat terbuka, tidak gengsi, ingin terus belajar serta mau menyertakan identitas anda secara lebih lengkap menjadi nilai yang berharga buat pembaca lainnya, misal: Saya Adhi Arisman, Laki- laki, Sarjana S1 Trisakti Jakarta, 41 tahun, Menikah dengan 4 orang anak, [email protected] • Seluruh konsultasi yang masuk, perlu dengan serius kami baca satu – persatu secara seksama, sehingga kami berharap anda sekalian bisa bersabar terhadap jawaban yang akan kita tayangkan.

Bingung

Assalamu alaikum pak…!

Ijinkan saya mengajukan pertanyaan.

Insya Allah bulan January 2008 saya ada tugas dari perusahaan untuk kerja ke Jepang, sementara dibulan Oktober 2007 saya akan Nikah.

Yang saya bingungkan adalah apakah yang saya prioritaskan karena calon isteri saya agaknya merasa berat setelah nikah 2 Bulan saya tinggal. Sementara saya diJepang lamanya 1 Tahun.

Mohon tanggapan dari Bapak.

Wassalamualaikum.

Assalamu’alaikum wr wb.

Idealnya memang bila sepasang manusia baru memulai membina rumah tangga, kebersamaan itu harus selalu diutamakan Hal ini di samping untuk mengencangkan ikatan rasa antara suami dan isteri juga untuk lebih mengintensifkan komunikasi agar lebih memahami karakter keduanya.

Dari kasus Anda sampaikan, tidak ada salahnya Anda menyampaikan persoalan yang Anda hadapi kepada pimpinan Anda. Mintalah kebijaksanaannya, apakah kepergian Anda dapat ditunda? Anda tidak diikutsertakan pergi ke Jepang? Atau bahkan mungkin dapat mengikutsertakan isteri Anda.

Atau bisa pula Anda merubah waktu pernikahan Anda, dipercepat atau mungkin diundur hingga Anda kembali dari Jepang.

Saran-saran di atas merupakan sebagian pilihan yang harus Anda ambil, tentunya dengan selalu memperhatikan kepentingan/kebaikan bersama bukan keuntungan diri Anda pribadi.

Wassalamu’alaikum