Mengatasi Perasaan yang Tidak Menentu

Assalamualaikum Wr. Wb.

Pa Ustadz, Bagaimana cara mengatasi Perasaan yang Tidak Menentu?

Sudah 1 Minggu ini entah mengapa perasaan hati saya selalu gelisah. Saya orang yang cukup labil, jika sedang ada masalah bawaan saya ingin marah sama orang. Saya sendiri tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini hati saya kacau. Mungkin juga karena saya selalu dibayang-bayangi oleh seseorang teman lama saya yang selalu menelpon dan sms saya, padahal saya sudah berusaha menjauh darinya dengan tidak menjawab telp maupun smsnya. Maaf sebelumnya bukannya saya menjelekkan teman saya, tp saya tau dia bukan orang baik-baik, tetapi bodohnya saya entah mengapa saya dulu bisa berteman dengan mereka, karena dulu saya hanya berpikiran kalau berteman dengan siapa saja tidak masalah asal bisa membedakan yang baik denganyangburuk. Apakah salah jika saya bersikap untuk berusaha menjauhi mereka? Bukan maksud untuk memutuskan hubungan silaturahmi. Dan bagaimana cara yang terbaik agar saya bisa menjauh dari mereka?

Selain itu juga di kantor saya merasa seperti tidak dianggap oleh atasan saya mungkin karena kebodohan saya sendiri yang tidak bisa profesional dalam menjalankan tugas. Saya merasa da kesenjangan/ pilih kasih dengan teman sekantor saya. Sehingga saya merasa pekerjaan saya tidak dihargai oleh mereka. Tapi saya ingin berusaha menunjukkan bahwa saya mampu menjalankan tugas dengan baik.

Apakah itu penyebab semua kegelisahan saya, yang membuat hati saya tidak menentu?

Mohon jawaban pak ustadz

Terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Wassalamualaikum Wr. Wb
Ananda Haryani yang disayang Allah SWT, penyebab hati gelisah memang banyak, tapi intinya semua kegelisahan sebenarnya datang dari persepsi kita sendiri. Sehebat apa pun masalah yang kita alami, tapi kalau kita mempunyai persepsi yang benar tentang masalah tersebut maka insya Allah hati kita tidak akan gelisah. Itulah sebabnya kita melihat ada orang yang hidupnya miskin tapi ternyata ia bahagia. Sebaliknya ada orang kaya tetapi ia tidak bahagia. Hal itu karena persepsi mereka berbeda dalam melihat persoalan kehidupan.
Ananda Haryani yang saya hormati, sebenarnya kegelisahan tidak ada hubungannya dengan apa yang ada di luar kita, tapi terkait dengan bagaimana kita mengelola perasaan. Ingat Rabi’ah Al Adawiyah? Beliau adalah wanita ahli sufi yang tidak menikah tapi hatinya begitu bahagia. Suatu ketika temannya mengajak Rabi’ah untuk menghadiri sebuah keramaian (pesta) yang menyenangkan. Lalu apa katanya? “Tidak! Aku lebih suka disini. Beribadah kepada Allah. Disini lebih indah dan menyenangkan daripada di pesta tersebut!” kata Rabi’ah Al Adawiyah. Pelajaran yang bisa dipetik adalah bahwa Rabi’ah sadar betul bagaimana cara memperoleh ketenangan hati. Caranya adalah dengan banyak beribadah (zikir) kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Ar Ra’d ayat 28 : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. Coba Ananda Haryani meniru apa yang dilakukan Rabi’ah, insya Allah Ananda akan bahagia. Tidak peduli begitu banyak persoalan yang dihadapi.
Jadi solusi untuk tidak gelisah (ketenangan hati) adalah zikrullah (mengingat Allah SWT). Zikir ada tiga, zikir hati yakni dengan mengingat Allah dan berbagai nikmat-Nya, zikir lisan yakni dengan banyak menyebut/memuji Allah SWT (ucapan yang lazim adalah : Subhannallah, Alhamdulillah, Laa ilaha illa Llah, Allahu Akbar), dan zikir amal, yakni dengan melakukan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Niscaya dengan zikir kepada Allah pada tiga jenis zikir tersebut, hati kita tidak pernah lagi merasa gelisah (tenang). Allah si pencipta manusia, tentu lebih tahu bagaimana cara membuat kita tenang daripada diri kita sendiri.
Lalu jika ada yang telah beribadah (zikir) tetapi hatinya tetap kesepian, maka persoalannya terletak pada cara ibadahnya yang salah. Mungkin ibadahnya sebatas formalitas dan seremonial belaka. Tidak diiringi dengan kekhusyu’an kepada Allah SWT.
Orang-orang yang tertipu oleh kehidupan dunia ini berupaya menghilangkan rasa gelisahnya dengan mencari jalan di luar zikir kepada Allah SWT. Mereka mengandalkan akalnya yang terbatas dan perasaannya yang dilingkupi nafsu untuk keluar dari rasa gelisah. Ada di antara mereka yang mengatasi kesepian dengan cara melakukan hobi-hobi tertentu, menghabiskan waktu malamnya di diskotik/kafe, berolahraga, mendengarkan musik, bermain games, mengikuti jaringan komunitas di internet, seperti facebook yang sekarang ini lagi ngetrend, dan lain-lain. Apakah cara tersebut berhasil membuat hati tenang dan bahagia? Mungkin untuk jangka pendek berhasil, tetapi untuk jangka panjang tidak akan berhasil. Oleh karena itu kita lihat ada orang yang berlebih-lebihan dengan aktivitas pengusir rasa sepinya (ketagihan). Mereka merusak kesehatan, hubungan pertemanan dan keluarga, atau menghambur-hamburkan uang untuk mengusir rasa gelisahnya. Padahal mengatasi rasa gelisah bukan tergantung pada apa yang ada di luar kita, tapi pada apa yang ada di dalam hati/perasaan kita. Perasaan kita yang harus dikelola dengan zikir kepada Allah SWT. Itulah satu-satunya jawaban jika hati kita ingin tenang dan terhindar dari kegelisahan, sebagaimana yang tertera dalam Al Qur’an Surah 13 ayat 28 di atas. Bukan berarti kita tidak boleh melakukan berbagai hobi kita, bermain games atau bergaul seluas-luasnya, tetapi itu hanyalah cara kita untuk menikmati dan mensyukuri indahnya hidup di dunia ini. Bukan cara kita untuk mengatasi rasa gelisah kita. Itu pun kita lakukan sebatas tidak melanggar syariat-Nya.
Lalu tentang cara untuk menjauhi teman Anda, coba pikirkan apakah Anda perlu menjauhi atau justru mendekatinya dalam rangka berdakwah (menasehatinya). Sebab bersabar dengan cara berda’wah dalam pergaulan yang buruk pahalanya lebih besar daripada menjauhi pergaulan yang buruk.
Demikian jawaban saya. Semoga kita semua diberi kemudahan oleh Allah SWT untuk memiliki hati yang tenang dan bahagia di tengah berbagai persoalan kehidupan.
Salam Berkah!

(Satria Hadi Lubis)
Mentor Kehidupan